“Momma! Mybell mau ke toilet.”
Gadis cilik dengan rambut kecoklatan yang bergelung cantik di kedua sisi kepalanya itu melompat-lompat tak sabar. “Tunggu Opa datang dulu! Kamu pasti hanya mau berkaca kan, Nak?”Kalimat itu terlontar dari sang ibu. Wanita muda dengan wajah oriental yang terbingkai sempurna dengan rambut hitam lurusnya. Dia adalah Nichelle Howard. Sudah 7 kali musim panas Nichelle lewati setelah kabar kehamilannya. Keluarga Howard memutuskan untuk mengirim Nichelle pergi ke negara asal mereka. Uni States. Di sana Nichelle baru mengetahui bahwa keluarga Howard termasuk dalam 3 besar keluarga taipan. Dengan lebih dari 1 perusahaan di lini bisnis berbeda. Thomas dan Maria sengaja menjauh dari negara besar itu dan memantau bisnis dari jauh. Hari ini, Nichelle kembali ke negara La Stivale. Ke kota di mana ia dibesarkan, kota Piermo. Nichelle baru saja turun dari pesawat dan anak gadisnya yang berusia 6 tahun itu sudah rewel dengan penampilannya. “Tapi, Mom! Lihat rambutku—“ “Ah ... oke, oke. Ayo ke toilet saja dulu.” Nichelle menyerah dengan kelakuan anak gadisnya itu. Ia tidak paham dari mana sifat Mybell berasal. Kebanyakan, ia akan menyalahkan pria yang tidur dengannya, 7 tahun lalu. Baru saja Nichelle berniat membalik tubuhnya, anak lelaki dengan wajah datar menahannya. “Momma di sini saja dengan Helios. Aku temani Mybell.” Usulan itu datang dari Zayn, anak lelaki Nichelle yang paling terakhir keluar dari perutnya. Sedangkan Helios yang disebutnya barusan, adalah si kembar yang pertama kali dilahirkannya. Ketiga anak kembar itu benar-benar lahir dari perut Nichelle. Hasil dari hubungan cinta semalamnya dengan pria yang tak dikenal. Mengingat pria itu adalah salah satu investor, Nichelle membayangkan pria gendut jelek yang menyebalkan. Jadi, ia tak pernah berniat untuk mencarinya. Sementara menunggu Mybell dan Zayn ke toilet, Nichelle masih mencoba menghubungi Thomas yang berjanji untuk menjemput mereka. Sedangkan Helios terlihat sangat fokus dengan laptop kecil di pangkuannya. “Heli, kamu rencana mau makan apa, Nak?” tanya Nichelle setelah berhasil mendapat kabar dari sang ayah. “Makanan di kota ini tidak kalah enak dari Uni States.” Helios terdiam sesaat. Jemarinya lincah memainkan keyboard laptop sebelum akhirnya ia mematikan alat elektronik itu dan fokus pada sang ibu. “Makanan Zayn pasti lebih enak, Momma.” Nichelle terkekeh. “Tapi kasihan kalau Zayn langsung disuruh masak. Bagaimana kalau makan masakan Oma?” Seperti ditawari gudang penuh emas, netra Helios berbinar mendengar usulan itu. “Mau!” Maria dan Thomas memang sesekali berkunjung ke Uni States. Setiap kali, Oma mereka itu memasakkan makanan yang unik dan sangat lezat. Mungkin dari Maria, Zayn belajar memasak. Anak bungsu Nichelle itu bahkan meramu sendiri resepnya dengan dasar-dasar yang ia terima dari sang nenek. “Yosh! Mom beritahu Oma untuk masak—“ “Tidak perlu, Chel!” potong seseorang dari belakang punggung mereka. Nichelle berbalik dan melihat Thomas berdiri dengan penuh senyum di sana. Netranya berkaca-kaca merindukan sang ayah. Walau Thomas dan Maria tidak terikat darah dengan Nichelle, tetapi kasih sayang mereka melebihi orang tua kandungnya. “Dad!” Nichelle memeluk pria yang sudah terlihat semakin tua itu. Helios mengikuti kelakuan sang ibu dan tak lama Zayn dan Mybell pun menempel pada kaki Thomas. “Hahaha! Senang sekali kalian semua di sini!” Thomas merangkul mereka erat. “Ayo, kita pulang! Oma kalian sudah bikin festival kecil di rumah!” “Yeay!” Tiba di kota Piermo, ingatan Nichelle berkelana ke masa lalu. Semua yang manis dan pahit ia lewati di kota ini. Ada amarah dan luka yang masih tertinggal akibat perbuatan