LOGINDua minggu berlalu.
Industri entertainment di Kota Calcio sedang gempar dengan kedatangan ‘Little Starlet’. Banyak rumah produksi berlomba-lomba melamar sang artis demi bisa membintangi film yang sedang dan akan mereka garap. “Uh! Apa mereka tidak bisa membiarkanku liburan dulu, Aunt Cathy!” Mybell merengek melihat manajernya membawa setumpuk naskah film layar lebar. “Aunt bahkan baru datang seminggu lalu dan mereka sudah membuatmu kerja lagi. Protes saja, Aunt!” Wanita muda yang disebut Aunt Cathy tergelak melihat tingkah Mybell. Menurut Cathy, anak tengah yang keluar 2 menit setelah Helios tersebut sangat menggemaskan. “Bagaimana kalau Nona Mybell baca dulu beberapa naskah ini?” bujuk Cathy. Namun, Mybell kembali tantrum. Dengan tubuh tengkurap dan dua tangan terkepal memukul-mukul sofa, ia berseru, “Nggak! Nggak, nggak, nggak!” Hembusan napas tenang keluar dari mulut Helios yang sejak tadi mendengarkan percakapan mereka. Ia membuka laptopnya dan mengambil naskah film itu satu per satu. Ternyata ia tengah memeriksa detail pemain di setiap naskah. “Kau tahu, Bell? Bisa saja kita ketemu orang itu.” Cathy mengerutkan dahi, tidak paham dengan ucapan Helios. Namun, komentar Helios lah yang membuat Mybell langsung duduk tegak. Wajah yang tadi kesal dan menolak membaca naskah sekarang terlihat seolah menemukan sekotak berlian 100 karat. Mybell menepukkan kedua telapak tangannya penuh semangat. “Orang itu?! Benar juga! Jadi, yang mana yang harus aku pilih, Heli?” Dengan senyum lebar penuh arti Helios menyerahkan 2 naskah. “Satu iklan. Satu lagi film layar lebar.” “Hmph! Baiklah!” Mybell menerima keputusan Helios dengan semangat berapi-api. “Aunt Cathy! Beritahu mereka, aku menerima naskah ini! Ayo pergi!” Tak lama berselang, Nichelle pulang dengan wajah lelah. Sekarang, ia tengah sibuk menggantikan Thomas menjadi CEO di perusahaan properti milik orang tuanya itu. Greenly Land Ltd. “Selamat datang kembali, Momma!” Helios menyapa manja, layaknya anak berusia 6 tahun. Melihat anak tertuanya—lebih tua beberapa menit dari 2 saudara kembar lain, Nichelle kembali bersemangat. “Aw! Heli! Kau di rumah? Tidak menemani Zayn?” “Zayn sama Opa dan Oma di restoran,” ujar Helios menerangkan. “Dan aku menyeleksi naskah film untuk Mybell.” Pelukan Nichelle semakin erat. Bangga mendengar putranya sangat bisa diandalkan. “Thanks, Heli. Kau mau ke resto sekarang?” Kali ini Helios menolak. “Aku ada pekerjaan, Mom. Beberapa tugas masuk ke email sebelum Mybell tantrum tadi.” Nichelle terkekeh melihat Helios yang sangat dewasa. Kalau anak itu berkata bahwa dia adalah lelaki dewasa dari masa depan yang terjebak di tubuh anak kecil, mungkin Nichelle bakal percaya. “Baiklah. Nanti Mom bawakan sesuatu untuk makan malam.” Helios tersenyum polos. “Thanks, Momma!” Sepeninggalan Nichelle, Helios kembali membuka laptopnya dan mulai bekerja. Layarnya menunjukkan foto seorang pria yang saat ini tengah ia amati. Pada penjelasan di samping foto tertulis detail mengenai target Helios. “Untuk sementara, informasi ini akan kusimpan.” Helios menutup jendela pertama di layarnya. Ia berpindah jendela yang kini menampilkan tulisan tak terbaca—seperti sebuah sandi atau kode. Wajahnya tersenyum lebar, sementara jari telunjuk bersiap menekan ‘enter’. “Sekarang saatnya memasukkan sedikit virus ke perusahaan itu.” *** Di tempat lain. Jauh dari kota Piermo. Yaitu kota Calcio Pusat. Sebuah gedung tinggi dan megah berdiri di pusat distrik bisnis. Giord Group Co. Ltd. Keadaan normal yang berlangsung tenang sekejap berubah menjadi rusuh. Semakin lama hiruk pikuk dan kepanikan mulai terdengar dari berbagai tempat di sana. “Peringatan! Peringatan! Jangan sentuh komputer kalian sementara waktu!” Pesan itu terus berulang sampai keadaan sedikit tenang. Seorang pria bertubuh kekar dengan gaya comma hair muncul di ruang divisi IT. Kalau tatapan