LOGIN“Zayn.”
Yang dipanggil berdehem pelan. “Hm?” Nichelle menatap jam dinding di atas pintu masuk rumah. “Seharusnya Heli dan Mybell sudah sampai rumah sekarang. Kenapa belum datang juga ya?” Jarak Kota Calcio dan Piermo tak terlalu jauh. Hanya 1 jam perjalanan menggunakan mobil. Jika urusan Mybell dimulai jam 4, biasanya pukul 5 atau 6 sudah bisa pulang. “Mungkin acaranya mundur? Atau macet, Mom.” Zayn terdengar cuek. Menurut Zayn, tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari Helios. Jenius hacker sepertinya punya banyak cara untuk tetap selamat, dalam kondisi tergawat sekalipun. “Ada Aunt Cathy yang jago karate dan Uncle Raul si petinju. Tenang saja, Momma.” Tak lama kemudian, bahkan Thomas dan Maria sudah pulang dari acara pribadi mereka. Sejak menyerahkan perusahaan Greenly Land pada Nichelle, kedua orang tuanya itu mulai sering menghabiskan waktu berdua. Pergi menikmati masa tua mereka. “Hm? Kau kenapa berdiri di situ, Chel?” tanya Maria dengan wajah khawatir. “Apa ada masalah?” Nichelle meraih tangan Maria, sedikit panik. “Heli dan Mybell belum pulang, Mom. Aku takut terjadi apa-apa pada mereka.” “Mereka sama Raul dan Cathy ‘kan, Sayang?” Thomas mencoba menenangkan Nichelle. Sebenarnya, tidak ada alasan bagi Nichelle untuk khawatir. Mungkin karena kota Calcio ia anggap penuh kejahatan dan tipu daya, membuatnya was-was. Nichelle mengangguk. “Aku sedang mencoba menghubungi Raul, tapi belum diangkat. Cathy tidak mungkin menerima telpon karena pasti sedang rapat dengan Mybell.” Zayn mulai ikut khawatir. Bukan karena takut terjadi sesuatu dengan 2 saudara kembarnya, tetapi akan repot kalau rencana mereka ketahuan. Sebagai anak bungsu yang paling senang berada di rumah, Zayn mendapat tugas menjaga Nichelle agar tidak banyak mempertanyakan ke mana Helios dan Mybell pergi. Baru saja Zayn akan mencoba melontarkan kalimat yang menenangkan ibunya, ponsel Nichelle bergetar panjang. Layarnya menunjukkan nomor tak dikenal. Semakin membuat Nichelle panik. “Biar Dad yang angkat, Chel.” Thomas mengajukan diri. Setuju, Nichelle menyerahkan ponsel itu pada Thomas. Membiarkan sang ayah menerima panggilan asing itu. “Halo?” sapa Thomas dengan nada was-was. Nichelle dan Maria mendekatkan telinga mereka, seolah dengan begitu mereka bisa mendengarnya. Thomas kemudian memutuskan untuk mengaktifkan pengeras suara dan meletakkannya di atas meja, agar semua mendengarnya. Suara jernih seorang pria terdengar tenang. “Selamat sore. Dengan keluarga Howard?” “Benar,” jawab Thomas mulai merasa tegang. “Maaf tahu nomor ini dari mana, Tuan?” Namun, alih-alih menjawab pertanyaan itu si penelepon mengatakan, “Ah ... saya menghubungi terkait salah satu anggota keluarga Anda. Anak laki-laki bernama Helios—“ Sontak, Thomas berdiri dan menggebrak meja. “Apa yang terjadi dengan cucu saya?! Apa kamu penculik?! Kau mau uang berapa?!” Nichelle sudah mulai menangis di pelukan Maria yang juga terisak. Bahkan Zayn kini mulai ketakutan. Khawatir dengan kondisi kembarannya. ‘Apa karena kami hanya anak-anak, makanya sulit sekali mencari ayah kami sendiri?’ Tiba-tiba suara tawa lepas terdengar dari lawan bicara mereka. “Apa yang Anda tertawakan, tuan penculik?! Sebutkan angkanya! Serahkan cucuku!” raung Thomas. Setelah tawanya sedikit reda, orang itu melanjutkan ucapannya. “Maafkan saya karena sudah tertawa tidak sopan. Maksud saya menghubungi karena cucu Anda sepertinya meretas sistem perusahaan kami.” Seolah rahang mereka lepas, Thomas dan Maria melongo tak mengerti apa yang baru saja didengarnya. “Apa?!” Tangisan Nichelle bahkan langsung terhenti mendengarnya, berganti murka yang mulai mendidih mendengar Helios mengacau. “Jadi, Anda sebagai orang tuanya, kami harap untuk segera datang ke gedung Giord Group,” ucap si penelepon sebelum mengakhiri sambungan. Tanpa menunggu lagi, Nichelle segera mengambil tasnya dan pergi bersama Thomas. “Helios! Tunggu Momma memarahimu nanti!” Sementara itu, Zayn justru lega mendengarnya. ‘Berarti sekarang Heli sedang berhadapan dengan Daddy. Aw! Aku cemburu!’ *** Sementara itu, di ruang CEO Giord Group Co.Ltd. “Tinggalkan kami, Tark!” Dominic menatap Helios, hampir tak berkedip. Wajah anak lelaki di hadapannya itu terlalu familiar dan cukup mengganggunya. “Helios Howard.” Dominic menyebut nama lengkap Helios. Terang-terangan memberi tahu bahwa mereka sudah mengecek latar belakang Helios sebelum ia datang ke kantor. Ia juga langsung menyuruh Tark untuk menghubungi orang tua Helios yang bernama Nichelle Howard. Dominic melanjutkan ucapannya, “Apa aku perlu berterima kasih karena kau sudah membereskan virus yang kau sebar sendiri di perusahaanku?” Pertanyaan berbahaya itu keluar dari mulut Dominic dalam nada tenang. Helios terpukau mendapati kenyataan bahwa pria yang ia yakini sebagai ayah kandung, menyadari perbuatannya. Alih-alih takut karena sudah tertangkap basah, Helios justru berseri-seri penuh kebahagiaan. “Ternyata ketahuan!” seru Helios. Dominic yang mendengarnya, merasa tertantang. “Aku sudah berencana untuk langsung melenyapkanmu, tapi ternyata kau hanya anak-anak. Kulihat kau sama sekali tidak takut, hm?” Helios memamerkan jajaran gigi putih bersih yang berhasil dijaga sang ibu, kemudian berkata, “Aku hanya butuh alasan bertemu dengan orang seperti Anda, Tuan Dominic Giorgen.” Dahi Dominic berkerut. “Dan apa yang membuat anak sekecil kamu ingin bertemu denganku? Sampai melakukan hal seperti ini.” “Aku—“ Pembicaraan mereka terhenti sesaat ketika Tark muncul dengan berita, “Permisi Tuan Dominic, orang tua Tuan Helios sudah tiba.” Nichelle yang berdiri tepat di belakang Tark pun langsung masuk dan memelototi putra pertamanya itu. “Helios!” Sibuk memarahi Helios dengan suara berbisik, Nichelle tak menyadari wajah Dominic tertegun seolah tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Sangat mengejutkan bagi Dominic. Nichelle Howard ternyata adalah wanita yang 7 tahun lalu bercinta dengannya. Yang lebih mengejutkannya lagi, wanita yang selama 7 tahun tak lepas dari ingatannya itu sudah memiliki seorang putra. Tanpa sadar, tangannya mengepal geram. ‘Siapa suaminya? Aku akan melenyapkan siapapun itu!’“Kalian benar-benar tidak mau membocorkan seperti apa gambaran dekorasinya?” tanya Nichelle pada ketiga anak kembar itu. Hari ini adalah hari pernikahan Nichelle dengan Dominic. Tentu saja, mereka sudah dipingit 3 hari sebelum hari pernikahan ini dan sekarang Nichelle sedang dalam perjalanan menuju lokasi. Karena Mybell bersikeras menjadi tim dekorasi, maka Nichelle sama sekali tidak tahu di mana dan seperti apa penampakan tempat yang akan ia gunakan untuk pernikahan. “Tidak bisa, Momma!” Mybell membuang muka sambil bersedekap, tak ingin goyah karena permintaan sang ibu yang biasanya selalu melemahkan mereka. “Mungkin sedikit saja? Indoor atau outdoor, begitu?”Mybell tersenyum licik. “Indoor dan Outdoor!”Bibir Nichelle mengerucut. “Kenapa ada dua begitu? Apa besar? Atau kurang besar sampai harus pakai jalan? Apa ini akan seperti lagu zaman dulu, Tenda Ungu?”“Hahaha! Lagu apa itu? Aku tidak tahu, Mom!”Tak ingin membahas lagu, Nichelle kembali ke pertanyaan awal. “Well, jadi, ap
“Ha! Nonsense!” sentak David tidak terima kenyataan itu. “Lagipula, tidak mungkin keluarga Giorgen akan menerima anak dari pasangan pemilik perkebunan. Dia pasti membutuhkan nama Armeyn!”Bersamaan dengan itu, Hilbert datang dengan wajah pucat pasi. “Ma, Pa! Lihat ini! Ada yang mengirimnya padaku!”“Apa lagi, Hilbert?!” David menjadi sensitif dan mudah marah. Hilbert tak berani menyerahkan ponselnya pada David. Bisa-bisa giliran benda itu yang akan dihancurkan sang ayah. Jadi, ia membaca saja apa yang ingin ditunjukkannya. “CEO Giord Group mengumumkan rencana pernikahannya! Wanita misterius itu ternyata adalah CEO sekaligus owner Delmar Co.Ltd. yang baru.”Netra David membulat seketika. Di saat ia membuang putri kandungnya, banyak orang-orang hebat memberikan segalanya pada sang putri.David jatuh terduduk di kursinya. Pandangannya kosong, tidak ingin percaya apa yang diucapkan Hilbert. “Tidak mungkin ….” Sadarlah David, Nichelle tak lagi butuh nama keluarga Armeyn yang tidak ada