mereka yang gila harta dan kekuasaan. Franz dan Sarah, lalu keluarga kandung yang tak mengakuinya. Sampai akhirnya mereka tiba di area perkebunan, Thomas berseru penuh semangat, “Kita sudah sampai di festival Howard!” Si kembar tiga pun berseru nyaring, tak kalah semangat dari Opa mereka. “Hore!” Dari kejauhan, Nichelle bisa melihat rumah mereka yang sudah dihiasi bendera-bendera segitiga, di halaman. Dulu Nichelle muda sama sekali tidak sadar, bahwa seluruh perkebunan di sana adalah milik keluarga Howard. Ia berpikir bahwa ia hanya seorang anak tukang kebun. Tak disadarinya, semua restoran dan hotel di kota Calcio dan kota-kota lain di La Stivale membeli hasil perkebunan Thomas dan Maria. Hari di mana Thomas menemukan Nichelle dikeluarkan dari kediaman Armeyn adalah saat ia tengah rapat dengan klien salah satu hotel di Calcio. Nichelle segera turun dan menghampiri sang ibu. “Mom!” Maria berbalik dan memeluk putri kesayangannya itu. Walau hatinya sakit dengan penolakan Sarah yang tak mau kembali ke keluarga Howard, kehadiran Nichelle lebih dari cukup untuk mengobati itu. Helios, Mybell dan Zayn pun turut memeriahkan pelukan tersebut. “Oma!” “Astaga, kalian semua! Selamat datang kembali!” *** Sementara itu, di sudut mansion megah, seorang pria berdiri membelakangi asistennya. “Laporanmu, Tark?” “Tuan Dominic, wanita itu sudah kembali.”“Zayn.”Yang dipanggil berdehem pelan. “Hm?”Nichelle menatap jam dinding di atas pintu masuk rumah. “Seharusnya Heli dan Mybell sudah sampai rumah sekarang. Kenapa belum datang juga ya?”Jarak Kota Calcio dan Piermo tak terlalu jauh. Hanya 1 jam perjalanan menggunakan mobil. Jika urusan Mybell dimulai jam 4, biasanya pukul 5 atau 6 sudah bisa pulang.“Mungkin acaranya mundur? Atau macet, Mom.” Zayn terdengar cuek.Menurut Zayn, tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari Helios. Jenius hacker sepertinya punya banyak cara untuk tetap selamat, dalam kondisi tergawat sekalipun.“Ada Aunt Cathy yang jago karate dan Uncle Raul si petinju. Tenang saja, Momma.”Tak lama kemudian, bahkan Thomas dan Maria sudah pulang dari acara pribadi mereka.Sejak menyerahkan perusahaan Greenly Land pada Nichelle, kedua orang tuanya itu mulai sering menghabiskan waktu berdua. Pergi menikmati masa tua mereka.“Hm? Kau kenapa berdiri di situ, Chel?” tanya Maria dengan wajah khawatir. “Apa ada masalah?”Nichelle
"Huh? Zayn? Kamu sudah pulang, Nak. Yang lain ke mana?" Nichelle baru saja keluar dari kamarnya setelah mandi sore dan terkejut melihat ruang makan kosong. Biasanya pukul 4 sore seperti ini, Helios sudah mulai mengecek keuangan restoran sambil menikmati camilan buatan Zayn dan Mybell sibuk dengan kacanya. Dengan wajah tenang dan datar Zayn menjawab, "Mybell pergi ke pertemuan pertama untuk syuting film, Mom. Lalu Heli, sepertinya tidak ada kerjaan dan ikut dengan Mybell setengah jam lalu." "He ... tumben sekali. Heli jarang-jarang temani Mybell datang ke lokasi syuting begitu," komentar Nichelle sambil menikmati salad sayur dan roti panggang beserta kroninya. Tiba-tiba Zayn menoleh ke arah Nichelle, dengan senyum licik yang sangat tipis. Biasanya, kalau sudah begitu, Zayn akan melontarkan kalimat-kalimat sarkas yang menyayat hati. Nichelle mematung ketika putra bungsunya itu mulai ceramah. "Mungkin Heli sedang mencoba menjadi pengganti Daddy yang tidak pernah kami tahu keber
