Share

Chapter 2

Sejak kejadian Ivan yang mabuk kemarin, semakin membuat citra Fira yang buruk menjadi lebih buruk, bahkan tak lagi dihormati sama sekali walau dirinya adalah seorang wakil direktur.

Dimulai dari ketika ia melangkah ke lift yang berdesakan oleh pegawai lainnya. Banyak di antara mereka yang terlihat mencibir dan seakan jijik terhadap Fira. Tapi untungnya tak semua sih begitu. Hanya mereka yang berhati dengki dan jelmaan iblis yang sangat membencinya.

“Duh, kapan sih aku bisa naik jabatan? Capek juga udah lima tahun kerja cuma mentok jadi wakil ketua tim.” Cibiran dimulai dari seseorang bernama Mira yang menjadi musuh bebuyutan duo Zeze-Fira. Mira ini senang sekali mencari masalah.

“Iya, ya, bu. Kok bisa ada orang yang cuma dua tahun kerja, karirnya bisa menanjak gitu. Dari pegawai biasa, ketua tim, manajer, dan sekarang...” Seorang di sebelah Mira menggantung kalimatnya untuk melihat reaksi Fira yang tak merasa dirinya sedang dibicarakan.

Hooh, yang disindir gak merasa. Yang merasa justru mereka yang ingin bersikap netral harus risih mendengar celotehan nenek-nenek lampir yang sengaja membesarkan suaranya.

Fira tahu loh ya kalau dia lah yang disindir. Yah perlu diakui, kisah inspiratif Fira yang berakhir menjadi skandal memang sudah menggema ke seluruh gedung.

“Hm, Bu Mira dari divisi perencanaan kan?” toleh Fira pura-pura tak mengenali sosok Mira.

“Iya.” jawab Mira tak sopan.

“Tolong segera buatkan perencanaan yang saya kirim melalui email pada Pak Ivan pagi tadi dan antarkan ke ruangan saya sebelum jam makan siang ya. Karena keadaan genting dan sangat dituntut cepat, jadi saya mohon, agar bu Mira segera menyelesaikannya dengan baik. Sekali lagi, BU MIRA segera selesaikan ya. Karena saya sangat percaya pada kemampuan bu Mira.” tutur Fira tersenyum puas karena sudah berhasik memukul mundur musuhnya padahal ia masih menggerakan ekornya.

Itu baru namanya marah elegan ala Zhafira. Punya kekuasaan, balas saja mereka dengan kekuasaan. Bukan berartiu sewenang-wenang, tapi model manusia sepeeti Mira ini kadang perlu juga dikasih paham. Untuk apa repot-repot bertarung fisik dan menghabiskan tenaga. Rugi.

Lagian, yang diinginkan para haters cuma satu, membuat Fira malu lalu perlahan menendangnya dari kantor .

“Untung dulu gue dengar apa kata Zeze soal Mira sialan ini.” batin Fira yang bersyukur pada petuah-petuah Zeze soal Mira dan cara menghadapi kuntilanak jelmaan manusia itu. Eloss... Tino tino ri..

Ternyata bukan hanya Fira, Zeze juga terkena imbas dari kejadian kemarin. Tim pendukung Fira yang membela idola mereka, menyalahkan Zeze dan menganggunya seharian. Seolah Zeze-lah orang yang harus bertanggung jawab karena idola merela dipermalukan di depan umum.

Padahal, Zeze lah korban dari hinaan dan rasa malu ini. Hanya satu kata hinaan dari Ivan, orang-orang jadi menganggapnya pendosa. Belum lagi cemoohan yang selalu diterima Zeze karena memiliki banyak kesamaan dengan Fira.

“Ze, lo gak malu kerja di bawah bayangan bu Fira?”

“Kok bisa sih kita mengira kamu kembarannya bu Fira?”

“Dilihat dari mananya juga gak ada mirip-miripnya.”

“Jangan kan wajah, kukunya bu Fira aja gak pantas dibandingkan sama dia.”

