Tasya Prameswari dituntut membayar utang suaminya, padahal pria tidak bertanggung jawab itu sudah kabur di malam pernikahan mereka. Ia terancam mengganti dengan organ tubuhnya jika tidak bisa membayar dengan uang. Akibatnya, Tasya melelang keperawanannya di sebuah situs, tanpa menyangka bahwa pria yang membelinya bukanlah lelaki tua bangka mesum seperti yang ia pikirkan, melainkan sosok pria paling berkuasa di negeri ini, yang tidak akan melepaskan Tasya sekalipun ia adalah wanita bersuami.
View More“Bayar utangmu kalau mau selamat!”
“Bukan aku yang punya utang! Cari saja dia kalau kalian mau dilunasi, jangan menagihnya padaku!”
“Juna itu suamimu, kan? Dia punya utang 500 juta padaku! Kalau bukan kau yang bayar, lalu siapa, hah?!”
Ekspresi Tasya Prameswari mengeras mendengar itu. Ia berhenti mencoba menghalangi orang-orang yang mengacak-acak isi rumahnya atas perintah pria mengerikan di hadapannya saat ini.
“Aku sudah tidak ada hubungan apa-apa dengan dia,” kata Tasya dingin. Teringat pengkhianatan suaminya.
Bagaimana tidak? Ia ditipu mentah-mentah oleh pria itu!
Tasya sebelumnya sudah berpacaran dengan Juna selama 3 tahun, hingga akhirnya mereka menikah. Sayangnya, Tasya tidak tahu apa yang ada di balik kata-kata manis suaminya itu.
Belum malam pertama, Juna malah kabur dengan membawa uang serta perhiasannya.
Ternyata pria itu punya utang sebesar 500 juta karena kalah judi. Sebagai jaminannya, ia melimpahkan utang itu kepada Tasya.
"Jangan membodohiku! Kau masihlah istri sah dari suami tidak bergunamu itu,” tukas si botak yang menjadi pemimpin. “Pokoknya aku tidak mau tahu. Bayar utangmu atau rumah ini kami sita!"
"Rumah kecil ini jika dijual tidak cukup, Bos. Paling hanya laku sekitar 300 juta saja,” ucap salah satu anak buah penagih. “Masih tersisa utang dan bunganya."
Lelaki tanpa rambut itu berpikir akan ucapan bawahannya.
Yang dikatakannya memang benar. Rumah kecil ini bila dijual tidak akan cukup menutupi utang, apalagi berada di daerah kumuh.
Pandangan laki-laki botak tersebut kemudian terhenti pada Tasya, melihat wajah dan tubuh seksi perempuan itu.
"Boleh juga." Pria itu kemudian berkata. "Kau bisa menjadi bayaran utangnya."
Sepasang mata Tasya membelalak. "A-Apa maksud kalian?"
"Kau cukup sehat. Organ tubuhmu pasti sangat berguna." Pria botak itu menyeringai. “Atau kau mau bayar dengan cara lain? Tubuhmu itu pasti bisa berbuat banyak….”
Jantung Tasya berdegup kencang mendengarnya. Apa mereka akan mengambil organ tubuh ini untuk mendapatkan uangnya kembali.
"Dua hari. Aku bayar lunas utang kalian," ucap Tasya tanpa pikir panjang. Terbukti, itu membuat si botak tertawa keras.
"Kau mau bayar pakai apa, hah?" tanya si Botak.
Tasya menelan ludah. Tapi ekspresinya tampak tegas. "Beri saja aku waktu 2 hari. Semua utang Juna akan lunas."
Si Botak ini berpikir sejenak, lalu mengangguk. "Oke! 2 hari lagi kami akan kemari. Jangan berpikir untuk kabur. Jika uangnya tidak ada, maka tubuhmu yang jadi bayarannya. Ayo, kita pergi!"
Akhirnya, penagih itu pergi juga.
Lalu bagaimana Tasya harus mencari uang setengah miliar itu, sedangkan Juna sudah kabur entah ke mana?