Dua minggu berlalu.Industri entertainment di Kota Calcio sedang gempar dengan kedatangan ‘Little Starlet’. Banyak rumah produksi berlomba-lomba melamar sang artis demi bisa membintangi film yang sedang dan akan mereka garap.“Uh! Apa mereka tidak bisa membiarkanku liburan dulu, Aunt Cathy!” Mybell merengek melihat manajernya membawa setumpuk naskah film layar lebar. “Aunt bahkan baru datang seminggu lalu dan mereka sudah membuatmu kerja lagi. Protes saja, Aunt!”Wanita muda yang disebut Aunt Cathy tergelak melihat tingkah Mybell. Menurut Cathy, anak tengah yang keluar 2 menit setelah Helios tersebut sangat menggemaskan.“Bagaimana kalau Nona Mybell baca dulu beberapa naskah ini?” bujuk Cathy.Namun, Mybell kembali tantrum. Dengan tubuh tengkurap dan dua tangan terkepal memukul-mukul sofa, ia berseru, “Nggak! Nggak, nggak, nggak!”Hembusan napas tenang keluar dari mulut Helios yang sejak tadi mendengarkan percakapan mereka. Ia membuka laptopnya dan mengambil naskah film itu satu per
“Momma! Mybell mau ke toilet.”Gadis cilik dengan rambut kecoklatan yang bergelung cantik di kedua sisi kepalanya itu melompat-lompat tak sabar.“Tunggu Opa datang dulu! Kamu pasti hanya mau berkaca kan, Nak?”Kalimat itu terlontar dari sang ibu.Wanita muda dengan wajah oriental yang terbingkai sempurna dengan rambut hitam lurusnya. Dia adalah Nichelle Howard.Sudah 7 kali musim panas Nichelle lewati setelah kabar kehamilannya. Keluarga Howard memutuskan untuk mengirim Nichelle pergi ke negara asal mereka. Uni States.Di sana Nichelle baru mengetahui bahwa keluarga Howard termasuk dalam 3 besar keluarga taipan. Dengan lebih dari 1 perusahaan di lini bisnis berbeda. Thomas dan Maria sengaja menjauh dari negara besar itu dan memantau bisnis dari jauh.Hari ini, Nichelle kembali ke negara La Stivale. Ke kota di mana ia dibesarkan, kota Piermo.Nichelle baru saja turun dari pesawat dan anak gadisnya yang berusia 6 tahun itu sudah rewel dengan penampilannya.“Tapi, Mom! Lihat rambutku—““A
“Papa! Aku anak kandung kalian!”Nichelle mencoba menyadarkan David, tetapi ayah kandungnya itu sudah tidak berniat mengubah keputusannya.Hilbert pun sama. Ia kembali memojokkan Nichelle, karena baginya Nichelle adalah halangan untuknya menjadi penerus keluarga Armeyn.“Kamu memang tidak layak jadi keluarga Armeyn, Nics!” Hilbert menegaskan ulang. “Kembali saja ke keluarga asuhmu. Sepertinya kamu lebih cocok di sana!”Ayah dan kakaknya meninggalkan Nichelle di ruangan itu. Tersisa dirinya dan sang ibu—Claire Armeyn.Melihat Claire masih di sana bersimbah air mata, hati Nichelle masih berharap. “Mama. Tidak mungkin kan, kalian mengusir anak kandung kalian sendiri?”Claire melangkah mundur sambil menutupi setengah mukanya dengan lengan. “Nichelle, Nak. Andai kamu bertingkah baik dan penurut seperti Sarah, mungkin tidak akan begini.”“Tapi Ma—““Nics!” Claire memotong ucapan putrinya. “Kalau sampai foto seperti itu tersebar di luar sana, keluarga Armeyn juga akan menanggung malu. Sebaik
“Franz?! Mustahil!”Nichelle menolak percaya. Ia membalik kertas itu hanya untuk dibuat semakin terkejut dengan pesan yang tersemat di sana. Tulisan tangan itu adalah milik tunangannya.‘Saya menyiapkan sedikit hadiah. Semoga malam Anda menyenangkan.’“Apa aku yang dimaksud dengan hadiah?!” Suara Nichelle bergetar, sementara pipinya mulai basah dengan air mata.Tangannya meremas kertas itu kuat-kuat, melimpahkan seluruh amarah dan sakit hatinya. “Franz menjualku ... demi investasinya.”Setelah puas menangis, Nichelle segera membersihkan tubuhnya. Ia sudah memantapkan hati untuk menemui Franz hari ini.“Aku ingin dengar apa pembelaannya!”Menyetir mobil pemberian ayah kandungnya, Nichelle segera menuju apartemen Franz.Butuh waktu 2 jam untuk tiba di sana. Amarah Nichelle pun tak kunjung surut. Siapa yang tidak murka setelah mengetahui bahwa dirinya kehilangan kesucian karena dijual oleh tunangannya sendiri.‘Aku juga harus ingatkan Sarah untuk menjauh dari Franz setelah ini,’ niat Nic