Ana memperhatikan dan mendengarkan apa yang sedang mereka bicarakan. Gea melirik Ana sesaat sebelum menundukkan kepalanya.
“Ah, bukan kenapa-kenapa, Non. Kelamaan berendam jadinya masuk angin. Dingin banget, jadinya pake syal. Terus ini tadi kena panci, jatuh dari rak atas,” jawab Gea.Jelas ia berbohong karena sebenarnya ia sedang menutupi bekas-bekas kissmark yang ditinggalkan Criss. Begitu pun dengan luka lebam itu, Criss yang amarahnya meluap-luap, justru malah memukuli Gea karena sang asisten rumah tangganya tersebut terus melawan.“Duh, hati-hati dong!” sosor Ana.“Ih, kok horor banget, ya? Mmm ... jangan lupa minum obat, Gea!” ucap Bella.“Iya, Non.”“Makanya ... jangan coba-coba ngambil panci dari atas Bella, nanti kaya si Gea, loh!” Ana cemas.“Iya, Mama tenang aja. Enggak akan lagi, kok! Ma, aku mau makan di kamar aja.”“Ya udah, Sayang. Mama juga udah selesai. Mama juga mau nonton TV. Drama kesukaan Mama bentar lagi tayang,” ujar Ana.“Mama dan“Entahlah. Mmm ... kita tunggu aja kabarnya atau besok kita ikut nyari ke sana aja? Gimana?” tanya Ana.Bella memalingkan wajah tatkala mengingat jika ia baru saja memaut jari tangan Chiko. Ya, ia sudah berjanji.“Terus ... besok ‘kan aku udah janji sama Chiko. Gimana dong?” pikirnya.Bella berpikir keras. Sebisa mungkin ia menolak ajakan sang Mama.“Enggak, Ma. Besok aku ‘kan harus periksa kandungan,” jawab Bella.“Oh ... gitu. Mama yang antar, ya?”Tentu saja Bella menolak. Ia tak mau sampai Mamanya tahu jika ia masih saja berhubungan dengan mantan suaminya.“Eh, enggak usah, Ma. Aku berangkat sama Gea aja,” tolak Bella.“Hmmm ... ya udah kalau kamu enggak mau diantar. Ini Mama bawa aja ya, mangganya?” Ana mencium wangi buah mangga matang itu. Sementara Bella mengangguk-anggukan kepalanya seraya memasang senyumnya yang terlihat sangat aneh.Saat sang Mama keluar, ia baru bisa bernafas lega. Matanya kini tertuju pada bekas tapak kaki Chiko.“Dia cerobo
Sementara itu, Gea masih berada di sekitar Cafe. Ia berkeliling berulang kali di sana sambil memegangi ponselnya yang dayanya tinggal beberapa persen lagi. Berharap bisa menemukan Bella.“Gea! Gea!” teriak Pak Eman sambil melambai-lambaikan tangannya.“Apa?!” sahut Gea. Ia pun lalu menghampiri Pak Eman yang sedang bersandar di mobil.“Duh, Pak, ini gimana? Nona Bella enggak ada. Nanti kalau kita pulang ... habislah kita!” Gea menepuk jidatnya sendiri. Ia benar-benar mencemaskan nasib dirinya dan juga Pak Eman.“Eh, mmm ... apa mungkin Nona pergi duluan ke rumah sakit?” tanya Pak Eman tiba-tiba.“Ah, masa, sih?!” Gea agak ragu. Tapi ia pun sempat berpikir ke sana.“Kita coba aja cari ke sana,” ajak Pak Eman.“Ya udah, Pak. Yuk!”Gea hampir putus asa, tapi lalu ia pun berpikir jika bisa saja majikannya itu pergi tanpa mereka. Ia pun langsung naik ke dalam mobil.
“Apa?! Kaya anak kecil aja. Enggak. Aku enggak akan pernah biarin kamu pulang,” kata Chiko.“Maksudnya?”“Kita akan tinggal di sini bersama anak kita,” katanya lagi.Memang inilah niat Chiko yang sebenarnya. Ia ingin sekali kembali merajut kasih dengan Bella. Ia ingin hidup bahagia sambil mengasuh anaknya.“Enggak. Aku enggak bisa, Chiko!” sanggah Bella.Penolakan itu malah membuat amarah Chiko memuncak. Chiko pun meraih dan mengambil pisau yang berada tidak jauh darinya. Ia lalu mendekatkan diri dan membuat Bella ketakutan. Tatapannya begitu tajam. Mengerikan. “Lalu?”Dengan pisau itu, Chiko membuat Bella tak berkutik. Pisau sengaja diayun-ayunkan tepat di leher Bella. Sejenak Bella pun seakan sulit untuk bernafas.“Chi-Chiko ... ja-jauhkan benda itu!” suruh Bella. Ia bisa melihat ujung pisau yang berkilau yang mungkin bisa kapan saja mengenai lehernya.Chiko pun menurunk
Criss masih berada di perjalanan. Jalanan kala itu sedang sangat macet parah. Ia pun menghubungi George untuk meminta beberapa orang bodyguard untuk membantunya.“Halo, Pa,” sapa Criss.Awalnya ia tidak berniat untuk mengganggu mertuanya yang pasti sedang beristirahat, tapi apa daya kemacetan sangat menghambatnya.“Iya, Criss. Gimana, Bella udah ketemu?” tanya George di seberang sana. Ia baru saja membaringkan tubuhnya di kasur.“Belum. Di jalan macet parah. Bisa pinjamkan aku beberapa bodyguard suruhan Papa?”“Kamu perlu berapa orang?”“Dua orang aja, tolong suruh mereka datang ke jalan Merpati naik motor,” kata Criss.“Jalan Merpati? Baiklah, tunggu saja! Mereka sebentar lagi akan menyusulmu,” jawab George.“Makasih, Pa.”Sambungan telepon ditutup. Akan tetapi, kondisi jalan tidak berubah. Criss keluar dari mobil untuk melihat ke depan, sepanjang mana ke
