Share

Twins Problem
Twins Problem
Penulis: Pinapple

01 | Dua Pilihan

Ketidakadilan itu nyata terasa ketika keluargalah pelaku sesungguhnya.

"Mama kok bawa dia ke sini?"

Suara melengking khas cewek pubertas disertai wajah memerah padam ditunjang alis menukik tajam sarat akan emosi meledak-ledak. Iris kecokelatan bagai pisau tajam menghunus bergantian ke arah dua manusia di hadapannya. Semakin memancarkan kobaran api kala bersinggungan dengan mata indah milik perempuan berwajah sedikit mirip dengannya.

Boneka beruang yang ada dalam dekapan pun terus bergerak seiring kedua tangannya terkepal erat. Benar-benar menyiratkan kebencian mendalam melalui sorot tajam bak elang. Dia melupakan keberadaan sosok berharga di sebelah. Semua berganti menjadi mimpi buruk. Kehadiran seseorang yang tak pernah diharapkan tiba-tiba berada dalam satu atap lagi dengannya.

"Jawab, Ma! Kenapa dia ada di sini?"

"Flora! Dia kakak kamu!"

Nada tinggi bercampur kesal amat lantang dikeluarkan, berhasil mengambil alih perhatian sempurna cewek itu dari bayang-bayang masa lalu. Terlalu tak percaya mendapatkan bentakan setelah sekian lama memendam rindu sendirian. Pertemuan menyebalkan sekaligus menyedihkan.

"Flora enggak pernah punya kakak," cicitnya mirip seperti gumaman.

Tak butuh waktu lama, kedua kaki membawanya pergi menaiki anak tangga dengan tergesa. Mengabaikan omelan wanita kepala empat yang menyuruh untuk menyambut saudara kandungnya. Menggelengkan kepala heran, Prisha masih belum paham betul alasan anak keduanya begitu tidak menyukai keberadaan kakaknya. 

Menggeret koper besar dibantu dua pelayan, Prisha menunda menceramahi anak keduanya itu, lebih mengutamakan sosok yang ada di sampingnya. Menarik lengan cewek berambut sebahu pelan menuju sebuah ruangan diselingi ocehan ringan ala orang tua yang begitu merindukan darah dagingnya.

***

Merebahkan diri di atas ranjang empuk berharap bisa melepas segala rasa yang terus ingin meluap bebas. Bahkan, kini deru napasnya tak beraturan. Amat kentara dengan kondisi wajah yang sulit dikatakan baik-baik saja. Ternyata menghadapi saudara sendiri jauh lebih mengesalkan ketimbang bertemu musuh lama.

Begitulah nasib Flora Ganeeta Wijaksana. Memiliki saudara kembar tak identik yang berselisih lima menit darinya bernama Fiona Gavesha Wijaksana tentu bukan sebuah kebanggan, justru menjadi sumber amarah dalam kehidupannya. Beruntung kehadiran Prabu Wijaksana selaku kepala rumah tangga sekaligus teman yang merangkap sebagai tempat curhatan Flora begitu memahami segala kondisi anaknya.

Dia mendengkus, menyembunyikan wajah dengan bantal. Berusaha keras melupakan kejadian paling ingin dilupakan. Tentang alasan terbesar muncul kebencian terhadap saudaranya sendiri. Namun, tetap saja perasaan kurang mengenakkan membuncah memenuhi pikiran. Menutup jalur positif yang hendak menyusup ke dalam otak. Terlambat! Amarah terlanjur menggerogoti akal dan raga.

Membulatkan tekad memberontak pada Prisha adalah satu-satunya cara yang terlintas. Flora segera beranjak, membuka pintu ganas seolah ingin menghancurkan benda persegi saat itu juga. Kepalanya terbakar, menyembulkan kepulan asap, persis seperti saat erupsi.

Pergerakan yang terkesan buru-buru berbalut emosi mendadak terhenti. Sosok perempuan pengambil alih kewarasannya sudah berdiri tegap, tak lupa masih memasang ekspresi polos tanpa dosa. Menggerakkan tangan ke kanan-kiri, lalu mengembangkan senyum perlahan.

"Hai ... Apa kabar?"

Flora terus memperhatikan, mengubur rasa jengkel yang masih terpatri apik. Mengembuskan napas panjang kala menangkap aksi canggung Fiona yang justru menghadirkan bosan. Pemandangan terlampau datar sekadar dibuat pusat perhatian sesaat.

"Seperti yang lo liat sekarang," balas Flora bernada ketus. Mendengkus, tatapan nyalang betah dipertunjukkan. "Udah? Gitu aja? Minggir!"

Fiona mematung saat bahunya diguncang sengaja. Tidak ada perlawanan berarti seiring langkah cewek berstatus sebagai adik kandungnya semakin menjauh dari pandangan. Rencana menyambung tali persaudaraan pun hilang sudah. Lenyap dalam sekejap.

Dia tidak tahu sampai kapan drama antar adik kakak ini akan berakhir.