bisa membunuh, mungkin semua orang di sana sudah mati. Lelaki tampan nan dingin tersebut menatap marah pada seluruh anggota divisi IT yang bekerja di perusahaannya. Bagaimana tidak?! Perusahaan sebesar Giord Group bisa terkena virus. Tak pernah terjadi sekali pun selama 13 tahun ia bekerja di sana, membesarkan nama dan harta Giord Group. “Bereskan cepat dan kalian selamat!” “Siap, Tuan Dominic!” seru mereka ketakutan. Dominic berbalik dengan wajah gusar. Ia tidak tahu siapa yang berani menantang keluarga Giorgen? Apakah salah satu dari pamannya? Atau sepupunya yang juga menginginkan posisi ini? “Tark, 2 menit lebih!” bentak Dominic tak sabar. “Tidak ada progres?!” Tark memijat dahinya. Dominic memang sudah mulai gusar sejak tahu Nichelle kembali. Ia pikir atasannya itu akan bisa bertemu langsung, tetapi pengintai mereka bahkan kehilangan jejak. Sekarang, ditambah kejadian sistem perusahaan dimasuki virus, membuat Dominic semakin sensitif. CEO Giord Group Co. Ltd itu hanya ingin sedikit waktu tenang untuk bisa mencari di mana Nichelle berada. “Sial!” raung Dominic murka. Bersamaan dengan itu, general manajer IT datang menghadap. “Tuan Dominic, sepertinya kami butuh bantuan orang luar.” Mendengar itu murka Dominic semakin menjadi. “Orang luar?! Kau mau orang luar melihat sistem perusahaan?! Ingin kupecat?!” “Ah, ah! Sabar dulu, Tuan Dom.” Tark si asisten berbaju zirah—karena paling berani pasang badan menghadapi Dominic, mencoba menenangkan sang bos. “Kalau lebih lama dari ini juga berbahaya. Kita bisa minta orang itu khusus bekerja dengan Giord Grup nanti. Bagaimana, Tuan?” Perkataan Tark yang masuk akal membuat Dominic sedikit tenang. “Siapa orang itu?!” “Beliau dikenal dengan nama Helios, Tuan Dom.” “Panggil dia!”“Kalian benar-benar tidak mau membocorkan seperti apa gambaran dekorasinya?” tanya Nichelle pada ketiga anak kembar itu. Hari ini adalah hari pernikahan Nichelle dengan Dominic. Tentu saja, mereka sudah dipingit 3 hari sebelum hari pernikahan ini dan sekarang Nichelle sedang dalam perjalanan menuju lokasi. Karena Mybell bersikeras menjadi tim dekorasi, maka Nichelle sama sekali tidak tahu di mana dan seperti apa penampakan tempat yang akan ia gunakan untuk pernikahan. “Tidak bisa, Momma!” Mybell membuang muka sambil bersedekap, tak ingin goyah karena permintaan sang ibu yang biasanya selalu melemahkan mereka. “Mungkin sedikit saja? Indoor atau outdoor, begitu?”Mybell tersenyum licik. “Indoor dan Outdoor!”Bibir Nichelle mengerucut. “Kenapa ada dua begitu? Apa besar? Atau kurang besar sampai harus pakai jalan? Apa ini akan seperti lagu zaman dulu, Tenda Ungu?”“Hahaha! Lagu apa itu? Aku tidak tahu, Mom!”Tak ingin membahas lagu, Nichelle kembali ke pertanyaan awal. “Well, jadi, ap
“Ha! Nonsense!” sentak David tidak terima kenyataan itu. “Lagipula, tidak mungkin keluarga Giorgen akan menerima anak dari pasangan pemilik perkebunan. Dia pasti membutuhkan nama Armeyn!”Bersamaan dengan itu, Hilbert datang dengan wajah pucat pasi. “Ma, Pa! Lihat ini! Ada yang mengirimnya padaku!”“Apa lagi, Hilbert?!” David menjadi sensitif dan mudah marah. Hilbert tak berani menyerahkan ponselnya pada David. Bisa-bisa giliran benda itu yang akan dihancurkan sang ayah. Jadi, ia membaca saja apa yang ingin ditunjukkannya. “CEO Giord Group mengumumkan rencana pernikahannya! Wanita misterius itu ternyata adalah CEO sekaligus owner Delmar Co.Ltd. yang baru.”Netra David membulat seketika. Di saat ia membuang putri kandungnya, banyak orang-orang hebat memberikan segalanya pada sang putri.David jatuh terduduk di kursinya. Pandangannya kosong, tidak ingin percaya apa yang diucapkan Hilbert. “Tidak mungkin ….” Sadarlah David, Nichelle tak lagi butuh nama keluarga Armeyn yang tidak ada
