Share

Chapter 5 MENGENAL MAJIKAN

Di antara para Koboi itu ada satu mata setajam elang menatapnya balik, dengan semakin dalam membenamkan wajahnya dalam topi koboynya.

"Menarik," gumamnya salah satu ujung bibir tipisnya tersungging.

Ayu duduk bersandar sembari kedua tangannya memegang dadanya, memejamkan mata dan tersenyum kegirangan.

"Kyyaaaa! Mereka ganteng banget ya Kak? Pasti cewek koboinya cakep-cakep juga ya Kak? Pantas Kakak betah di sini, ndak mau balik-balik." Ayu memiringkan tubuh menatap Dion. Pipi Ayu sudah bersemu merah dengan mata yang berbinar.

Tawa Dion berderai, diusapnya puncak kepala Ayu dengan sayang. Dion yakin hari-harinya semakin berwarna ada sepupu kecilnya ini di sini.

Setelah mereka menyerahkan dokumen, Dion mengajak Ayu keliling kota sebentar dan berbelanja keperluan pribadi Ayu. Awalnya ayu menolak tetapi Dion memaksa karena Dion tak mungkin setiap hari mengantarkan Ayu. Setelah semua terpenuhi mereka kembali ke rumah dan bersiap ke rumah utama.

Ayu memasuki rumah utama lewat pintu samping. Sudah ada Fitri dan Lyne salah seorang koki di rumah tersebut menyambutnya.

"Selamat datang Ayu, jangan sungkan ya namaku Lyne," sapa Lyne ramah, Lyne seusia dengan Ayu tetapi ia sudah menikah dengan salah seorang pegawai di bagian pertanian.

"Terima kasih namaku Ayu, senang berkenalan denganmu," Ayu tersenyum berjabat tangan dengan Lyne dan berpelukan.

"Ayo ,Tante kenalkan dengan Nyonya rumah." Fitri mengulurkan tangan dan menggandeng tangan Ayu.

Tangan Ayu terasa dingin, Fitri meremasnya lembut dan mencium punggung tangannya.

"Tak usah gugup, semua orang di sini baik kok," bujuk Fitri menenangkan.

"Hai siapa gadis cantik ini?" sapa Stefany Dario sang nyonya rumah ramah.

"Ini Ayu Soraya yang saya bicarakan waktu ini." Fitri memandang Stefany hangat. Kedua mata wanita itu bertemu dengan penuh pengertian di dalamnya.

"Selamat datang di keluarga besar Dario sayang. Kami semua sangat menyukai masakan Indonesia." Stefany menggenggam kedua tangan Ayu hangat.

"Kamu bisa mulai bekerja hari ini, karena kamu juga melanjutkan sekolah jadi kamu bisa memulai bekerja saat pagi sampai siang jam satu ya," kata Stefany lembut. Dia sangat menyukai Ayu, saat melihat gadis ini perasaannya terasa hangat dan nyaman. Pandangan mata teduh dan wajah ceria. Ia tadi sudah mendengarnya dari para Koboi bagaimana Ayu menyapa mereka.

"Di mana anggota keluarga yang lain?" Ayu membuka suara. Ayu sangat penasaran dengan para penghuni yang lain, rumah keluarga Dario sangat indah seperti yang ada di film yang sering ia lihat di rumah makan.

"Fransesco Dario suamiku sedang pergi ke San Antonio menyelesaikan sedikit urusan bersama dengan anakku Diego , sedangkan Aslye di kota mengunjungi temannya kalau anakku yang dua lagi, Kian sedang mengurus ternak dan Tomy sedang di Dallas. Kamu akan bertemu dengan mereka saat makan malam nanti. Oh iya, Tomy itu seumuran denganmu sepertinya nanti kalian bisa belajar bersama."

"Baik Nyonya," ucap Ayu patuh, ia senang sekali karena memiliki teman belajar bersama.

Di sudut tempat yang lain, Guterres mendekati Kian yang sedang memasukkan kudanya dan melepas sadelnya.

"Bos, kau tahu siapa gadis Indonesia yang dibawa oleh Dion lagi tadi?" tanya Guterres penasaran, wajahnya tak bisa menyembunyikan rasa ketertarikannya.

Kian mengedikkan bahunya acuh. Guterres mulai menggoda Kian, "Sepertinya gadis yang menarik, aku akan mencoba mendekatinya jika dia saudara Dion. Gadis itu cukup cantik dan terlihat seperti sinar matahari."