"Di mana aku harus mendapatkan uangnya?" Kepala Tasya berdenyut memikirkannya. Ia tadi cuma asal bicara agar dirinya tidak dibawa pergi dan dipaksa ini itu.
Tiba-tiba ia menemukan sebuah ide, meski itu buruk, tetapi apa salahnya mencoba. Tasya hanya bisa melakukan ini sebagai jalan terakhir.
Tasya pernah mendengar situs ini dari salah satu temannya. Ia segera mengakses masuk ke situs Virgin Girl. Com yang memang dipergunakan untuk wanita perawan yang ingin menjual dirinya. Tasya segera melampirkan data pribadi serta foto full body.
“Aku tidak punya pilihan lain,” batin Tasya.
***
Malam harinya di hotel bintang lima.
Tasya yang saat ini gugup setengah mati. Bahkan baru saja tiba di kamar ini, ia dilanda ketakutan. Bagaimanapun juga ia akan melewatkan malam dengan pria asing yang tadi membelinya.
Tasya sudah tahu jika pria yang menginginkannya saat ini adalah lelaki berumur 50 tahun. Ia hanya tinggal membuka pakaian, lalu memejamkan mata dan pasrah atas apa yang nantinya dilakukan pria itu. Setelahnya, uang pun didapat.
Pintu kamar hotel dibuka. Tasya meneguk ludah. Ia menunduk, terlihat sepatu pantofel dari sosok pria yang akan melewatkan malam bersamanya.
"Jadi, kau orangnya?"
"Iya, Tuan."
Pintu ditutup. Tasya segera membelakangi pria itu, lalu membuka gaun yang ia pakai.
Pria ini tersenyum tipis. Ia membuka kacamatanya, jas, lalu sabuk pinggang.
"Apa kau tidak akan memandangku?"
Jantung Tasya semakin berdegup kencang. Ia membalik dirinya dan masih menundukkan kepala.
"Angkat wajahmu. Aku ingin lihat wanita yang menjual keperawanannya."
Tasya mengangkat wajah. Ia kaget. Refleks menyilangkan tangan di dada. Bukankah pria tua yang akan membeli tubuhnya? Kenapa malah pria muda sekitaran 30-an?
"Apa Anda Tuan Rangga Saputra?" Tasya sedikit gugup mengatakannya.
"Benar, aku Rangga Saputra." Pria ini memerhatikan Tasya dari bawah hingga atas. "500 juta?"
Tasya mengangguk. "Semalaman."
"Kalau begitu, kita lakukan sekarang. Belajar dengan cepat. Aku hanya mengajarimu dua kali saja, sisanya kau harus bisa memuaskanku."
"Ba-baik."
Tasya membuka habis kain yang masih tersisa di tubuhnya. Ia pun melihat Rangga melakukan itu. Ia malu karena baru pertama kali tanpa busana di depan seorang pria, meski sudah menikah.
Ya. Ia belum pernah melakukannya.
Rangga mendekat, meraih dagu mungil Tasya. "Kau cantik." Lalu mengecup bibir wanita ini.
Keduanya jatuh ke tempat tidur. Tasya menerima setiap perlakuan dari Rangga.
"Tuan, bolehkah pelan sedikit?" Tasya sedikit takut.
Ia dengar dari sahabatnya jika melakukannya untuk pertama kali, rasanya seperti ditusuk jarum yang panjang dan itu begitu perih.
"Jangan takut, aku akan pelan-pelan. Kau cukup merasakannya saja." Rangga memasuki Tasya yang tengah memejamkan mata. Ia tersenyum karena merasakan darah keperawanan wanita ini. "Rasakan dan nikmati."
Tasya hanya sanggup mengangguk.
Demi 500 juta dan nyawanya. Menyesal pun tiada guna.
Rasa sakit memang sudah ia duga. Namun, Tasya tidak mengira tubuhnya akan mengalami sensasi asing yang sedemikian rupa. Sakit, tapi juga nikmat tiada tara.
“Tu-Tuan, apa–tolong berhenti dulu.”
Pada akhirnya, Tasya memohon.