***

"Papa mana, Ma?"

Flora mengambil spot kosong tepat di sisi kanan. Mengambil gelas kosong, lalu menuangkan air dalam sekali gerakan cepat. Enggan membalas tatapan lawan bicaranya, buru-buru meneguk cairan itu hingga kandas.

Agaknya memang benar kalau Prisha tidak berniat menjawab pertanyaan yang diajukan padanya. Beberapa menit berlalu penuh kesunyian. Dua manusia terlalu acuh meski sekadar memperdengarkan helaan napas. Merasa nyaman membawa pikiran beterbangan. Padahal, sejatinya mereka kurang mendapat kesempatan seperti sekarang—duduk berdua menikmati kebersamaan antara anak dan ibu.

Keadaan serupa sering terjadi kala takdir sempat menyatukan mereka. Benda sekitar seolah menjadi saksi bisu semata, terlalu payah menyosongkan diri sebagai pembuka obrolan. Antara tua atau muda sama-sama meresapi kebungkaman. Butuh sekitar hampir setengah jam yang berakhir kaki jenjang milik cewek berkucir meninggalkan area dapur.

"Kakakmu ke sini atas suruhan papa."

Ternyata masih ada penghalang laju jalan Flora sebelum memastikan untuk memijak puluhan anak tangga. Dia menolehkan kepala serentak dengan tubuh idealnya. "Jadi?"

"Jangan nyuruh papa buat misahin kalian lagi," titah Prisha sedikit meninggikan intonasi bicara.

Flora terang-terangan mengembuskan napas panjang, mengarungi kekesalan berlipat ganda saat wanita yang betah menunjukkan ekspresi tak menyenangkan itu menegaskan perasaan ganjal dalam hatinya. Dia sadar betul sekeras apapun membujuk Prabu—nama papa, kalau Prisha sudah enggan membantu, pastilah sia-sia belaka.

Namun, cewek itu belum bisa menuruti kemauan Prabu untuk menyetujui segala suruhan sang ibu. "Pilih dia atau aku yang pergi dari sini?"

"Flora!" sentak Prisha diiringi gebrakan meja. Iris kehitaman berbentuk lebih lebar dari dua anaknya menyemburkan api amarah. Gigi gemeletuk geram lengkap beserta deru napasnya yang memburu. "Ini demi kebaikan kalian!"

"Berubah menjadi kesialan buatku, Ma!" pekik Flora gagal menahan gejolak mencekik ulu hati. Sudah terlampau lama memendam kesal terhitung sejak kedatangan manusia yang terus-menerus mengaku sebagai keluarga.

"Flora, kamu ini kenapa? Apa salah kakakmu?"

Lagi-lagi cewek itu mendengkus. Bibir ranumnya terkatup rapat setelah mengeluarkan decak lirih. Meraup udara sebisa mungkin untuk menutupi kobaran yang siap meledak kapan pun. Sebenarnya, bisa saja Flora mengungkapkan segala bentuk keluh kesah mengenai suara hati sedetail mungkin. Akan tetapi, apakah terjamin akan mendapat sesuatu sesuai harapannya? Dia sudah terlanjur tersakiti akibat perbedaan kasih sayang di antara dia dan kakaknya.

Jika saja seseorang dengan baik hati membuka lebar jiwa Prisha agar dapat menerima setiap rintihan kedua anaknya secara adil, tentu adegan seperti ini tidak layak dilakukan. Sayang sekali, wanita beralis tebal itu tetaplah manusia keras kepala dan selalu menciptakan drama keluarga.

"Bukan salah kakak," cetus Flora kemudian, sudah membalikkan badan ke depan seperti semula.

"Memang salah kamu! Seharusnya kamu itu sadar kalau Fiona jauh lebih hebat dan pintar. Tidak mungkin dia melakukan kesalahan besar seperti yang sering kamu lakukan," kelakar Prisha menggebu-gebu yang sempat mencegah aksi Flora menaiki anak tangga.

"Tapi Fiona juga manusia biasa, Ma."

Entah gumaman Flora berhasil menembus gendang telinga Prisha atau tidak, tetapi kaki cewek itu kembali bergerak meninggalkan suara dentuman amat lantang, menyapu indra pendengaran Prisha yang masih termenung dalam posisi berdiri menghadap tangga. Memperhatikan tubuh tinggi padat anak keduanya memijak keramik putih lantai atas sampai sengaja menabrakkan bahu pada Fiona sebelum menciptakan suara baru, yaitu bantingan pintu.

Prisha mengelus dada menampikkan geram. Seulas senyum terbit kala menemukan sepasang mata indah mengarah padanya. Berbicara melalui sorot menenangkan seolah menunjukkan kondisi sedang baik-baik saja, tetapi sepertinya tidak ditangkap demikian oleh Fiona.

Bersambung

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
nice opening.. boleh kasih tau akun sosmed ga ya soalnya pengen aku share ke sosmed trs tag akun author :)
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status