Share

5. Fe Fei

Author: Qima
last update Huling Na-update: 2025-03-12 05:45:06

Selama dua bulan penuh Yukine beristirahat total di rumah, tidak banyak yang dilakukannya bahkan Yukine hampir tidak pernah keluar rumah hanya menyibukkan diri merombak kamarnya dan tenggelam dalam buku. 

Hari  ini untuk pertama kali kakinya melangkah keluar rumah itu dengan diantarkan oleh Balryu ke tempat yang membuat Yukine bersemangat.

"Universitas, aku datang," gumamnya dalam hati.

Masih teringat jelas bagaimana Yukine memperjuangkan impiannya sampai berakhir mengenaskan, dan kini seperti dibayar di kehidupan keduanya atas semua kerja keras sebelumnya, impian itu kini menjadi nyata--Yukine dapat melanjutkan pendidikan tanpa adanya drama kehidupan--dan itu di universitas besar yang terkenal elit. 

Di dalam kehidupan yang sebelumnya Yukine mendapatkan biaya siswa di universitas yang tidak jauh dari kotanya, itupun hanya universitas yang tidak terlalu besar.

"Terima kasih," ucap Yukine pada Balryu ketika akan keluar mobil.

"Kirim pesan ketika akan pulang."

"Aku mengerti," sahut Yukine.

Mobil itu pergi kini Yukine sendirian di depan gerbang menatap kemegahan bangunan universitas besar itu. "Selamat datang," gumam Yukine pada dirinya sendiri sebelum melangkah ke dalam lingkungan universitas itu.

Kebahagiaan tidak terlukiskan menyelimuti hatinya, impian itu kini telah menjadi kenyataan tanpa harus bersusah payah bergulat dengan hujan darah dan air mata.

Begitu banyak mahasiswa berlalu lalang, Yukine mencari gedung jurusan psikologi. Gadis itu tersenyum kecil mendengar jurusan yang diambil oleh Fe Fei, Yukine penasaran sebenarnya Fe Fei ini orang macam apa, yang di tangkap oleh Yukine gadis ini seorang gadis yang manja layaknya nona muda, lalu kenapa dia begitu susah payah ingin masuk jurusan ini sedangkan Yukine sendirian tidak begitu tahu tentang jurusan psikologi, dan juga seharusnya dirinyalah yang harusnya dibawa ke psikolog karena mau tidak mau untuk mengakuinya jika dia mengalami banyak trauma yang sampai detik ini masih melekat.

"Mungkin nantinya aku akan menerapi diriku sendiri," ucap Yukine di dalam hati sambil terus melangkah.

Sebuah tabrakan antar manusia terjadi tidak jauh darinya, itu hanya tabrakan biasa antara dua mahasiswa dan keduanya segera merapikan diri mereka juga saling mengucapkan maaf, ketika Yukine melewati mereka tidak sengaja pandangannya melihat salah satu dari keduanya tampak tidak asing. Pemuda itu juga secara tidak sengaja melihat sekilas pada Yukine yang sedang melintas, tapi segera bertukar kata lagi dengan pemuda lainnya di depannya.

"Davey Damar Langit." Nama itu langsung terucap di benak Yukine, tapi langkahnya tidak goyang sedikit pun.

Telinganya sedikit berdengung ketika wajah dan nama itu melintasi otaknya, Yukine tidak menyangka jika pemuda itu adalah orang pertama yang ditemui di kehidupan barunya ini. Yukine kini telah menjadi Fe Fei maka sudah sepantasnya jika Damar tidak mengenalinya, dan Yukine pun akan bersikap tidak mengenalnya meksipun jika yang berada di sini adalah Yukine yang dulu gadis itupun hanya akan menganggukkan kepala sedikit sebagai sopan santun, karena dengan Damar tidak bisa dikatakan teman akan tetapi mereka hanya saling kenal karena pernah satu kelas ketika mereka di sekolah menengah atas. 

Lamunan Yukine terpecahkan ketika pundaknya ditepuk oleh seseorang dari belakang, ketika Yukine menoleh di belakangnya ada seorang gadis yang menatapnya dengan sedemikian rupa.

"Fe Fei," ucap gadis itu dengan tidak percaya.

"Ya," sahut Yukine pelan.

"Ya tuhan, aku hampir tidak mengenali dirimu dengan autfitmu ini," ujar gadis itu sambil memperhatikan dari ujung kepala sampai ujung kakinya. "Kamu tampak berbeda dengan ini," imbuhnya.

