Share

Jatuhkan saja

Guntur terdiam sesaat, ia terlihat pucat dan takut. Ia melepas tangan Yuna dengan keras dan mengatakan pada Yuna bahwa ia tidak menginginkan anak itu.

"Itu adalah anak dari benih orang miskin. Aku yakin kamu akan merasa jijik karenanya. Jadi gugurkan saja." ucapnya enteng.

Penolakan Guntur padanya begitu keras dan berhasil membuat Yuna tersadar, bahwa laki-laki di depannya tidak hanya laki-laki miskin tapi juga seorang laki-laki pengecut. Hal itu membuat Yuna mengasihani bayi yang ada di dalam kandungannya. Ia tidak menyangka akan ada sepasang orang tua yang begitu egois dan begitu mudah untuk meninggalkannya.

Rasa cinta orang tua Yuna padanya begitu tulus, hingga Yuna rela berkorban menjalankan misi agar dapat kembali ke saat di mana orang tuanya masih hidup dan berkumpul lagi. Akan tetapi lihatlah bayi yang belum lahir ini, ibunya memilih mati dengan putus asa. Sedangkan ayahnya memilih untuk mempertahankan ego dan harga dirinya. Guntur berbicara seolah nyawa yang ada di dalam perutnya bukanlah sesuatu yang penting dan patut untuk dipertahankan.

Yuna merasa bahwa Guntur tak sepatutnya mengatakan kalimat yang begitu kasar untuk bayinya sendiri. Seberapa buruk pun kalimat yang diucapkan Yuna sebelumnya, tak akan sebanding dengan kalimat yang diucapkan Guntur saat ini.

"Apa yang kamu katakan?"

Saat Yuna bertanya, Guntur dapat mendengar ada getaran dalam suaranya. Seolah pertanyaan itu begitu berat dan sulit diucapkan. Akan tetapi hatinya telah mati dan tidak ingin bersimpati lagi. Ia mengeraskan hatinya dan mengucapkan kalimat itu sekali lagi.

"Aku mengatakan padamu bahwa aku tidak menginginkannya. Jadi gugurkan saja."

Perasaan Yuna langsung jatuh. Ia tidak menyangka bahwa orang yang akan ia tolong ternyata bukan orang yang pantas. Ia sempat bersimpati pada Guntur pada semua hal telah ia alami. Tapi bukankah hidupnya menderita karena pilihannya sendiri. Kalau saja dia mau menerima tawaran adopsi itu, mungkin dia sudah hidup dengan cukup kaya sekarang. Tapi betapa bodohnya Guntur justru menawarkan hal itu pada Ifana. Hampir semua kemalangan yang dialami Guntur pada dasarnya adalah pilihan bodohnya sendiri.

Yuna akhirnya mengerti mengapa semua berakhir begitu buruk, bukan karena Ifana ataupun pemeran utama laki-laki yang terlalu pintar dan licik. Tapi karena Guntur yang terlalu bodoh dan gemar menyusahkan diri sendiri.

Yuna pun tersenyum, senyum itu begitu masam hingga membuat Guntur merasa takut.

"Maafkan aku, sepertinya aku salah mengenalmu saat itu, sehingga aku berfikir kamu akan bertanggung jawab untukku dan bayi kita saat kamu mendengar tentang kehamilan ku. Aku harusnya sadar diri sejak awal dan menanggungnya sendiri. Kalau begitu aku akan pergi."

Yuna langsung berbalik dan pergi. Ia tidak menunggu Guntur datang padanya untuk meminta maaf. Ia juga tidak mengharapkan Guntur untuk berubah pikiran. Yuna hanya ingin pergi menjauh dari bajingan itu. Persetan dengan misi, baginya Guntur saat ini bukan manusia. Guntur sama sekali tidak pantas mendapatkan bantuan darinya. Laki-laki itu akan menjadi ayah terburuk. Bayi di dalam perutnya akan terlahir sial bila memiliki Ayah seperti Guntur.

Sedangkan Guntur masih terdiam dan terpaku pada satu tempat. Ia tidak menyangka bahwa ia akan bertemu lagi dengan Yuna dan mendapatkan kabar kehamilan. Ia tidak bisa bersama Yuna ataupun anak itu, karena ia tau bahwa ia tidak punya cukup harga diri untuk menjadi seorang kepala keluarga. Ia miskin dan tak memiliki apa-apa. Jika anak itu lahir maka hanya kesusahan yang akan ia terima.

Setelah lama tinggal di kota ini, ia menyadari bahwa realita hidup begitu menyakitkan. Ia menyadari bahwa semua hinaan yang diucapkan oleh Yuna saat itu adalah sebuah kebenaran.

