"Huh? Zayn? Kamu sudah pulang, Nak. Yang lain ke mana?"
Nichelle baru saja keluar dari kamarnya setelah mandi sore dan terkejut melihat ruang makan kosong. Biasanya pukul 4 sore seperti ini, Helios sudah mulai mengecek keuangan restoran sambil menikmati camilan buatan Zayn dan Mybell sibuk dengan kacanya. Dengan wajah tenang dan datar Zayn menjawab, "Mybell pergi ke pertemuan pertama untuk syuting film, Mom. Lalu Heli, sepertinya tidak ada kerjaan dan ikut dengan Mybell setengah jam lalu." "He ... tumben sekali. Heli jarang-jarang temani Mybell datang ke lokasi syuting begitu," komentar Nichelle sambil menikmati salad sayur dan roti panggang beserta kroninya. Tiba-tiba Zayn menoleh ke arah Nichelle, dengan senyum licik yang sangat tipis. Biasanya, kalau sudah begitu, Zayn akan melontarkan kalimat-kalimat sarkas yang menyayat hati. Nichelle mematung ketika putra bungsunya itu mulai ceramah. "Mungkin Heli sedang mencoba menjadi pengganti Daddy yang tidak pernah kami tahu keberadaannya, Momma." Hati Nichelle seperti tertembak panah beracun. Makanan Zayn sudah tak bisa ia rasakan lagi. Tak peduli dengan reaksi ibunya, Zayn melanjutkan, "Sepertinya Momma saja tidak cukup untuk mengisi tangki kasih sayang Mybell." Nichelle menyerah. Semua ini memang salahnya sebagian, karena bisa terjebak dan bercinta dengan orang tak dikenal. Dan sebagian besar adalah kesalahan mereka yang menjebaknya. Melihat kekalahan Nichelle, Zayn tersenyum diam-diam. la berbisik pelan, "Tenang saja, Mom, Kami akan menangkap Daddy untuk Mom!" "Kamu bilang apa, Zayn?" Suara putranya itu terlalu kecil dan samar untuk didengarnya. Kali ini Zayn tersenyum lebar. "Habiskan makananmu, Mom. Aku ingin ditemani nonton film." *** Sementara itu, di lokasi syuting. Mobil sedan Rolleys seharga €159.000 terparkir manis di depan lobi gedung perusahaan Giord Entertainment. Mybell turun bersama Cathy sementara Helios hanya membuka kaca jendelanya. Dahi Mybell berkerut heran. "Kamu nggak turun, Heli?" Cathy mengangguk. Memiliki pertanyaan yang sama dengan artis cilik yang dimanajerinya itu. Namun, Helios menggeleng. "Aku perlu Uncle Raul untuk antar ke suatu tempat. Sepertinya nggak jauh dari sini." Tak ingin mengganggu apapun rencana Helios, Mybell tak banyak bertanya. "Oke. Kembali dalam waktu 2 jam Heli." "Oke! Bye Bell, Aunt Cathy!" Helios terlihat bersemangat melambaikan tangan sementara mobil melaju cepat meninggalkan lobi kantor entertainment. "Tuan Helios, Anda mau ke mana?" Raul, sang supir bertanya cepat. Di depan mereka sudah ada jalan bercabang. Butuh arahan dari majikannya. Menyadari itu, Helios langsung menjawab, "Belok kiri, Uncle. Ke gedung Giord Group." Wajah Raul penuh pertanyaan. Ia heran, apa alasan anak sekecil Helios datang ke perusahaan besar itu? Namun, Raul hanya seorang pekerja yang digaji untuk menjadi supir dan penjaga putra-putri majikannya. Jadi, ia tak punya hak untuk mencari tahu apa yang dikerjakan mereka. "Baik, Tuan Heli." Gedung itu hanya berjarak 10 menit berjalan kaki. Jadi, tak butuh banyak waktu untuk mereka tiba dengan mobil. Dengan wajah kanak-kanaknya, Helios membuka pintu sendiri dan turun. Sebelum menutup pintu, Helios sempat berpesan, "Uncle, kau parkir saja di dekat gedung entertainment. Aku bisa jalan kaki nanti." "Baik." Sementara Raul pergi, Helios berbalik menuju gedung utama perusahaan terbesar di Calcio Pusat. Tentu saja, ia dihentikan oleh satpam yang berjaga di luar. "Hey, hey, hey! Kenapa anak kecil ada di tempat seperti ini? Apa kamu tersesat, Nak?" Helios menatap satpam itu dengan penuh pertimbangan. 