"Aku rasa bicaramu mulai ngawur, kau belum mulai minum-minum kan?" Kian melirik anak buahnya sekaligus salah satu teman baiknya itu, yang masih setia bersandar di pintu istal kandang storm nama kuda Kian.

Guterres terkekeh, "Tentu saja belum Bos, peternakan ini akan semakin menarik dengan adanya gadis itu." Setelah berkata demikian Guterres pergi meninggalkan sang bos ke tempat istirahat para pekerja.

Makan malam tiba, seluruh anggota keluarga Dario sudah berkumpul dengan Fransesco sang kepala keluarga tentu saja duduk di kepala meja, kemudian Stefany sang nyonya rumah, anak pertama mereka Kian, Diego, Aslye dan si bungsu Tommy. Juga ada tiga wanita muda dan satu lagi pria tampan duduk bersama dengan mereka, untuk bergabung makan malam bersama. Yasinta Cortez, Angel Diaz, Mario Riccardo, Anna Adam.

Ayu masuk ke ruang makan dengan mendorong troli meja saji yang menyiapkan kopi, teh dan berbagai kudapan untuk menemani para anggota keluarga dan tamu mereka bersantai setelah makan malam.

Ayu terpana melihat para majikannya yang elok rupawan. Benar kata Kak Dion jika banyak pria tampan dan cantik berkumpul. Mereka seperti model-model dan pemain film telenovela yang sering di tonton Ayu dan Ibu dulu. Begitu batin Ayu bermonolog.

Ayu tersenyum simpul. Tak menyadari jika perubahan mimik wajahnya dari tadi diperhatikan oleh Diego dan Tommy.

Pandangan Ayu meneliti setiap wajah orang yang ada di meja. Seperti Kian misalnya yang memasang wajah tegas dan muram. Struktur wajah yang tegas dan sedikit jambang yang belum tercukur selama satu minggu. Mata hazel, rambut coklat dengan sedikit warna terang karena seringnya terpapar sinar matahari. Diego yang wajahnya tak jauh beda dengan Kian dengan sorot mata yang lebih hangat dan sedikit jahil sepertinya. Ada pula Tommy si bungsu dengan rambut pirang seperti sang bunda mata biru dan senyum yang menawan. Aslye gadis cantik dengan rambut pirangnya dan tubuh seperti boneka barbie. Tamu-tamu merekapun tak kalah eloknya Angel yang dari tadi meladeni Kian seperti layaknya seorang istri, Yasinta yang tampak malu-malu mencuri pandang ke arah Diego. Gadis yang bernama Anna sedang mengobrol riang bersama dengan Aslye. Juga Mario yang tak henti melirik dan mencoba menggodanya dengan kerlingan mata sedari tadi.

"Mario baru sekali kau ikut makan bersama kami dan sekarang kamu mulai menggoda pelayan kami yang baru?" tegur Tommy terkekeh geli dengan ulah salah satu Don Juan di Holy Spring.

Semua kepala menoleh ke arah Mario.

Mario meringis, "Jika ada penampakan garis cantik seperti bidadari begini, tak mungkin kulewatkan, bukan begitu paman Frans? Bolehkan aku makan malam setiap hari di sini?"

Fransesco mengangguk-anggukkan kepalanya seraya tersenyum. "Tentu saja, aku pun senang ada suasana baru di sini. Tetapi jika kamu ingin mendekatinya kamu harus meminta ijin Budi dan Dion serta Fitri tentu saja," timpal Fransesco.

Mario terkaget dan melotot tak percaya. "Apa ? Dia saudara Pak Budi, sepupu Dion yang di ceritakan kemarin pastinya. Semakin menarik tentu saja." Mario menatap Ayu dengan terpesona dan terang-terangan.

Ayu salah tingkah ditatap sedemikian rupa, wajahnya merona dan kemudian menunduk. Dirinya merasa gerah berlama-lama berdiri di sana. Ayu menegakkan tubuhnya bersiap beranjak ke dapur saat didengarnya suara bariton tegas dari Kian.

              Kian berdiri memundurkan kursinya. Ia yang sedari tadi melihat interaksi tamu lelakinya, merasa gerah dengan tatapan intim Mario terhadap Ayu. Dirinya saja baru bertemu dengan gadis ini dua kali tetapi ia sudah merasakan rasa posesif. Rasa ini tak boleh dibiarkan berkembang. Rasa yang hanya pernah ia rasakan pada mendiang istrinya Carmen Diaz.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status