Belphegor panik, ketika melihat Arya menargetkan dan menyerang ke arah pohon yang menjadi sumber penghidupannya. Ya, pada game ini diatur bahwa iblis di level satu ini tidak akan mati, jika sumber penghidupannya tak disentuh.
Pohon kitos adalah sebuah pohon pemujaan. Misi pada level ini bukan sekedar tentang membeli senjata. Akan tetapi, tentang bagaimana mereka mencari sumber dana untuk membeli senjata itu. Bagi para pekerja keras, mereka akan memilih untuk berburu dan menjual hasil buruannya agar mendapat uang. Namun, bagi orang-orang pemalas, mereka akan terbuai dengan ajakan menyimpan uang di pohon kitos.
Selanjutnya misi kedua pada level ini adalah mengalahkan Belphegor sebagai boss level. Sebenarnya yang harus mereka kalahkan adalah pohon itu. Karena dari awal yang menjadi sumber masalah pada level ini adalah pohon itu.
“Sial! Bocah sailan! Jangan sentuh pohon itu!” Teriakan Belphegor menggema di sana. Tangannya mencoba meraih elang api yang ba
Kekuatan Belphegor semakin melemah, tapi bukan berarti dia mudah dikalahkan. Pasalnya pohon kitos itu masih berdiri kokoh walau dalam keadaan terbakar. Api yang membakar pohon itu masih belum bisa menghanguskan, bahkan meruntuhkan pohon besar yang menjadi sumber penghidupan sang kemalasan.“Kita lakukan penggabungan skill. Ciptakan efek menghanguskan, agar pohon itu mati dan kita memenangkan permainan ini,” ujar Arya. Matanya menegaskan bahwa mereka berdua harus melakukan teknik penggabungan itu.Angel yang mendengar perkataan Arya sedikit tersentak. Gadis itu sampai memundurkan kakinya selangkah.“Lo mau, kan?” tanya Arya.Walau laki-laki itu bertanya—meminta persetujuan Angel, tapi dari sorot matanya menegaskan bahwa laki-laki itu sedang memaksa Angel. Angel tak langsung menjawab, dia merasa bingung dan aneh dengan sikap Arya.‘Serius? Dia meminta bantuan? Bukannya dia itu ….’“Angel!
“Illusion!”Seketika Belphegor mengirimkan gelombang ilusi pada pemain yang jaraknya sekitar lima meter dari tempatnya berdiri. Seketika pemain yang yang ada dalam jangkauannya terkena efek dari skill tersebut.Mereka semua tiba-tiba diam, tatapannya berubah sayu, bahkan terlihat kosong. Belphegor menyeringai puas, saat melihat para pemian yang sudah terpengaruh dengan skill-nya. Kemudian dia mengirimkan gelombang ilusi itu semakin kuat.Sampai akhirnya para pemain itu tertunduk, mereka semua menjatuhkan senjatanya. Mereka merasakan perasaan putus asa, kegagalan yang besar dan kesedihan yang mendalam. Perasaan semangat dan tekad kuat yang tadi berkobar dalam diri para pemain, tiba-tiba hilang begitu saja.“Rasakan manusia-manusia bodoh!” desis Belphegor sambil menyeringai.Para pemain itu kehilangan harapan dan semangat untuk mengalahkan Belphegor. Pasanya sang Iblis mengirimkan gelombang ilusi berupa kegagalan. Dia mampu me
“Aaakkkk! Tidak!” rintih Belphegor. Badannya terasa panas, dia merasakan efek terbakar dari ujung kepala sampai ujung kakinya.Terlihat pusaran angin berwarna merah; sebagai hasil dari penggabungan skill dan elemen milik Arya dan Angel. Pusaran itu langsung mengarah pada pohon kitos. Si jago merah melahap dan menghanguskan pohon kitos. Efeknya menjadi dahsyat karena ada angin yang bertiup kencang, membuat kobaran api itu semakin besar. Efek dari penggabungan skill itu sangat efektif.Pohon kitos perlahan berubah warna menjadi hitam, lalu batangnya yang besar itu mengering dan akhirnya benar-benar mati. Begitupun dengan Belphegor, sang kemalasan yang terkait dengan pohon tersebut.Setelah iblis itu merintih dan berteriak beberapa kali, perlahan HP miliknya semakin berkurang. Efek ilusinya pun menghilang. Para pemain yang tadi terpengaruh oleh serangannya, perlahan mulai tersadar.“Sialan bocah ingusan! Jangan harap kalian bisa keluar dari