'Tidak mungkin kubilang kalau aku datang untuk mengurus virus yang menyerang Giord Group. Jadi, harus bilang apa?' Sementara Helios menimbang jawaban, satpam tua itu menambahkan, "Kalau kau tersesat, Paman bisa minta resepsionis untuk mencarikan orang tuamu." Helios menggeleng. "Aku mencari Daddy!" Satpam tersebut terkekeh. "Itu juga yang Paman katakan padamu, Nak! Siapa nama Daddy-mu? Biar Paman carikan." "Ah! Dia—" "Master Helios?!" pekik seseorang dari kejauhan, memotong percakapan Helios dengan satpam tua itu. "Saya yang menghubungi Anda, Master!" Satpam lobi tercengang mendengar panggilan itu. 'Anak siapa dia? Sampai dipanggil dengan sebutan master.' "Paman satpam, terima kasih. Sudah ada yang menjemputku. Dadah!" Helios berbalik menghampiri lelaki yang memanggilnya tadi. Pria itu terlihat sangat kusut itu. Seolah tak terurus bertahun-tahun. Sambil terbungkuk-bungkuk lelaki dengan wajah sebagian tertutup janggut dan kumis itu berkata, "Terima kasih karena sudah membereskan virus itu dalam waktu cepat. Kami semua terselamatkan, Master. CEO kami hampir memecat semua orang." Helios terkekeh canggung. Ia akan merasa bersalah kalau sampai mereka dipecat karena virus yang ia kirim. Untung saja, ia memutuskan untuk langsung menangani dari rumah, sebelum datang ke kantor Giord Group. 'Ternyata rumor soal orang itu benar. Dia orang yang kejam dan brutal. Apa benar dia ayah kami?' batin Helios pedih. Helios takkan rela membiarkan ibunya memiliki suami kasar. Walau dia banyak uang, bahkan pemilik negara sekalipun, tidak akan ia serahkan sang ibu. Larut dalam pikirannya sendiri, Helios tak sadar sudah dibawa ke lantai teratas gedung megah itu. Lantai 36. "Master, kita sudah sampai. Mari keluar." Mereka melangkah melewati pintu lift dan berhadapan dengan seorang pria bertubuh standar dengan senyum ramahnya. "Saya antar sampai sini, Master. Beliau adalah Tuan Tark, asisten pribadi CEO kami." Tark mengulurkan tangannya yang disambut langsung oleh Helios. "Selamat datang–ehm, Tuan Helios. Bos kami sudah menunggu Anda."“Zayn.”Yang dipanggil berdehem pelan. “Hm?”Nichelle menatap jam dinding di atas pintu masuk rumah. “Seharusnya Heli dan Mybell sudah sampai rumah sekarang. Kenapa belum datang juga ya?”Jarak Kota Calcio dan Piermo tak terlalu jauh. Hanya 1 jam perjalanan menggunakan mobil. Jika urusan Mybell dimulai jam 4, biasanya pukul 5 atau 6 sudah bisa pulang.“Mungkin acaranya mundur? Atau macet, Mom.” Zayn terdengar cuek.Menurut Zayn, tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari Helios. Jenius hacker sepertinya punya banyak cara untuk tetap selamat, dalam kondisi tergawat sekalipun.“Ada Aunt Cathy yang jago karate dan Uncle Raul si petinju. Tenang saja, Momma.”Tak lama kemudian, bahkan Thomas dan Maria sudah pulang dari acara pribadi mereka.Sejak menyerahkan perusahaan Greenly Land pada Nichelle, kedua orang tuanya itu mulai sering menghabiskan waktu berdua. Pergi menikmati masa tua mereka.“Hm? Kau kenapa berdiri di situ, Chel?” tanya Maria dengan wajah khawatir. “Apa ada masalah?”Nichelle
"Huh? Zayn? Kamu sudah pulang, Nak. Yang lain ke mana?" Nichelle baru saja keluar dari kamarnya setelah mandi sore dan terkejut melihat ruang makan kosong. Biasanya pukul 4 sore seperti ini, Helios sudah mulai mengecek keuangan restoran sambil menikmati camilan buatan Zayn dan Mybell sibuk dengan kacanya. Dengan wajah tenang dan datar Zayn menjawab, "Mybell pergi ke pertemuan pertama untuk syuting film, Mom. Lalu Heli, sepertinya tidak ada kerjaan dan ikut dengan Mybell setengah jam lalu." "He ... tumben sekali. Heli jarang-jarang temani Mybell datang ke lokasi syuting begitu," komentar Nichelle sambil menikmati salad sayur dan roti panggang beserta kroninya. Tiba-tiba Zayn menoleh ke arah Nichelle, dengan senyum licik yang sangat tipis. Biasanya, kalau sudah begitu, Zayn akan melontarkan kalimat-kalimat sarkas yang menyayat hati. Nichelle mematung ketika putra bungsunya itu mulai ceramah. "Mungkin Heli sedang mencoba menjadi pengganti Daddy yang tidak pernah kami tahu keber