Rasanya ia tidak sanggup lagi. Baru istirahat saja, pria ini sudah kembali menidurinya. Tubuh yang seperti barang ini memang harus menahannya. Ia sudah dibeli untuk melayani tamu selama semalaman.
Akan tetapi, Tasya tidak menyangka stamina pria ini begitu prima. Mungkin saja sebelum kemari, lelaki ini meneguk pil kuat. Ah, daripada nikmat, ini bisa dibilang siksaan.
"Aku lelah, Tuan." Tasya ingin menangis.
"Sstt!" Rangga menempelkan jari telunjuknya di bibir Tasya. "Kau tidak boleh mengeluh, Sayang. Turuti saja. Jika lelah, kau cukup melebarkan kakimu. Biar aku sendiri yang bekerja."
Teriakan Tasya membuat semua yang ada di meja itu kaget. Tasya melangkah mendekati kerumunan dan langsung menarik rambut Juna, ia bahkan memberi pukulan pada pria tidak tahu diuntung itu. "Aku membayar hutangmu dengan mempertaruhkan harga diri, dan kau di sini seenaknya menghabiskan uang. Berjudi dan bermain wanita. Kau pikir dirimu siapa, hah?!" teriak Tasya, yang berhasil membuat rekan Juna menyingkir dari meja. "Lepaskan aku!" Juna menepis tangan Tasya. "Memangnya aku memaksamu? Kau sendiri yang berniat membayarnya. Kau juga istriku. Sudah sewajarnya kau itu bertanggung jawab atas apa yang kulakukan. Memangnya kau saja yang ingin bersenang-senang? Aku juga, Tasya." Plak ! Entah berapa kali Tasya melayangkan tangannya hari ini. Sakit hati tidak bisa sembuh dengan hanya satu tamparan atau pukulan. Perihnya begitu nyata. Juna berhasil mengiris-iris sanubarinya. Cinta kini telah berganti dengan luka. "Puas? Pergi dari sini. Kita sudah tidak punya hubungan apa-apa lagi. Kita sudah
Ketika tiba di kediaman, Rangga sudah menunggu serta menyerahkan sebuah dokumen dalam map biru. Tasya membuka dan membaca kata per kata isi dari surat tersebut. Ya, yang berada di tangan Tasya saat ini adalah surat perceraian yang sudah ditandatangani oleh Juna. Yang dikatakan oleh Mira, kekasih gelap pria itu, benar adanya.“Tinggal kau saja yang belum tanda tangan,” ucap Rangga.“Apa ini semua ulahmu? Kau bukan hanya memaksa, tetapi juga ikut campur dalam urusan rumah tanggaku.”“Harusnya kau berterima kasih, Tasya. Aku menyelamatkanmu dari pria berengsek itu.”“Kau menyelamatkanku? Kalau kau tidak hadir dalam hidupku, pernikahan ini tidak akan hancur!” Tasya meninggikan suaranya.“Ternyata kau sangat mencintai pria itu. Sampai kau lupa apa yang telah dia lakukan. Bukan aku yang membuatmu bercerai, tetapi mantan suamimu itu yang datang padaku. Dia meminjam uang dengan jaminan dirimu.”“Bohong!” Mata Tasya melotot. “Setelah apa yang terjadi, apa aku harus percaya padamu? Kau itu pria
"Katakan sekali lagi." Tasya memang mendengar apa yang diucapkan oleh Mira, tapi ia ingin memastikan lagi apakah telinganya ini benar-benar menangkap perkataan yang wanita itu lontarkan. "Aku, kekasih Juna. Kau tidak lihat kunci rumah ini ada padaku?" Tasya berjalan mendekat. Mengangkat tangan, lalu menampar pipi Mira. "Kau sungguh tidak tahu malu. Ini rumahku dan Juna adalah suamiku, tapi kau berani mengaku sebagai kekasihnya.""Memang itu faktanya. Biar kuberitahu padamu jika aku dan Juna pernah bercinta di rumah ini." Mira tersenyum penuh arti. "Kau bilang apa?!" Tasya menarik rambut Mira. Wanita itu berteriak. "Lepaskan tanganmu!""Kau bercinta dengan suamiku. Berani sekali kau. Perebut sepertimu memang harus diberi pelajaran." Tasya menyeret Mira keluar. Karena teriakan wanita itu, tetangga sekitar keluar dari kediaman masing-masing. Bukannya melerai, tetapi mereka malah merekam aksi pertengkaran itu. "Kau itu tidak dicintai oleh Juna. Hanya aku, wanita yang paling dia cinta