Yukine mengenakan pakaian biasa hanya rok hitam yang dipadukan dengan kemeja putih, rambutnya yang panjang hanya diikat biasa tanpa ada riasan terlalu ramai, bahkan Yukine menggunakan perona bibir berwarna nude.

Jika dilihat dari reaksi gadis di depannya itu mungkin dia terkejut karena Yukine pernah melihat Fe Fei di foto suka dengan riasan yang tebal dengan outfit yang berwarna pink serta warna cerah lainnya. 

Yukine memperhatikan gadis di hadapannya itu tampak tidak asing, tapi Yukine belum pernah bertemu sebelumnya. Hanya saja Yukine yakin jika pernah melihat gadis ini.

"Kenapa kamu diam saja?" celetuk gadis itu, "Bagaimana keadaanmu? Aku sangat khawatir tidak dapat menghubungimu kami pernah datang ke rumahmu saat itu hanya ada gegemu, katanya kamu sedang sakit dan dirawat di rumah sakit dalam masa pemulihan. Hanya pihak keluarga yang dapat membesuk, gegemu berjanji jika akan menghubungi kami jika keadaanmu membaik, tapi sampai sekarang gegemu tidak mengatakan apa pun."

"Kamu siapa?" tanya Yukine dengan polosnya membuat gadis itu terkejut hingga rahangnya seolah akan jatuh.

"Ha ...? Apa maksudmu? Jangan main-main Fe Fei, kita hanya tidak bertemu kurang lebih dua bulan bagaimana mungkin persahabatan kita selama bertahun-tahun hilang begitu saja, apa ada yang salah dengan otakmu?" Gadis itu terus bicara panjang lebar dengan nada tinggi.

"Ya," jawab Yukine dengan wajah polosnya.

"Ya? Ya apa?"

"Ada yang salah dengan otaku."

"Ha?" Gadis itu kembali ternganga. "Sebenarnya apa yang sudah terjadi padamu?"

"Aku mengalami kecelakaan dan sekarang melupakan beberapa hal, itu yang dikatakan orang tuaku."

"Kecelakaan? Kamu amnesia?" Gadis itu sangat terkejut.

"Sepertinya."

"Ok ok tunggu aku perlu mencerna semua ini," ucap gadis itu sambil berputar-putar di sekeliling Yukine beberapa kali. "Kasihan sekali kamu," ujar gadis itu kemudian memeluk Yukine.

"Aku berjanji padamu akan membantumu mengingat semuanya kembali, tanyakan semua hal yang ingin kamu ketahui aku akan mengatakan semua yang aku ketahui. Pertama-tama perkenalkan aku Khia Na sahabatmu, kita sudah berteman sejak sekolah menengah pertama."

Yukine tersenyum pada Khia Na dan baru mengingatnya di mana melihat gadis ini, itu ada di sebuah foto bertiga dan tampaknya mereka cukup dekat. Setelah melihat situasinya Khia Na menunjukkan gedung jurusan psikologi yang dicarinya. Sepanjang perjalanan mulut gadis itu tidak pernah berhenti bicara sedetik pun, mengatakan banyak hal dan Yukine hanya akan menjadi pendengar setia. Bagaimanapun gadis ini akan banyak membantu ke depannya, benar-benar akan memberikan banyak kemudahan untuknya.

Keesokan harinya ketika Khia Na mengetahui jika Balryu yang mengantarkan Yukine ke kampus, wajahnya tampak rumit dan sulit untuk diartikan, "Ada apa dengan wajah itu?" Yukine menanyakan ekspresi wajah yang digunakan Khia Na untuk menatap Balryu.

"Bukan apa-apa," gumam Khia Na sambil mendahului Yukine.

"Apakah kamu memiliki masalah dengan gegeku?" tanya Yukine sambil menatap mobil Balryu yang masih terlihat dari kejauhan.

"Tidak."

"Atau kamu menyukainya?" Yukine penuh selidik.

Khia Na tidak langsung menjawab tapi langkahnya terhenti membuat Yukine bersemangat karena tebakannya sepertinya benar.

"Benarkah?" Yukine mencoba memastikan.

Khia Na masih enggan untuk menjawab, tampaknya gadis itu sedang berperang dengan dirinya sendiri. Yukine dengan sabar menunggu temannya itu mengutarakan hal-hal yang ada di pikirannya.

"Bukan aku," ucap Khia Na setelah beberapa waktu.

"Apa yang bukan kamu?"

"Bukan aku yang menyukai Balryu, tapi kamu," ucap Khia Na dengan sangat serius.

"Aku?" Yukine menunjuk dirinya sendiri kemudian ada ledakan tawa.