“Nics! Darah lebih kental daripada air! Kami ini keluarga kandungmu!”Sentakan dari Claire menyadarkan Nichelle bahwa wanita itu mulai kehabisan akal untuk membawanya pulang. Entah kenapa ia bisa menebak isi kepala semua orang di keluarga Armeyn saat ini. ‘Setelah Sarah menyebabkan banyak kerugian baik secara materi maupun moril, mereka ingin aku tampil membersihkan nama keluarga Armeyn?! Mungkin otak mereka yang perlu dibersihkan!’ keluh Nichelle dalam hati.Nichelle mendengus geli. “Bukannya itu kata-kataku? Saat dulu aku memohon agar kalian mendengarkan aku. Memihak padaku.”Wajah Claire merah padam menahan malu. Ia baru ingat itulah yang diucapkan Nichelle saat dulu David memalingkan wajah darinya. Mengusirnya dari kediaman Armeyn.“Aku tidak yakin maknanya sama. Tapi setidaknya, dulu aku sangat tulus menyayangi kalian dan tidak ingin kehilangan kalian. Bukan karena kalian menguntungkanku!”Ucapan Nichelle seolah menjadi tamparan keras bagi Claire. Anak perempuan yang mereka buan
“Apa aku bisa lihat CCTV dulu, Tina?” tanya Nichelle. “Trauma juga kalau tidak tahu siapa tamu yang mencariku.”Tina mengangguk paham. Ia segera menghubungi bagian IT untuk mengirim rekaman CCTV saat ini pada Nichelle. Betapa terkejutnya Nichelle ketika melihat siapa yang datang berkunjung ke kantornya. “Buat apa dia ke sini?!” gumam Nichelle, hampir tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.“Bagaimana Non?” tanya Tina bersiap untuk pergi mengusir tamu itu. “Saya bilang saja Nona tidak masuk hari ini. Bagaimana?”Nichelle mengangguk. “Sepertinya itu keputusan bagus untuk saat ini.”“Oke! Kalau begitu saya infokan resepsionis dulu, Nona.”“Thanks, Tin!”Tina tersenyum lebar sebelum ia pergi. “Ya, Nona!”Namun, beberapa detik kemudian, Nichelle melompat dari kursi kerjanya dan mengejar Tina. Ia memegangi tangan Tina yang sudah menggenggam gagang telepon, lalu berkata, “Tina! Saya temui saja!”“Oh? Di ruang rapat atau di meja terbuka saja?”“Di tempat dia duduk saja.”Tina mengangguk.
“Tenang saja. Daddy kalian ini sudah menyiapkan penjaga.”Dominic bergabung dalam pembicaraan mereka sambil memangku Mybell. “Kalian tenang saja.”“Penjaga?” Ketiga anak itu memiringkan kepala, tidak paham penjaga seperti apa yang dimaksud Dominic. “Apa dia ninja?” tanya Zayn penuh antusias. Komentar Helios lain lagi. “Mungkin dia tipe assassin. Pembunuh bayaran!”Dominic tergelak mendengarnya. “Aku mencarikan seorang kepala pelayan yang terbiasa menghadapi kondisi penuh ancaman. Jadi dia bisa bela diri.”Triplet itu mengangakan mulut mereka, takjub dengan sang ayah yang langsung bertindak. “Kalau begitu, Momma bisa menikah dengan tenang!” seru Mybell senang.Bahkan Dalton dan Annabel tergelak mendengar kesimpulan Mybell yang ringkas itu. “Sebaiknya kalian juga segera mandi.” Annabel mengusulkan kemudian. “Aku sudah memanggil satu asisten untuk mengurus anak-anakmu, Nichelle. Kau fokus istirahat saja.”Netra Nichelle membelalak kaget. “Asisten?! Astaga! Aku menyusahkan kalian!” “
“Chef!” panggil Nichelle pelan. Nichelle dan Dominic tiba di ruang tunggu di depan pintu area bedah. Hatinya berdebar kencang, was-was dengan kondisi terkini yang mungkin terjadi. “Apa sudah ada kabar kondisi Mom dan Dad?”Thador sang koki memasang wajah muramnya sambil menggeleng. “Belum ada satu orang pun keluar dari ruangan itu, Nona Nichelle.”Mereka hanya bisa berdoa dan berharap Tuhan berbelas kasihan memberi kesempatan Nichelle untuk hidup bersama Thomas dan Maria lebih lama lagi.Menunggu hampir 2 jam dalam keputusasaan, akhirnya lampu di atas pintu area operasi redup perlahan. Tak lama kemudian, Dokter Bastiven keluar sambil melepas semua perlengkapan operasinya. “Dokter Bas!” Nichelle langsung meneriakkan nama sang Dokter. Bastiven mencari siapa yang memanggilnya dan tersenyum melihat Nichelle di sana. Namun, melihat kondisi Nichelle, Bastiven langsung bertanya, “Apa yang terjadi denganmu? Kenapa kau di kursi roda, Chel?” “Nichelle pingsan karena kelelahan dan stres, D







