"Putri Lanshang pasti akan sangat membenciku, jika tahu tentang hubungan kita," ucap Shenling saat Leewan kembali menemuinya. Gadis itu sedang bertugas membersihkan ruang pribadi sang putri.
"Aku akan memberitahu dia," ujar Leewan sambil membantu gadis itu membersihkan perabot.
Tersirat keraguan di wajah sang gadis. Dia kembali teringat pada peristiwa yang menimpa dirinya dan Chenyang. Persahabatan yang begitu lama bahkan bisa rusak dengan begitu mudah. Dan kini dia berhadapan dengan gadis yang serupa dengan mantan sahabatnya itu.
"Lanshang berbeda dari Chenyang. Meski mereka memiliki wajah yang sama, tapi mereka mempunyai kepribadian yang berbeda. Aku percaya kepada Lanshang karena aku mengenal dia sejak kecil," ucap Leewan sambil tersenyum saat
"Aku …."
"Percayalah padaku. Dia gadis yang baik dan jika terjadi sesuati padamu, aku pasti tidak akan memaafkan siapa pun ora
Shenling bangkit berdiri dan menepis tangan si pelayan yang hendak menampar dirinya. Tatapannya tertuju langsung kepada Lanshang. "Lancang!" bentak Bibi Huan."Beraninya seorang pelayan rendah sepertimu menatap Tuan Putri!" "Kenapa memangnya?" tanyanya sambil menatap tajam perempuan tua tersebut."Kau juga bukan siapa-siapa. Sadarlah kau juga hanya seorang pelayan!" Lanshang bangkit berdiri dan bergegas menghampiri Shenling. Kedua gadis itu saling bertatapan sengit "Kalau begitu, apa perlu aku yang menamparmu?" tanyanya."Aku adalah tuan putri negeri ini. Kedudukanku jauh lebih tinggi daripada siluman penggoda lelaki sepertimu!" Tangan berjari ramping itu terangkat tinggi. Bersiap untuk melayangkan tamparan. Akan tetapi, tangan Shenling juga terangkat untuk menahan. "Aku tidak mau lagi diperbudak oleh kalian. Memukulku see
Shenling terbangun di sebuah hutan. Pepohonan tinggi dan tanaman liar mengelilingi tempat tersebut. Pancaran mentari bahkan sulit menerobos masuk karena rimbunnya pepohonan yang menaungi tempat tersebut. Shenling menatap sekeliling dan kemudian duduk di bebatuan yang berada di dekatnya berdiri. 'Di mana ini? Apa yang sebenarnya terjadi?' ujarnya bertanya-tanya. Ia kemudian berusaha mengingat yang telah terjadi. Kilasan ingatan membayang di benaknya. Hari itu semua terjadi begitu cepat. Shenling melihat bagaimana Xiaoxiao menggigit tangan Lanshang. Para pelayan yang memegangnya panik dengan kondisi sang tuan putri dan melepaskan dia. Shenling sempat berdiri tertegun menyaksikan semua itu. Lalu sosok berambut putih yang pernah dilihatnya dalam mimpi muncul dan membawa dia pergi. 'Tidak. Aku salah. Tentu itu semua bukan mimpi.' gumam gadis itu dalam hati. Sosok yang me
Kabar pangeran ditangkap dan ditahan oleh raja mrnyebar luas ke penjuru negeri dan akhirnya sampai pula di telinga Shenling yang sedang dalam perjalanan kembali ke kerajaan. Sia-sia Xiaoxiao membujuk, gadis itu tetap saja bersikeras. Kabar tersebut justru membuat tekadnya semakin bulat untuk segera kembali ke kerajaan. "Jika kau tidak mau ikut tidak apa. Aku bisa mengatasi ini sendiri. Lagipula aku tidak mau orang lain berada dalam bahaya karena aku," ucapnya. "Aku akan ikut dan melindungimu," ucap pemuda itu. "Setelah menyembunyikan dirimu sekian lama, kenapa sekarang kau mau membantuku?" "'Kan sudah kubilang, kau adalah orang yang ditakdirkan untukku. Jadi aku akan selalu melindungimu, tapi apa kau yakin dengan keputusan ini?" "Apa maksudmu?" "Kau dan kerajaan itu ditakdirkan untuk bermusuhan," ujar Xiaoxiao. Langkah S
Xuying ikut tertawa mendengar perkataan gadis yang tengah bersamanya tersebut. Meski begitu perasaan gundah masih menyertai. Apalagi pemuda yang dicintainya masih berada dalam penjara. Kegelisahan itu pula yang ditangkap oleh Lanshang. "Kau pasti memikirkan kakakku. Jangan cemas dia pasti segera sadar dari kesalahannya dan kembali mencintaimu," ucap gadis itu. "Kau benar. Hanya saja selama ini dia tidak pernah terlihat begitu mencintai seorang gadis. Aku takut dia tidak bisa melupakan Shenling," ucapnya sambil termenung. "Setelah gadis itu mati, dia akan segera melupakannya. Dia akan mencintaimu. Percayalah padaku." Xuying hanya mengangguk. Kecemasan masih mengganjal di benaknya. Lanshang tertawa kecil melihat itu. "Jangan mengkhawatirkan itu. Setelah kematian Shenling, aku akan membantumu untuk mendapatkan hati kakakku. Dia pasti tidak bisa lagi menolakmu. Kau tahu ,'kan ak