Sekian banyak cercaan ia dapatkan dari perempuan iblis yang suka mengintimidasinya yang lemah itu. Cuh. Tapi di antara semua perempuan iblis, hanya Mira dan jongosnya Yuni yang merasa berhak memerintah apapun pada Zeze.

“Sakit banget mata lihat gaya-mu!” desis orang lain begitu Zeze berjalan di depan mereka.

Siapa juga yang mau berpenampilan begini para setan budiman, kalau bukan karena kemiripan yang haqiqi dengan dua orang cemerlang nan mentereng di mata kalian itu, Zeze juga ogah ke pasar tradisional setiap bulan demi membeli kaos gombrang berlusin-lusin. Batin Zeze bergelut.

Sebenarnya, kalau atasan nya tak berlaku demikian, mungkin Mira dan Yuni gak akan seleluasa itu membully Zeze bahkan di saat jam kerja. Semua ini berawal dari Ivan.

“Lebih baik lagi jika kamu pakai karung beras ke kantor. Pakaian dari kain gak cocok untukmu!” celetuk Ivan pertama kali saat Zeze muncul dengan penampilannya.

Kemudian.

“Kamu titisan udang ya? Otak sama kotoran ada di tempat yang sama. Padahal tinggal buat sesuai format yang ada, masa bisa salah.” Oke, Zeze terima karena itu adalah kesalahannya dalam bekerja.

Dan hari ini.

“Saya lelah sebenarnya memarahimu yang gak mengerti bahasa manusia itu. Apa harus saya katakan dalam bahasa binatang biar kamu paham dimana letak kesalahanmu?”

Duarrr... sabar sudah pindah guys. Tak lagi menjadi bagian hidup Zeze.

“Heh, an***g, kalau mencari gara-gara denganku, kuperingatkan bahwa aku gak takut. Lakukan aja yang kamu lakukan dan aku juga akan melakukan apa yang bisa aku lakukan. Dasar impoten!” teriak Zeze tepat di depan hidung si bos. Tapi sayang, semua itu hanya khayalan yang tak berani ia buat nyata. Yang nyata hanya mata berapi Zeze memandangi pimpinannya yang sedang sibuk menandatangani berkas saat itu.

“Dasar laki-laki impoten!”

Ruangan menjadi senyap. Suara guratan pena di atas meja yang tadi terdengar mendadak lenyap. Si bos juga tadinya hanya fokus pada berkas, kini memandang tajam ke arah Zeze yang tepat di depannya dan bersikap seolah tak terjadi apa-apa.

Mata Ivan membelalak tajam, bak memancarkan sinar UV yang siap membakar Zeze hingga menjadi debu. “Coba ulangi kata-katamu barusan!”

“Maaf?” tanya Zeze tak paham.

“Impoten?”

Astaga! Yang itu bukan khayalan rupanya? Kaget Zeze menyadari kata-kata yang ternyata  ia ceploskan langsung dari mulutnya, bukan lagi batin.

“Kamu!” teriak Ivan kehabisan kata-kata karena tuduhan Zeze.

“Maaf, pak. Saya gak bermaksud begitu. Itu karena bapak suka merokok. Dan merokok itu bisa bikin impoten.” jelas Zeze panik.

“Keluar kamu!!!” usir Ivan yang sudah murka.

Dengan langkah ringan, Zeze keluar dari ruangan dan bersembunyi ke lubang semut biar gak jumpa Ivan lagi.

NB: Banyak minum, Van. Istighfar.

*****

Ancaman Fira di lift tadi benar-benar mempengaruhi mental Mira. Jika biasa ia akan bergosip sejenak begitu sampai ke mejanya, ini dia langsung menemui Ivan dan meminta proposal  yang dimaksud Fira.

“Sudah saya kirim. Kerjakanlah apa yang disuruhnya.” perintah Ivan yang moodnya sudah dirusak oleh impoten.