Chiko segera meninggalkan kamarnya dan mengunci pintu lemari. Ia kemudian berjalan menuju ke pintu utama. Sebelumnya ia mengintip terlebih dahulu dari jendela. Disingkapnya gorden itu dan ia terkejut saat melihat ada motor besar di halaman.“Siapa?” Chiko bertanya-tanya.Agak ragu Chiko membuka pintu. Bukan takut, ia hanya merasa heran biasanya Villa-nya itu tidak pernah menerima tamu. Ia tidak pernah mengajak orang lain juga, selain Angel ke Villa miliknya. Bahkan Criss dan sang Mama sangat jarang datang ke sana.Saat pintu dibuka, Chiko pun sangat terkejut. Matanya terbelalak saat yang ia lihat ternyata ....“Criss ...,” sebut Chiko.“Kenapa lama banget buka pintunya? Apa kamu lagi nyembunyiin sesuatu?” tanya Criss. Tatapannya begitu tajam. Tatapan curiga tentunya.“Apa maksudmu? Dan ... tumben kamu datang kemari? Apa kamu udah enggak punya tempat tinggal?” ledek Chiko.Criss mengepalkan kedua tangannya menahan amarah. “Hahaha. Jangan berpura-pura, Kakak! Di m
“Bella ...!” teriak Criss yang terkejut melihat keadaan istrinya yang terkulai lemah. Miris.Si kepala plontos berusaha untuk mengeluarkan Bella, tapi Criss ingin dirinya sendiri yang melakukannya.“Minggir! Biar aku aja yang tolongin dia,” ucap Criss.Criss menggeser bodyguard berkepala plontos. Ia tak tega melihat keadaan Bella. Criss memangku Bella ke kasur. Lalu ia melepas lakban dan semua ikatan yang membelenggu tangan dan juga kaki istrinya.“Bella ...! Bangun Bella!” Criss berteriak-teriak.Tangan Bella yang dingin kemudian digenggam erat oleh Criss dan diletakkannya tepat di pipi. Hati Criss begitu sedih.“Bella ... ini aku. Aku kembali,” lirih Criss sambil terus-menerus mengecup tangan Bella.Tak ada respons. Criss yang panik lalu meletakkan telinganya tepat di dada Bella. Rasanya ia sama sekali tak mendengar detak jantung di sana. Para bodyguard hanya bisa menundukkan kepala.“Cri
Pak Eman tiba-tiba berlari dari arah kamar atas. Ia menuruni tangga dan tak sengaja menubruk Bella yang hendak bangkit.“Eh, Bapak ngagetin aja,” ucap Bella.“Eh, maaf, Nona.”“Habis ngapain dari atas?” tanya Bella lagi.“Tadi pas udah ngasih tau kedatangan Tuan dan Nona, eh ... saya disuruh benerin keran di kamar mandi atas.”“Ya ampun, pasti mampet lagi.” Criss menepuk jidatnya.“Kenapa, Criss?” tanya Bella.“Itu ... keran di kamar mandi atas suka enggak keluar airnya. Kayanya emang harus diganti sama yang baru kerannya. Besok beli aja, Pak. Nanti aku kasih uangnya,” ujar Criss sambil memecahkan telur ke dalam sebuah mangkuk. Sementara itu, Bella hanya mengangguk-anggukan kepalanya.“Baik, Tuan. Gimana, Non? Apa Nona baik-baik aja? Saya khawatir loh, Non!”“Enggak, Pak. Aku enggak kenapa-kenapa. Maaf udah bikin cemas seisi rumah.”
Criss menjatuhkan Bella ke ranjang. Bella pun memegang kuat handuk yang melilit tubuhnya. Rambutnya masih bercucuran air dan membasahi kasur tersebut. Kemudian Criss menjatuhkan diri dan menahan tubuhnya dengan sikut agar tak sampai menindih tubuh Bella.“Jadi ... apa kamu udah siap kali ini?” tanya Criss penuh harap.“Apa aku terlihat begitu siap?” Bella bertanya balik. Ia masih malu-malu kucing.“Harusnya aku enggak bertanya lagi.” Criss berkata penuh percaya diri.Tanpa babibu, Criss langsung saja menarik handuk istrinya. Bella sungguh terkejut. Ia pikir kali ini Criss terlalu agresif. Bella menutup wajah dengan kedua tangannya saat menyadari jika Criss menatap setiap jengkal tubuhnya tanpa berkedip sedikit pun.“Sempurna,” ucap Criss sesaat sebelum melancarkan aksinya. Ia seolah lepas kendali saat mendapatkan apa yang selama ini ia ingin dan mimpikan.Deru nafas kian memburu tatkala Criss menyentuh beberapa area sensitif itu. Perut Bella yang buncit pun tak lep