Satu hari tanpa misi apa pun, bahkan para pemain ini diberi fasilitas yang bagus. Kemarin mereka—para pemain diarahkan ke sebuah desa. Di sana banyak NPC yang melayani mereka; memberikan fasilitas tempat tinggal dan makan selama satu hari. Hari itu mereka benar-benar diberi waktu untuk beristirahat.Arya tidak tinggal diam, dia mencoba mencari informasi tentang game yang sedang dia mainkan secara misterius. Dia mencoba menguping dari beberapa pemain lain, sesekali dia nekad menanyai para NPC. Namun, tetap tidak ada informasi yang pasti. Para pemain hanya bisa menebak, sedangkan para NPC semua bungkam.“Kira-kira misi selanjutnya apa, ya?” tanya Idun, mengingat hari sudah berganti dan pasti mereka akan segera mendapatkan misi.Arya menggeleng. Walau dia memiliki sebuah asumsi, tapi dia tak ingin mempercayai dugaannya.“Menurutmu, Angel?” Idun bertanya pada Angel. Sudah seharian ini gadis itu bersama dengan mereka berdua. Seper
“Enam pemain? Dan pilih dengan aura yang berbeda?” Arya bergumam, dia masih belum mengerti dengan perintah tersebut.[Klik lanjutkan untuk memulai misi.]Jadi, ini misi baru untuk Arya? Membuat sebuah tim yang terdiri dari tujuh orang, termasuk dengan dirinya. Menarik, Arya sedikit tertantang. Sepertinya siapa pun yang mendapatkan tawaran sebagai leader tidak bisa untuk menolaknya. Buktinya Arya tidak melihat opsi lain selain ‘lanjutkan’. Jadi, mau tidak mau mereka harus menerimanya.Lagi pula Arya pasti menerima hal ini, baginya menjadi leader sebuah tim bukan hal yang baru untuknya. Di dunia nyata, dia sendiri adalah ketua tim dari game MOBA yang sudah berdiri selama dua tahun. Dia ingat bagaimana dirinya merintis tim tersebut, bersama dengan Hildan, teman sekaligus sepupunya.Namun, seketika Arya merasa panas, ketika mengingat Hildan. Pasalnya, sepupunya itu termasuk ke dalam list ‘orang terkasi
Arya mengernyitkan dahinya, dia merasa heran karena Idun sangat terkejut saat bertemu dengan Dida. Makanya dia langsung menoleh ke arah Idun. Namun, saat Dida memanggil namanya, Arya kembali mengalihkan pandangannya pada Dida.“Oh, Kak Dida kamu sendirian di sini? Maksudnya nggak ada satu pun pemain yang kakak kenal atau dekat?” tanya Arya to the point.Dida menggeleng. Sesekali matanya itu melirik ke arah Idun yang masih terkejut saat melihat sosok Dida. Dia tersenyum canggung, seperti sedang merasakan sebuah kekhawatiran.“Jadi dari awal Kak Dida sendirian?” tanya Arya lagi.Dida mengangguk. “Pemain yang aku kenal di sini cuman kamu. Dari awal aku emang sendirian, makanya cuman bisa sembunyi,” jawab Dida, dia tersenyum kecut.“Aah ….” Arya menganggukkan kepalanya sambil tersenyum. Pantas saja perempuan itu terlihat sangat ketakutan. Padahal skill yang dimilikinya cukup bagus. Tinggal diarahka
Setelah berkeliling mencari anggota sekitar empat jam, akhirnya Arya bisa mendapatkan dua pemain tambahan. Mereka adalah Firman, dengan aura berwarna merah muda, dan Reza dengan aura berwarna merah. Ya … kalau boleh jujur, sebenarnaya Firman bukanlah pilihannya. Namun, karena pemain pilihannya sudah terkunci dan direkrut oleh anggota lain, dan Arya beberapa kali gagal merekrut karena auranya yang sama dengan pemain yang sudah direkrutnya. Akhirnya saat dia berpapasan dengan Firman—yang memiliki aura berbeda dan jobclass yang dia inginkan, tanpa basa-basi Arya langsung merekrutnya. “Thanks, ya, Bang, kalian udah mau bergabung di tim saya,” ucap Arya pada Firman dan Reza. Walau begitu Arya sebenarnya sempat putus asa saat mencari anggota timnya. Karena ternyata tidak semudah yang dia bayangkan; mencari anggota dengan aura yang berbeda dan jobclass yang berbebda. Memang jobclass bukanlah syarat, tapi Arya tahu misi kedepannya akan sulit. Dia butuh tim yang bisa
“Bapak mencari leader yang kuat?” Arya menghampiri pria jangkung dan berkharisma itu.Jika tadi Arya tak salah dengar, di kehidupan nyata pria itu adalah seorang direktur perusahaan. Sepertinya laki-laki itu tidak berbohong. Terlihat dari pembawaan dan visual-nya yang mendukung bahwa dia adalah seorang pemimpin perusahaan. Walau untuk seumurannya masih sangat muda.“Siapa kamu anak kecil?” Pria itu mengernyitkan dahi dan menatap Arya dengan tatapan meremehkan.“Perkenalkan saya Arya. Salah satu pemain yang ditunjuk menjadi leader dalam misi selanjutnya,” ucap Arya. Ia mengulurkan tangan kanannya, hendak berjabat tangan dengan pria tersebut.Pria itu menyidik anak laki-laki di hadapannya. Matanya itu memindai postur tubuh Arya dari atas sampai bawah. “Bahahahaha!” Dia tertawa terbahak-bahak. Bahkan tangan kanannya itu memegang perutnya sendiri.Arya menarik sebelah alisnya, lalu menarik kembali tangan