Bagaimana cara memberitahu pria ini? Tasya sudah memikirkan banyak cara yang pasti berakhir pada satu titik di mana ia harus menerima semua pemberian dari Rangga. "Apa aku boleh bolos bekerja?" tanya Tasya. Saat ini, keduanya tengah berada di ruang makan. Menyantap makanan pagi bersama-sama."Memangnya kau mau ke mana? Kau juga tidak punya pekerjaan di rumah ini?" Lebih baik ke kantor yang sudah jelas ada pekerjaan."Aku ingin izin sehari saja." "Kuizinkan. Mulai besok, kau boleh kembali ke perusahaan sebagai sekretaris pribadi." "Aku tidak sekolah setinggi itu sampai bisa menjadi sekretarismu. Apa kata yang lain nanti?" "Kenapa kau memikirkan orang lain? Yang gaji kau itu adalah aku." "Kalau kau belum pernah merasakan hidup seperti diriku, lebih baik diam saja." "Kau cukup membuatkanku kopi, bersih ruangan, mengantar dokumen, menemaniku ketika aku butuh, termasuk aktivitas ranjang." Rangga tertawa. Pria berengsek! Dua kata itu hanya bisa Tasya lontarkan dalam hati saja. Tapi,
Juna melakukan ini karena terpaksa. Jika ada penagih, maka hidup Tasya juga bahaya. Jadi, ia memutuskan untuk meminta bantuan kepada Rangga Saputra. Yang terpenting adalah mendapatkan uang. Sisanya akan diurus belakangan.Sesuai dengan permintaan Juna, maka Doni membawa temannya ini menemui Rangga Saputra di kediaman. Rumah yang besar sekali sampai Juna begitu menggaguminya. Ia berkhayal jadi orang kaya dengan harta yang tidak pernah habis.Setelah tiba di sini, Juna memikirkan istrinya. Di mana Tasya? Apa dia sudah tidur? Bersama siapa? Juna penasaran apakah istrinya itu melayani Rangga? Membayangkannya membuat perasaan Juna tidak karuan.“Don, istriku di mana?” tanya Juna.“Kau tidak berhak bertanya di mana keberadaan istrimu karena dia bukan lagi milikmu.”“Tetap saja dia istriku.”“Fokus dengan tujuanmu datang ke mari.”Sekitar 10 menit, orang yang ditunggu-tunggu akhirnya, muncul juga. Rangga keluar dari sebuah kamar dengan memakai kimono satinnya. Terlihat rambut pria ini basah
"Apa kau mendengar sesuatu di dalam kamar mandi sana?" tanya pelayan pada rekannya. Temannya ini berdeham. Suara helaan napas dan teriakan terdengar dari dalam kamar mandi. Rangga dan Tasya ada di sana. Sudah pasti keduanya tengah melakukan hal-hal nikmat. "Cepat bersihkan kamar ini. Bisa jadi Tuan akan membawa wanita itu ke tempat tidur." "Pikiranmu sama sepertiku." Bergegas keduanya membereskan kamar ini termasuk mengganti seprainya secepat mungkin. Setelah itu, mereka keluar. Di dalam kamar mandi, Tasya tertunduk-tunduk karena ulah Rangga. Pria ini menarik rambutnya, mencengkeram leher dengan napas yang menderu."Kau tahu alasan kenapa aku tertarik padamu? Itu karena kau selalu berpura-pura berakting polos. Kau itu munafik. Tadinya kau menolak, tapi lihatlah dirimu sekarang. Lihat di cermin itu, kau menikmatinya." "Lakukan sepuasmu," ucap Tasya. "Dengan senang hati, Sayang. Setelah mandi bersama, kita lanjutkan di tempat tidur." Air dingin membasahi seluruh tubuh Tasya dan