Tak ada bantahan dari pimpinan dan hanya ada perintah untuk segera dikerjakan sampai tenggat waktu. Hmmm, Mira tak tampak putus asa. Sebagai orang yang juga memiliki jabatan tinggi setelah Ivan, ia bebas menyuruh siapa saja yang terlintas di pikirannya. Dan targetnya adalah Zeze.

“Kerjakan ini sebelum makan siang, ya. Kalau sudah, kasih saya biar saya tanda tangani.” Mira memberikan sebuah flashdisk ke Zeze yang masih sibuk dengan tugas dari Ivan.

“Apa ini bu?” tanya Zeze polos-polos aja nih.

“Perencanaan iklan-lah. Memangnya apalagi? Kerjakan ya!”

Akhirnya Zeze berkutat dengan dua pekerjaan sekaligus, sementara Mira tanpa beban bisa mengerjakan sesuatu yang lebih penting baginya.

“Iklan layanan masyarakat?” gumam Zeze pelan. Matanya bersinar membaca outline keseluruhan iklan itu.

Semangatlah Zeze menyalurkan isi kepalanya kepada keyboard. Sudah sejak lama ia ingin menangani iklan layanan masyarakat seperti ini dan menyampaikan banyak pesan di sana sebagai bentuk rasa peduli terhadap krisis moral yang dialami bangsa ini. Beuh, gayanya.

Tak sampai tiga jam, semua proposal sudah selesai. Tinggal dicetak dan diberikan ke Mira. Eh, tunggu. Tanpa sadar Zeze menyertakan namanya di bagian perancang.

“Ah, kali ini juga bukan rejeki.” Tekuk Zeze di wajahnya selagi tangannya menghapus nama Zeline Agustian di layar dan berganti menjadi Mira Arianti.

“Sudah selesai?” Cepat tanggap juga iblis satu ini. Dengar Zeze tak lagi mengetik-ngetik, dia langsung muncul dii dekat Zeze.

“Sudah bu, tinggal diprint.” jawab Zeze lemas.

“Udah sini. Saya aja yang cetak dan langsung dibawa ke ruangan Bu Fira.”

Zeze memberikan kembali flasdisk itu ke Mira dan segera dibawa ke ruang cetak tanpa diperiksa lebih dulu.

“Kapan lah bisa aku balas dia ya lord,” gerutu Zeze dalam hatinya.

Di ruangan Fira, tampak Mira dengan congaknya memberikan berkas yang sudah ia cetak ke meja kerja Fira. Gadis itu enggan duduk untuk segera menantikan pujian dari Fira dan menyaksikan wajah kekalahan Fira di hadapannya.

Fira nih. Bukan kaleng-kaleng.Batin Fira.

“Hmm, bagus ini.” puji Fira. Ia seolah paham apa yang ditunggu Mira darinya. Pengakuan? Tidak mudah , Rhoma.

“Akan menarik lagi jika sasaran ini tepat kita berikan sesuai dengan konsep yang tertulis. Bu Mira ada ide? Kemana sasaran ini kita beri?” Tes pertama.

“Sa.. Sasaran, bu? Hm, karena iklan ini ditujukan kepada anak-anak...” Mira agak ragu menyebutkan anak-anak. Karena dia memang tak tahu apapun isi dalam flashdisk itu dan langsuing diserahkan ke Zeze. Lebih bodoh lagi, setelah dicetak pun ia tak urung memeriksa berkas apa yang ada di tangannya.

“Anak-anak?” tanya Fira penuh penekanan.

“Iya, anak-anak. Jadi dibutuhkan anak-anak yang bisa  menggambarkan keseluruhan isi iklan.” Keringat dingin menyelimuti Mira.

“Begitu ya?” Fira masih berpura-pura masuk ke perangkap Mira. “Jadi. Menurut bu Mira, anak-anak ini sebaiknya memerankan bandar, polisi, atau pemakainya?” Asli. Fira ingin tertawa hingga terpingkal-pingkal di hadapan Mira dan merekam wajahnya lalu disiarkan di seluruh saluran televisi se-Indonesia.