Xuying terlihat kesal. Apa yang dilihatnya semalam sungguh mencampur-aduk perasaannya. 'Pemuda yang bersama gadis rubah mengatakan bahwa dia adalah calon suaminya, tapi kenapa dia masih saja mendekati Lanzhou. Aku tidak suka itu. Aku tidak ingin mereka kembali dekat,' gumamnya dalam hati. Keresahan yang tidak kunjung reda membuat dia memutuskan untuk menemui Lanshang. Di dalam kediamannya, Lanshang terlihat sedang memukuli Bibi Huan dengan menggunakan cambuk. Wanita yang selama ini mengasuhnya tersebut terus menjerit kesakitan dan berteriak memohon ampun sambil menangis. Akan tetapi, teriakan memilukan hati itu dan air mata yang berjatuhan tidak meluluhkan hati sang tuan putri. "Ini adalah akibat dari kepengecutanmu. Kau sudah berani mengkhianatiku. Sekarang tanggung akibatnya!" seru gadis itu dengan penuh amarah. Inang pengasuhnya tersebut terus saja memohon amp
Lanshang menemui ibu suri untuk menceritakan kesusahan hatinya. Semenjak kecil gadis itu memang dimanjakan oleh neneknya tersebut. Segala yang diminta selalu dituruti. Sang nenek tidak pernah menyukai Lanzhou yang menurut beliau tidak cocok menjadi pewaris tahta, karena kegemarannya hanya bermain dan berfoya-foya. Sedang Lanshang adalah sosok yang bertolak belakang dari kakaknya. Pendiam dan selalu penurut. Dia adalah sosok yang sempurna untuk menjadi seorang ratu. Kecerdasan dan kepintarannya sangat tersohor. Sayangnya dia terlahir sebagai seorang perempuan. Jika tidak, bisa dipastikan tahta akan menjadi miliknya. Lanshang tidak berkeberatan dengan hal itu. Dia sudah puas dengan segala kasih sayang dan kemanjaan yang diperoleh dari setiap anggota keluarga kerajaan, terutama dari neneknya. Kemuraman di wajah sang cucu kesayangan, membuat wanita berpenampilan anggun di usia yang menginjak senja tersebut bertanya-tanya. Saat
Saat ibu suri dan yang lain sedang merundingkan nasib Shenling, seorang pengawal datang membawa kabar mengejutkan. Ledakan dan guncangan keras terjadi di penjara tempat gadis itu ditahan. Mereka semua bergegas ke sana. Hanya menemukan sosok Lanshang yang tidak sadarkan diri dengan kepala berdarah. Beberapa bagian dinding dan jeruji penjara runtuh dan rusak parah. Sang ibu suri yang panik segera memanggil pengawal untuk membawa Lanshang ke kamar. "Mau bicara apa lagi kalian?" tanya beliau kepada Lanzhou dan Leewan. Keduanya hanya diam terpaku. "Semua sudah jelas. Gadis itu bukan manusia. Kalian masih saja membelanya. Sekarang dia malah membuat Lanshang terluka, apa kalian masih ingin membelanya? Apa seluruh keluarga kerajaan harus menjadi korban, barulah kalian menyadari bahwa gadis itu sangatlah jahat?" tanya wanita itu lagi kepada mereka berdua. "Shenling bukan orang s
Shenling melangkah keluar dari pondok tersebut. Meski sederhana, ia merasa nyaman berada di sana. Kondisinya juga mulai pulih. Tempat tersebut begitu indah. Dikelilingi bunga aneka warna dan kupu-kupu cantik yang berterbangan ke sana kemari. Hijau dedaunan dari rimbun pepohonan membuat tempat tersebut tampak asri. Shenling berlarian di antara bunga-bunga itu untuk mengejar kupu-kupu. Tawa ceria terbias di wajah cantiknya. Untuk sesaat semua penderitaan dan dukanya seolah terlupa. Tanpa sepengetahuannya, Xiaoxiao yang duduk di atas pohon melihat semua itu sambil tersenyum. 'Aku ingin senyum tersebut selalu ada. Aku tidak mau ada kesedihan di wajahnya, karena itu akan kusingkirkan setiap duka agar tidak lagi menyentuhnya,' ucapnya dalam hati.*** Lanshang merasa kesal. Hingga berhari-hari keberadaan Shenling belum diketahui. Belum puas rasa hatinya jika melihat