“Nics! Darah lebih kental daripada air! Kami ini keluarga kandungmu!”Sentakan dari Claire menyadarkan Nichelle bahwa wanita itu mulai kehabisan akal untuk membawanya pulang. Entah kenapa ia bisa menebak isi kepala semua orang di keluarga Armeyn saat ini. ‘Setelah Sarah menyebabkan banyak kerugian baik secara materi maupun moril, mereka ingin aku tampil membersihkan nama keluarga Armeyn?! Mungkin otak mereka yang perlu dibersihkan!’ keluh Nichelle dalam hati.Nichelle mendengus geli. “Bukannya itu kata-kataku? Saat dulu aku memohon agar kalian mendengarkan aku. Memihak padaku.”Wajah Claire merah padam menahan malu. Ia baru ingat itulah yang diucapkan Nichelle saat dulu David memalingkan wajah darinya. Mengusirnya dari kediaman Armeyn.“Aku tidak yakin maknanya sama. Tapi setidaknya, dulu aku sangat tulus menyayangi kalian dan tidak ingin kehilangan kalian. Bukan karena kalian menguntungkanku!”Ucapan Nichelle seolah menjadi tamparan keras bagi Claire. Anak perempuan yang mereka buan
“Apa aku bisa lihat CCTV dulu, Tina?” tanya Nichelle. “Trauma juga kalau tidak tahu siapa tamu yang mencariku.”Tina mengangguk paham. Ia segera menghubungi bagian IT untuk mengirim rekaman CCTV saat ini pada Nichelle. Betapa terkejutnya Nichelle ketika melihat siapa yang datang berkunjung ke kantornya. “Buat apa dia ke sini?!” gumam Nichelle, hampir tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.“Bagaimana Non?” tanya Tina bersiap untuk pergi mengusir tamu itu. “Saya bilang saja Nona tidak masuk hari ini. Bagaimana?”Nichelle mengangguk. “Sepertinya itu keputusan bagus untuk saat ini.”“Oke! Kalau begitu saya infokan resepsionis dulu, Nona.”“Thanks, Tin!”Tina tersenyum lebar sebelum ia pergi. “Ya, Nona!”Namun, beberapa detik kemudian, Nichelle melompat dari kursi kerjanya dan mengejar Tina. Ia memegangi tangan Tina yang sudah menggenggam gagang telepon, lalu berkata, “Tina! Saya temui saja!”“Oh? Di ruang rapat atau di meja terbuka saja?”“Di tempat dia duduk saja.”Tina mengangguk.
“Tenang saja. Daddy kalian ini sudah menyiapkan penjaga.”Dominic bergabung dalam pembicaraan mereka sambil memangku Mybell. “Kalian tenang saja.”“Penjaga?” Ketiga anak itu memiringkan kepala, tidak paham penjaga seperti apa yang dimaksud Dominic. “Apa dia ninja?” tanya Zayn penuh antusias. Komentar Helios lain lagi. “Mungkin dia tipe assassin. Pembunuh bayaran!”Dominic tergelak mendengarnya. “Aku mencarikan seorang kepala pelayan yang terbiasa menghadapi kondisi penuh ancaman. Jadi dia bisa bela diri.”Triplet itu mengangakan mulut mereka, takjub dengan sang ayah yang langsung bertindak. “Kalau begitu, Momma bisa menikah dengan tenang!” seru Mybell senang.Bahkan Dalton dan Annabel tergelak mendengar kesimpulan Mybell yang ringkas itu. “Sebaiknya kalian juga segera mandi.” Annabel mengusulkan kemudian. “Aku sudah memanggil satu asisten untuk mengurus anak-anakmu, Nichelle. Kau fokus istirahat saja.”Netra Nichelle membelalak kaget. “Asisten?! Astaga! Aku menyusahkan kalian!” “
“Chef!” panggil Nichelle pelan. Nichelle dan Dominic tiba di ruang tunggu di depan pintu area bedah. Hatinya berdebar kencang, was-was dengan kondisi terkini yang mungkin terjadi. “Apa sudah ada kabar kondisi Mom dan Dad?”Thador sang koki memasang wajah muramnya sambil menggeleng. “Belum ada satu orang pun keluar dari ruangan itu, Nona Nichelle.”Mereka hanya bisa berdoa dan berharap Tuhan berbelas kasihan memberi kesempatan Nichelle untuk hidup bersama Thomas dan Maria lebih lama lagi.Menunggu hampir 2 jam dalam keputusasaan, akhirnya lampu di atas pintu area operasi redup perlahan. Tak lama kemudian, Dokter Bastiven keluar sambil melepas semua perlengkapan operasinya. “Dokter Bas!” Nichelle langsung meneriakkan nama sang Dokter. Bastiven mencari siapa yang memanggilnya dan tersenyum melihat Nichelle di sana. Namun, melihat kondisi Nichelle, Bastiven langsung bertanya, “Apa yang terjadi denganmu? Kenapa kau di kursi roda, Chel?” “Nichelle pingsan karena kelelahan dan stres, D