“Hah?” pekik Mira menahan emosi.

“Ini iklan layanan masyarakat yang bebas narkoba bu Mira. Kita gak perlu memakai anak-anak di sini.” tutur Fira dengan nada mengejek.

Puas menjebak Mirra dan mempermalukannya sekali lagi, Fira memutuskan keluar dari ruangan dan menuju kantor CEO yang berada satu lantai di atas ruangannya.

“Permisi. Pak.” sahut Fira di pintu ruangan Seno setelah ia membuka sedikit celah untuk mengintip kegiatan orang di dalamnya.

“Silahkan!” sambut Seno tenang, padahal kakinya sudah berguncang hebat karena gugup.

Fyi, Seno ini suka sama Fira ya guys. Oke, terima kasih atas perhatiannya pada informasi yang tak niat ini.

“Ini ada permintaan dari BNN dan Kepolisian untuk bekerjasama dengan kita dalam pembuatan iklan layanan masyarakat. Juga ada permintaan khusus agar anda sendiri yang terjun langsung dan menjadi bagian dalam orang muda bebas narkoba yang tercantum di dalamnya. Anda bisa lihat sendiri berkasnya.” jelas Fira tanpa ada raut wajah malu-malu. Datar.

Capek Fira menjelaskan panjang lebar, Seno tak memperhatikan apa yang dikatakan gadis itu. Seno malah fokus pada bibir tipis yang terus bergerak menggodanya. “Benar, antara kamu dan Ivan tak ada hubungan apapun seperti yang dikatakan orang-orang?” selidik Seno tanpa mengalihkan pandangannya dari wajah cantik Fira.

Hah. Fira bernafas jengah. Setiap kali ada momen berdua dengan Seno pasti menanyakan hal-hal tak penting ini. Tak sadarkah dia, jika semua rumor berawal darinya?

“Jika tidak ada lagi, saya permisi, pak.” Fira keluar tanpa basa-basi. Tak niat menjawab pertanyaan Seno barusan.

“Baik, akan saya kabari secepatnya.” jawab Seno mengalah lalu menggiring berkas itu ke sisinya.

Seno memandangi punggung Fira dan rasanya ignin mengelus dan menghibur wanita itu. Ingin juga ia peluk sembari menenangkan dan berkata, “Kamu harus kuat. Jangan terpengaruh gosip mereka, karena mereka tak tahu siapa kamu. Ada aku di sini yang percaya pada kemampuanmu.” Hah... Seno mengeluh dalam helaan nafasnya.

Fira baru saja menutup pintu ruangan Seno, tapi dia sudah disuguhkan oleh cibiran kedua sekretaris yang menatap sinis dirinya.

“Nah, nah, untuk apa coba dia bawa-bawa berkas langsung ke Pak Seno? Kan bisa dikirim melalui email atau melalui kita.” celetuk satu orang.

“Ya, apa lagi, itu karena mereka ada hubungan khusus. Jadi sedih sama nasib Pak Ivan.” sambung satunya.

“Memang, dibandingkan Pak Seno, Pak Ivan gak ada apa-apanya. Tapi kan jahat ya, menolak orang yang tulus demi jabatan.”

Yang jahat tuh mulut kalian, aku masih di sini, bisa-bisanya kalian membicarakanku. Benak Fira.

Profil Mira (Dah gatel pen gibah)

Nama                     : Mira Arianti

Umur                      : 28 tahun

TTL                        : Bumi, gak penting sih

Hobby                    : Cari masalah, manfaatin orang, tebar pesona

Ciri fisik                 : Tingginya 165 cm (cukup tinggi), hitam manis, rambut pendek model bob, berbadan ramping dan cukup sexy-lah

Kelebihan               : Pintar dan cerdas

Kekurangan           : Hobby-nya adalah kekurangannya

Udah lah itu aja. Aku malas guys.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status