"Kamu bercanda?" Yukine masih dengan tawa kecilnya meremehkan ucapan temannya itu.

"Apakah aku tampak sedang bercanda?" Khia Na balik bertanya.

"Dia saudaraku."

"Hanya kakak angkat."

Seketika Yukine terdiam dan pertanyaannya beberapa bulan yang lalu terjawab sudah, bagaimana Balryu sama sekali tidak memiliki kemiripan dengan ayah ibu maupun Fe Fei.

"Bagaimana itu bisa terjadi?" Nada bicara Yukine jauh berbeda dengan beberapa detik yang lalu.

"Kenapa tidak? Balryu hanya kakak angkat. Tampan, sangat baik padamu, memanjakanmu, melindungimu dan itu terjadi bertahun-tahun sejak dari kecil, tentu saja kamu tidak akan rela menyerahkannya pada orang lain, aku masih ingat betul bagaimana kamu marah ketika mengetahui salah satu teman kita menyukai kakakmu."

Yukine masih diam, informasi ini cukup berat untuknya setelah cukup lama kembali melanjutkan pertanyaannya. "Sudah berapa lama?"

"Sejak kita berteman, seingatku kamu sudah sangat memujanya tapi baru masuk sekolah menengah atas kamu menyadari jika kamu bukan hanya sekedar menyayanginya, tapi lebih ingin memilikinya."

Yukine tidak mengatakan apa pun lagi, tapi memorinya memutar pertemuan pertamanya dengan Balryu. Pemuda itu sangat jarang bicara hanya diam dan memperhatikan apa pun di sekelilingnya, tapi pemuda itu akan datang segera jika Yukine membutuhkan pertolongannya. Mereka tampak begitu harmonis sebagai seorang kakak dan adik, tapi juga tidak dapat dikatakan dekat.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Erpina Siagian
yukine masih diam informasi ini cukup berat untuk nya setelah cukup lama kembali melanjutkan pertanyaan "sudah berpa lama .
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   200. Ledakan kota Dusee

    Langkah kaki Jon terhenti ketika melihat pemandangan tidak jauh darinya, di malam yang sunyi ini terdengar suara tawa seorang perempuan yang asing, Jon berteman hampir semua orang yang ada di tempat ini dan hampir bisa mengingat semua suara mereka tawa ini sedikit asing untuk laki-laki itu, ketika Jon melihat suara siapa itu laki-laki itu sama sekali tidak menyangka jika itu adalah milik perempuan yang hampir tidak pernah tertawa hanya sekedar tersenyum itupun tidak dilakukan setiap hari. "Ya tuhan apakah ini nyata, benarkah itu dokter Ma?" Jika bukan karena kedua tangannya sedang membawa kopi panas mungkin Jon akan menampar wajahnya sendiri untuk memastikan jika dirinya tidak sedang bermimpi.Jon tadang dengan dua cangkir kopi panas berniat mengobrol dengan Balryu sebelum mereka kembali untuk beristirahat namun Jon mengurungkan niatnya ketika melihat pemandangan ini, Balryu sedang bicara sedangkan perempuan yang mendengarkan malah hanya tertawa terus mendengar ini. "Cerita lucu apa

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   199. Duduk berdua

    Jika biasanya perempuan itu akan langsung tertidur ketika bersentuhan dengan bantal akan tetapi kini hanya bertahan satu menit hingga perempuan itu kembali duduk dengan kepala terkulai."Aku tidak bisa tidur, ada orang asing," ucap Yukine sambil menggeleng pelan. "Aku bisa pergi," kata Balryu di sampingnya."Tidak perlu, kamu datang lebih dulu kamu tidak seharusnya pergi, lagipula sepertinya aku sudah tidak mengantuk lagi karena kesal," ucap Yukine yang bicaranya sedikit tidak jelas.Perempuan ini ada di sampingnya membuat Balryu sedikit tidak nyaman untuk terus menghisap rokoknya hingga mematikannya padahal itu batang rokok yang kedua yang baru saja dinyalakan. Karena berada di lingkungan klinik Balryu tidak bisa merokok sesuka hati namun karena itu pula ketergantungannya terhadap nikotin sedikit menurun mungkin juga karena otaknya yang tidak lagi stres dan banyak melakukan aktivitas baru membuat Balryu sedikit melupakan kebiasaan buruk itu."Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Y

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   198. Dia cantik tapi berbisa

    Setelah berhari-hari tinggal di tempat ini Balryu mulai beradaptasi sedikit demi sedikit meskipun Balryu bukanlah seorang tenaga medis akan tetapi masih banyak pekerjaan yang dapat di lakukan untuk seorang laki-laki sehat seperti dirinya, apalagi dengan wajahnya yang rupawan membuat banyak orang sering mencarinya untuk melakukan sesuatu dari hal kecil meskipun itu hanya dalih agar bisa berinteraksi dengannya ataupun benar-benar butuh bantuan seperti memperbaiki komputer juga alat elektronik lainnya. Balryu juga sering ikut Jon keluar kota semata-mata agar dapat mengetahui dunia luar, Jon tentu tidak keberatan dengan itu selain pekerjaannya juga ringan ada teman bicara diperjalanan yang membosankan itu meskipun Balryu hanya menjadi pendengar saja. Hari ini Balryu baru kembali bersama dengan Jon untuk mengambil alat medis dan beberapa kardus obat-obatan dari kota besar."Aku senang kamu datang," ujar Jon dengan senyum lebarnya. "Aku merasa punya teman bicara dan berbagi tugas," imbuh l

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   197. Rambutnya panjang

    Balryu mengistirahatkan tubuhnya di kamar milik dokter Halaong sedangkan pria tua itu entah pergi kemana, perjalanan jauh ini menguras banyak energi lelaki yang tidak pernah istirahat dengan benar di sepanjang perjalanan, lelaki itu butuh banyak istirahat untuk memulihkan kondisi tubuhnya seperti semula sedangkan untuk orang tua itu tidak perlu membahasnya. Mungkin tubuhnya punya kekuatan robot yang tidak punya rasa lelah bahkan dengan tubuh manusianya di sepanjang perjalanan yang melelahkan itu dokter Halaong bisa melakukan beberapa perawatan juga operasi yang tidak diketahui oleh Balryu. Mulut lelaki itu menguap lebar sambil merenggangkan tubuhnya, tidak tahu sudah berapa lama dirinya tertidur pulas meskipun ranjang milik dokter Halaong tidak senyaman miliknya di rumah namun ketika tidur dengan nyaman tanpa punya banyak kekhawatiran membuatnya dirinya bisa tidur pulas dan bangun dengan keadaan bugar. Tempat itu sunyi tidak ada aktifitas apapun, perutnya terasa lapar membuat Balry

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   196. Memuji orang asing

    Yukine langsung mengalihkan pandangannya ketika sadar, dengan wajah kebingungan perempuan itu berpikir keras. "Kenapa dia ada di sini?" tanya Yukine pada dirinya sendiri. "Pasti aku salah lihat." Untuk memastikan pandangannya benar atau salah Yukine kembali menoleh dan lelaki itu masih melihatnya. "Dia seperti yang ada di ingatanku tapi lebih kurus apakah ada orang di dunia ini yang memiliki wajah sangat mirip?" Yukine masih berdebat dengan hatinya namun itu diputuskan kebenarannya ketika melihat dokter Halaong keluar dari mobil. "Kenapa pria tua itu sudah kembali? Jika itu dokter Halaong berarti lelaki itu benar-benar Balryu." Yukine menelan ludahnya entah mengapa langsung merasa gugup." Kenapa dia harus datang kesini?"Tiga orang keluar dari mobil itu dengan sedikit berlari menghindari hujan, Yukine tidak berani melihat lagi dan lebih memilih menyibukkan diri dengan anak-anak di sekitarnya namun karena sudah tidak bisa menikmati hujan seperti sebelumnya perempuan itu memilih untu

  • Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!   195. Negara Mosa

    Awalnya Balryu tidak mengerti mengapa Jon melarang dokter Halaong menyetir dan bersikeras terus mengemudi sendiri semalaman tidak membiarkan dokter Halaong menggantikannya dengan alasan tangan dokter Halaong terlalu berharga, juga tidak bisa menyuruh Balryu karena masih belum menguasai medan terpaksa terus mengemudi sendiri di tengah ngantuk dan tangan yang telah mati rasa.Tapi kini ketika dokter Halaong menginjak gas mobil itu Balryu langsung punya firasat buruk juga mengerti mengapa Jon melakukan itu semua. Cara menyetir dokter Halaong berbeda dan Jon yang terkesan santai dan lembut mengutamakan kenyamanan juga keselamatan sedangkan pria tua itu tidak menggunakan prinsip itu, gasnya terus diinjak meksipun itu di tikungan tajam prinsip yang digunakan olehnya hanya segera sampai tujuan tidak peduli dengan penumpang yang mungkin bisa memuntahkan organ dalamnya. Balryu awalnya jenuh juga bosan dengan perjalanan ini tapi kini kembali tegang karena jantungnya kembali dipacu. "Pantas saj

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status