Dua minggu berlalu.Industri entertainment di Kota Calcio sedang gempar dengan kedatangan ‘Little Starlet’. Banyak rumah produksi berlomba-lomba melamar sang artis demi bisa membintangi film yang sedang dan akan mereka garap.“Uh! Apa mereka tidak bisa membiarkanku liburan dulu, Aunt Cathy!” Mybell merengek melihat manajernya membawa setumpuk naskah film layar lebar. “Aunt bahkan baru datang seminggu lalu dan mereka sudah membuatmu kerja lagi. Protes saja, Aunt!”Wanita muda yang disebut Aunt Cathy tergelak melihat tingkah Mybell. Menurut Cathy, anak tengah yang keluar 2 menit setelah Helios tersebut sangat menggemaskan.“Bagaimana kalau Nona Mybell baca dulu beberapa naskah ini?” bujuk Cathy.Namun, Mybell kembali tantrum. Dengan tubuh tengkurap dan dua tangan terkepal memukul-mukul sofa, ia berseru, “Nggak! Nggak, nggak, nggak!”Hembusan napas tenang keluar dari mulut Helios yang sejak tadi mendengarkan percakapan mereka. Ia membuka laptopnya dan mengambil naskah film itu satu per
“Momma! Mybell mau ke toilet.”Gadis cilik dengan rambut kecoklatan yang bergelung cantik di kedua sisi kepalanya itu melompat-lompat tak sabar.“Tunggu Opa datang dulu! Kamu pasti hanya mau berkaca kan, Nak?”Kalimat itu terlontar dari sang ibu.Wanita muda dengan wajah oriental yang terbingkai sempurna dengan rambut hitam lurusnya. Dia adalah Nichelle Howard.Sudah 7 kali musim panas Nichelle lewati setelah kabar kehamilannya. Keluarga Howard memutuskan untuk mengirim Nichelle pergi ke negara asal mereka. Uni States.Di sana Nichelle baru mengetahui bahwa keluarga Howard termasuk dalam 3 besar keluarga taipan. Dengan lebih dari 1 perusahaan di lini bisnis berbeda. Thomas dan Maria sengaja menjauh dari negara besar itu dan memantau bisnis dari jauh.Hari ini, Nichelle kembali ke negara La Stivale. Ke kota di mana ia dibesarkan, kota Piermo.Nichelle baru saja turun dari pesawat dan anak gadisnya yang berusia 6 tahun itu sudah rewel dengan penampilannya.“Tapi, Mom! Lihat rambutku—““A
“Papa! Aku anak kandung kalian!”Nichelle mencoba menyadarkan David, tetapi ayah kandungnya itu sudah tidak berniat mengubah keputusannya.Hilbert pun sama. Ia kembali memojokkan Nichelle, karena baginya Nichelle adalah halangan untuknya menjadi penerus keluarga Armeyn.“Kamu memang tidak layak jadi keluarga Armeyn, Nics!” Hilbert menegaskan ulang. “Kembali saja ke keluarga asuhmu. Sepertinya kamu lebih cocok di sana!”Ayah dan kakaknya meninggalkan Nichelle di ruangan itu. Tersisa dirinya dan sang ibu—Claire Armeyn.Melihat Claire masih di sana bersimbah air mata, hati Nichelle masih berharap. “Mama. Tidak mungkin kan, kalian mengusir anak kandung kalian sendiri?”Claire melangkah mundur sambil menutupi setengah mukanya dengan lengan. “Nichelle, Nak. Andai kamu bertingkah baik dan penurut seperti Sarah, mungkin tidak akan begini.”“Tapi Ma—““Nics!” Claire memotong ucapan putrinya. “Kalau sampai foto seperti itu tersebar di luar sana, keluarga Armeyn juga akan menanggung malu. Sebaik
“Franz?! Mustahil!”Nichelle menolak percaya. Ia membalik kertas itu hanya untuk dibuat semakin terkejut dengan pesan yang tersemat di sana. Tulisan tangan itu adalah milik tunangannya.‘Saya menyiapkan sedikit hadiah. Semoga malam Anda menyenangkan.’“Apa aku yang dimaksud dengan hadiah?!” Suara Nichelle bergetar, sementara pipinya mulai basah dengan air mata.Tangannya meremas kertas itu kuat-kuat, melimpahkan seluruh amarah dan sakit hatinya. “Franz menjualku ... demi investasinya.”Setelah puas menangis, Nichelle segera membersihkan tubuhnya. Ia sudah memantapkan hati untuk menemui Franz hari ini.“Aku ingin dengar apa pembelaannya!”Menyetir mobil pemberian ayah kandungnya, Nichelle segera menuju apartemen Franz.Butuh waktu 2 jam untuk tiba di sana. Amarah Nichelle pun tak kunjung surut. Siapa yang tidak murka setelah mengetahui bahwa dirinya kehilangan kesucian karena dijual oleh tunangannya sendiri.‘Aku juga harus ingatkan Sarah untuk menjauh dari Franz setelah ini,’ niat Nic