'hubungan tidak cukup hanya bermodal cinta'

Guntur menyadari bahwa ia begitu munafik dan naif saat mengatakan bahwa cinta dapat mengalahkan segalanya. Status mereka terlalu berbeda dan Guntur tak mampu mengimbanginya. Hidup Yuna telah bergelimang harta dan terbiasa dengan kenyamanan. Jadi biarkan saja anak itu tak pernah terlahir ke dunia, karena anak itu tidak akan benar-benar siap jika terlahir sebagai anaknya.

'maaf, aku tidak punya cukup keberanian untuk mencintaimu lagi. Aku sadar diri dan memilih untuk menyerah, anak itu pantas terlahir dengan seorang ayah yang lebih baik dariku'

Guntur hanya mampu menatap Yuna yang semakin menjauh. Ia masih mencintai gadis itu, hal itulah yang membuatnya begitu marah saat dihina beberapa waktu lalu. Akan tetapi kali ini ia sadar bahwa Yuna lebih baik tidak bersama dengannya. Ia tidak punya apa-apa untuk membahagiakan Yuna dan membangun keluarga kecil bersamanya.

Yuna yang berjalan dengan marah langsung menghentakkan kakinya dengan keras. Ia tak peduli dengan cuaca terik serta debu yang ada di sekitarnya. Setelah lama berjalan ia pun akhirnya merasa lelah dan perlahan nafasnya mulai tersendat. Keringat dingin bercucuran dan ia mulai pusing kembali. Hal ini hampir sama seperti saat ia baru memasuki dunia kecil untuk pertama kalinya.

Yuna yang berjarak lebih dari 100 meter dari Guntur membuat Sistem 10 kembali aktif.

Sistem 10 [Peringatan! Peringatan! Peringatan! Kondisi kesehatan Tuan Rumah menurun, harap Tuan Rumah tenang dan cepat beristirahat].

Tepat saat Sistem 10 mengatakan peringatannya, saat itu juga penglihatan Yuna perlahan memudar. Matanya mulai terpejam dan akhirnya jatuh ke jalan yang belum diaspal. Jalan itu berupa tanah kotor yang penuh debu, hal itu membuat Yuna terlihat semakin kotor karena tanah telah menodai wajah cantiknya.

Guntur yang masih menatap Yuna yang pergi dengan marah hanya terdiam. Namun saat Yuna terlihat berjalan dengan lebih lambat dan tubuhnya sedikit oleng, hal itu pun membuat Guntur khawatir. Akan tetapi rasa khawatirnya ia tepis dengan membuang muka dengan segera.

Guntur mengeraskan hatinya dan tidak ingin melihat Yuna lagi. Akan tetapi ia berfikir tidak ada salahnya untuk melihat Yuna sekali lagi. Hanya saja pemandangan di depannya membuat Guntur kaget dan panik. Yuna telah tergeletak di jalan dan pingsan. Guntur pun langsung berlari tanpa berfikir dan membawa Yuna ke pelukannya.

Saat itu juga ia melihat wajah Yuna yang sangat pucat seolah tak berdarah. Hati Guntur langsung merasa teriris, ia mencoba membangunkan Yuna tapi gadis itu tak kunjung sadar juga.

"Hey, jangan main-main dengan ku. Cepat bangun, ini sama sekali tidak lucu." ucapnya sambil menampar wajah Yuna dengan sedikit keras.

Melihat Yuna yang tak kunjung sadar, Guntur langsung panik dan mengangkat Yuna dalam pelukannya. Akan tetapi betapa kagetnya Guntur saat mengetahui bahwa tubuh Yuna begitu ringan. Bahkan jauh lebih ringan dari saat mereka masih bersama sebelumnya.

"Hey, bukankah kamu sedang hamil. Kenapa kamu begitu ringan?"

Guntur terus berceloteh dan menanyakan banyak hal pada Yuna, tapi wanita itu tak menyadarinya. Guntur langsung meminjam mobil dari seorang mandor dan membawa Yuna ke rumah sakit terdekat. Sepanjang jalan Guntur selalu berdoa semoga Yuna dan bayinya baik-baik saja. Ia benar-benar menyesal saat mengatakan kalimat kasar itu pada Yuna, jika ia tau begini maka ia akan membanting harga dirinya dan melupakan semua penghinaan Yuna padanya. Ia akan memilih kembali dan akan bertanggung jawab, namun semuanya sudah terlambat dan waktu tak bisa diulang. Jika terjadi sesuatu pada Yuna dan bayinya maka Guntur tak akan bisa memaafkan dirinya sendiri.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status