Tanpa bisa menolak, Tasya mengikuti keinginan Rangga yang membawanya ke rumah itu lagi. Di mana Tasya dapat melihat dua pelayan yang sama kemarin lalu.Kali ini pun keduanya masih diperintahkan melayani seorang wanita yang dicap sebagai simpanan. Pakaian ini dilucuti, dibuang, digantikan dengan baju-baju dari merek ternama sesuai selera Rangga, pria yang pikirannya hanya pada aktivitas ranjang saja. Selain baju yang dipakai hari-hari, Tasya juga mendapat pakaian untuk dikenakan pada malam harinya. Gaun-gaun tipis yang bisa langsung sobek harus dipakai setiap malamnya. "Nona Tasya sudah selesai mandinya?" tanya pelayan. "Aku lapar." Karena ini memang sudah malam dan Tasya belum makan malam. "Biar saya ambilkan, Nona. Barusan Tuan Rangga pergi lagi. Dia akan kembali secepatnya." "Aku tidak boleh keluar?" tanya Tasya. "Lebih baik di dalam kamar saja." "Kalian pikir aku bisa lari ke mana dari dia?" Tasya jadi kesal. "Maaf, Nona. Kami hanya menjalankan perintah saja." Pelay
Tubuh ini terasa berat, seperti ada yang menindih. Perlahan Tasya membuka matanya, dan betapa kagetnya ia mendapati Rangga sudah berada di atas tubuh ini.“Menyingkir! Kau mau apa?” Tasya berusaha bangkit dari tidurnya, tetapi tangannya ini terikat. Sejak kapan? Tasya sungguh tidak sadar, dan apa-apaan ini? Bajunya tersingkap, lalu celananya juga sudah melorot ke bawah. “Minggir!” teriak Tasya.“Waktu pertama kali, kau begitu pasrah. Kedua kalinya kau tidak sadarkan diri karena pengaruh obat. Sekarang, kau harusnya tidak perlu malu lagi. Aku sudah melihat dan merasakan tubuhmu berulang kali. Kenapa tidak kita nikmati saja siang ini, Sayang?” Rangga membelai wajah simpanannya ini.“Aku terpaksa melakukannya. Sama sekali aku tidak berniat menjual diriku padamu. Mengertilah.”“Kau di sini karena kesalahanmu sendiri dan suamimu juga mengizinkan. Sudah kubilang, kan, kalau kau tidak mau berada di bawahku, maka berikan aku uang 10 miliar.”“Kau memeras seorang wanita yang tidak tahu apa-apa
“Anda berdua, silakan ikut kami.” Dua orang penjaga mempersilakan Juna dan Tasya mengikuti mereka.“Aku sudah bilang kalau mereka tidak bisa berkutik,” ucap Juna, “jika atasanmu macam-macam, kita tinggal sebarkan videonya. Aku akan merekam setiap tindakannya itu. Kau tenang saja, Sayang. Tidak akan terjadi apa-apa padamu.”Tasya mengangguk. “Aku hanya ingin lepas dari dia.”“Kita lihat saja nanti.” Ini kesempatan, Juna akan meminta uang sebagai kompensasi kepada atasan perusahan ini karena telah berani menganggu istrinya.Penjaga mempersilakan keduanya masuk lift, lalu lantai yang familiar bagi Tasya ditekan. Jantung wanita itu berdetak kencang. Ada rasa takut serta gagal karena tahu jika Rangga bukan orang yang mudah dikalahkan.“Kau harus tenang,” ucap Juna seraya memegang tangan istrinya. Bersama Juna, barulah Tasya dapat merasakan ketenangan. Ia yakin setelah ini, Rangga tidak akan menganggunya lagi.Denting lift berbunyi, mereka keluar setelah pintu terbuka. Juna dan Tasya diarah
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments