VIDEO PERNIKAHAN SUAMIKU
šøšøšø
[Miris pisan euy, cantik jelita, saliha, tapi masih saja diduakan. Jauh-jauh ya Allah dari suami model begini.]Awalnya aku tidak begitu antusias dengan status W* yang ditulis Mbak Sulis, tapi melihat ke status dia berikutnya membuat jantungku hampir copot.
Aku ternganga melihat vidio itu. Ini vidio pernikahan Mas Arman dengan wanita bernama Echa. Kuputar ulang takut salah lihat ternyata benar itu Mas Arman suamiku.
Jadi ini maksud dari status Mbak Sulis. Ya Allah salah apa aku? Bahkan aku sekarang masih dirawat intensif di rumah sakit akibat keguguran bayiku yang ke tiga kalinya.
Aku di sini berjuang mati-matian demi si buah hati, tapi suamiku di rumah menikah lagi.
Dadaku rasanya sesak sekali. Berkali-kali aku mencerna ini, tapi tidak bisa aku terima.āSelamat siang, Bu Fatki. Eh, kok nangis. Jangan terus bersedih, Bu. Insya Allah besok akan diberi amanah lagi. Semangat, ya?ā ucap suster jaga yang masuk ke ruanganku.
Biasanya aku tidak akan menangis di depan orang apalagi jika tidak kenal. Rasanya malu, tapi sekarang aku tidak bisa lagi membendung maluku, jika bisa rasanya aku ingin terus menangis seharian.
āTerima kasih Sus,ā jawabku terisak.
āApa masih ada keluhan lain?ā
āMasih Sus, perutku masih seperti kebas.ā
āOh, tidak apa-apa itu efek obat bius karena kuret semalam. Nanti minum obat insya Allah sembuh. Kalau terjadi pendarahan tidak normal segera panggil kami ya, Bu.ā Aku mengangguk saja. Aku kembali sendirian di ruangan yang hanya berisi dua rajang ini.
Pasien di sebelahku pulang tadi pagi. Bukan pulang ke rumah karena sembuh melainkan pulang keharibanNYA.
Suamiku izin pulang tadi pagi katanya mau mandi dan mengambil baju salin untukku.
Aku kembali sedih harus menghadapi kenyataan pahit hidupku.Suami yang aku kira setia dan begitu menyayangiku ternyata sudah berbagi cinta dengan perempuan lain.Tidak ada tanda-tanda yang mencurigakan selama ini. Dia begitu baik, manis, dan romantis sehingga aku tidak pernah curiga sama sekali padanya.
Kami menikah sudah dua tahun. Selama dua tahun inilah aku sudah keguguran untuk yang ke tiga kalinya. Kata dokter kandunganku lemah jadi kalau aku hamil muda harus benar-benar istirahat total.
Jangankan istirahat total sekedar untuk rebahan saja aku mencuri-curi waktu.
Suamiku yang hanya bekerja serabutan membuatku banting setir harus membantu perekonomian kami. Aku yang pandai menjahit memutuskan untuk membuka usaha jahit kecil-kecilan di rumah. Alhamdulillah banyak yang datang menjahit baju padaku.Hasilnya banyak, bisa untuk mencukupi dua dapur, milikku dan juga ibu mertuaku. Meskipun kami tinggal satu rumah, tapi dapur kami dua. Mertuaku maunya makan ini dan itu aku tidak bisa menuruti kemauannya tidak ada waktu karena harus menjahit.
Uang dari hasil menjahit sisanya aku tabung. Uang dari suamiku hanya cukup untuk membayar ini dan itu. Aku bukan tidak bersyukur, tapi memang begitu kenyataannya. Kalau aku tidak membantu mencari rezeki mungkin kami akan makan nasi lauk garam setiap hari.
Ibunya yang maunya serba bagus dan mahal tidak mengukur kemampuan suaminya maka suamikulah yang menjadi andalannya.
Sudah dua puluh menit yang lalu minum aku obat. Biasanya kalau sudah minum obat aku akan langsung ngantuk dan tidur. Ini entah obatnya yang belum bereaksi atau akunya yang terlalu banyak beban pikiran hingga tidak bisa tidur.
Kubuka lagi ponselku. Kulihat status Mbak Sulis berkali-kali. Di sana terlihat jelas Mas Arman sangat bahagia. Ini semakin membuat hatiku tercabik-cabik sakit sekali.
Mbak Sulis adalah ART tetanggaku yang sering menjahit baju padaku jadi kami saling save nomor untuk memudahkan komunikasi.
Selain orangnya baik, dia juga lugu dan alay. Seumuran denganku bedanya beliau sudah punya dua anak lucu-lucu. Apa saja yang dia tahu akan dia bicarakan dan dibuat status. Berkat kealayan Mbak Sulis aku jadi tahu busuknya suamiku.
Berbeda dengan status Mbak Sulis. Status W* suamiku sedang berada di kamar mandi dengan cucian piring kotor yang menggunung.
[Saatnya bantu beres-beres, biar berkah.]
Cih, menyebalkan sekali! Busuk. Pendusta! Andai aku tidak tahu pernikahannya hari ini pasti aku sudah menyanjungnya setinggi langit.
Entah sejak kapan aku tertidur. Aku bangun karena ada pasien baru masuk. Seorang wanita paruh baya.
Alhamdulillah setidaknya malam ini aku tidak sendiri.āKeluarga belum datang lagi, Bu?ā tanya Suster tadi pagi yang memeriksaku.
āBelum, Sus. Lagi banyak kerjaan. Mungkin ....ā jawabku sedih. Kugigit bibirku agar tidak menangis.
āOh, iya. Besok semoga Ibu sudah boleh pulang ini infus terakhir jadi nanti kalau sudah habis panggil kami ya, Bu?ā
āIya, Suster. Terima kasih.ā
Karena penasaran aku segera melihat ponselku lagi. Status W* Mbak Sulis sudah tidak ada lagi.
Grup keluarga sepi biasanya selalu ramai. Ah, pasti mereka sedang sibuk pesta. Anehnya keluarga suamiku sama sekali tidak ada yang update status pernikahan Mas Arman.Mereka kompak sekali menutupi kebusukan ini. Aku rasa ini bukan pernikahan siri. Kalau pernikahan siri pasti tidak akan seramai ini sampai Mbak Sulis pun tahu dan juga hadir.
Kuteleponi suamiku tepat panggilan ke 8 baru dijawabnya.
āAsslamuālaiakum sayang ....ā sapa Mas Arman. Mual sekali aku mendengar sapaan busuknya.
āW*ālaikumsalam ... Mas, kapan ke sini. Ini dokter mau bicara penting,ā sahutku berbohong.
āBelun tahu, Dik. Mas lagi banyak kerjaan ini bantu-bantu Ibu.ā Rasanya aku ingin sekali memaki sekarang juga. Kalau tidak ingat di sebelahku pun ada pasien.
āJadi, kapan bisa ke sini? Aku sendirian loh,ā kataku bergetar ingin menangis.
āSabar ya, nanti begitu selesai Mas akan langsung ke sana.ā Ck, sabar? Selesai apaan? Selesai malam pertama maksudnya?
āSelesai apaan, Mas? Kok tadi piring-piring kotor yang Mas foto seperti piring-piring keteringan orang hajatan?ā
āOh, itu anuābukan ah, mungkin sama piringnya, Dik. Mas Malah enggak merhatiin.ā
āKok, jadi gugup gitu, ada apa, Mas?ā
āEnggak ada apa-apa. Ya, sudah, kamu istirahat biar cepat sembuh. Mas mau kerjain ini dulu.ā Tanpa kujawab lagi. Langsung kumatikan sambungan telepon. Menambah rasa sakit hati saja.
Malam tiba mereka pun tidak ada yang datang menjengukku. Mas Arman, ah tentu saja dia sedang memadu kasih dengan maduku.
Sakit itu kembali menjalar ke seluruh tubuhku. Sesak dan bikin sakit kepala.
[Cintaku sudah mati.] Kutulis status W*. Tidak menunggu lama banyak pesan masuk salah satunya dari suamiku. Kuhiraukan dan memilih merenung.
~K~Ušøšøšø
āSelamat pagi, Bu Fatki. Alhamdulillah hari ini sudah boleh pulang,ā sapa dokter cantik yang menanganiku. Diperiksanya seluruh badanku. Beliau celingukan. Pasti mencari keberadaan keluargaku.
āPagi Dokter. Alhamdulillah ... terima kasih.ā
āIya, ingat jaga kesehatan, ya? Bulan ke empat boleh hamil lagi. Sementara ini istirahat dulu sampai rahimnya benar-benar pulih. Tetap semangat insya Allah nanti dikasih rezeki lagi siapa tahu hamil berikutnya langsung lembar.ā Jika sebelumnya aku sangat bahagia dan antusias dengan semua nasihat-nasihat dokter tidak untuk hari ini.
Rasanya aku sudah tidak mau lagi banyak berharap. Apalagi sekarang suamiku sudah punya istri baru kemungkinan jika dia hamil aku akan tersingkir.
āAamiin ... terima kasih doanya, Dok."
āIya, saya tinggal dulu. Sekali lagi tetap semangat ya, jangan berkecil hati. Selagi masih ada rahim di perut kita maka akan ada banyak keajaiban dan kemungkinan. Hamil hak mutlak Allah SWT jadi kita hanya bisa usaha dan berdoa,ā ucap Dokter Finda. Lalu beliau pamit pergi untuk visit pasien yang lain lagi.
āBu, ini obatnya nanti diambil di apotek, ya? Nanti di sana akan dijelaskan dosis minumnya.ā
āBaik Sus terima kasih.ā
Setelah selesai sarapan aku putuskan untuk pulang sendiri tanpa menunggu Mas Arman lagi.
Dia mana mungkin ingat aku. Pasti masih menikmati masa-masa pengantin barunya.Kusempatkan membuka ponselku sebentar. Mas Arman mengirim banyak sekali pesan, dan juga berkali-kali meneleponku, tapi aku malas membacanya. āPagi Bu Fatki, sebelum pulang sarapan dulu, ya? Apakah ada yang bisa saya bantu lah?ā Seorang petugas pengantar makanan pasien datang tepat saat aku sedang beres-beres barang mau pulang.āTidak usah, Mbak. Terima kasih,ā tolakku halus. Lalu mereka pergi mengantarkan makanan ke ruangan lain.āPulang ke mana, Nak? Kok kamu sendirian dari kemarin keluargamu ke mana?ā Ibu paruh baya yang dirawat di sebelahku ikut bersuara. Pasti beliau juga penasaran kenapa aku sendirian. Pulang pun sendiri.āAda Bu, mereka di rumah,ā jawabku singkat. Aku tersenyum getir. Mata kukerjapkan berkali-kali agar tidak menangis.Ah, tentu saja mereka sedang berbahagia. Ibu sedang senang menghitung uang amplop sedang Mas Arman masih dengan maduku.āPulangnya ke mana, Nak?ā tanya beliau lagi.āKampung Tugurejo, Bu?āāWah, satu arah nanti biar bareng anakku saja, Nak. Dia ma
Aku tertegun membaca ulang chatinganku dengan Mbak Sulis. Astaghfirullah ... ternyata suamiku sebejad itu. Aku bingung antara percaya atau tidak. Aku menikah memang baru seumur jagung baru dua tahun, tapi aku paham benar sifat suamiku.Menurut pengakuan Mbak Sulis suamiku menghamili Art bernama Ika. Rasanya kok ada yang janggal. Yang dihamili Ika kenapa yang dinikahi Reni.Tok! Tok!āDik, mari makan. Ini sudah malam kamu belum makan,ā ajak Mas Arman.āIya ... tunggu sebentar.ā Kurapikan rambut yang acak-acakan lalu keluar.Di meja makan sudah kumpul semuanya termasuk bapak mertuaku dan juga Reni.Bapak mertuaku ini tipe orang suami takut istri. Apa pun yang dilakukan istrinya dia hanya bisa bilang iya meskipun dia tidak setuju dan juga terkekang. Aku kadang kasihan pada beliau, tapi aku pun tidak bisa berbuat lebih.Tatapanku fokus pada Reni. Dia terlihat seksi sekali. Masa makan malam bareng keluarga berpakaian begitu. Baju tidur tanpa lengan berbahan satin dan pendek se paha.Astag
Entah aku harus bahagia atau sedih. Yang jelas diduakan itu sangat menyakitkan. Mungkin ayah sudah tidak tahan dengan sikap tidak baik yang dimiliki ibu. Selama aku menjadi menantu ibu belum pernah melihat ibu bersikap manis pada bapak.Aku bingung harus bagaimana. Mas Arman harus kuberitahu atau tidak. Jujur kalau aku yang memberi tahu pada ibu sendiri yang ada nanti malah ibu akan marah padaku dan menganggap aku berbohong.Bismillahirrahmanirrahim ... Lebih baik aku fokus pada kesehatanku saja. Setelah ini aku fokus menjahit dan mencari yang mau bekerja denganku. Jahitanku mulai dikenal banyak orang sehari aku bisa menyelesaikan dua baju harga yang kubandrol untuk satu baju adalah 100 ribu sampai 350 ribu rupiah tergantung dari model dan kerumitannya. Alhamdulillah aku bisa mengantongi 200 ribu per hari dari hasil jahitanku. Kalau aku punya pekerja bisa lebih dari itu.Kata orang jahitanku rapi dan bisa bikin model apa pun sesuai permintaan konsumen. Aku tidak pernah promosi para pe
āAstaghfirullah ... ini beneran?ā Aku membaca chatingan Ika dan Mbak Sulis. Di sana tertulis jika Ika memang sengaja dan mau menerima pinangan bapak mertuaku.āTapi, orang yang berzina harus menikah dengan pasangan zinanya. Kenapa bisa begini?āāAduh, Mbak Fatki kalau itu aku kurang paham. Ini lihat lagi. Si Ika keguguran waktu pulang kampung.ā Mbak Sulis menunjukkan lagi foto Ika di rumah sakit. Di sana juga ada bapak mertua.āAneh, yang ambil foto siapa?ā tanyaku penasaran.āKata Ika, suster yang ambil fotonya.ā Lalu kubaca lagi chatingan mereka sampai pagi ini."Kok bisa, ada Bapak mertuaku di sana?" tanyaku ini benar-benar aneh dan janggal."Ika bilang, tidak sengaja ketemu Bapak mertua Mbak Fakti," jawab Mbak Sulis."Enggak sengaja ketemu kok, bisa seakrab ini? Lagi pula kenapa bisa jadi kebetulan begini?" ujarku penasaran"Mbak Fakti, aku mana tahu, yang aku tahu persis seperti yang Ika bilang."Mbak Sulis benar. Dia hanya tahu sebatas ini. Tidak mungkin Ika mau jujur semuanya p
Istri adalah partner hidup yang tidak akan ada kata selesai kontrak. Menemani dari berjuang hingga berhasil. Bukan seperti suamiku. Belum juga berhasil sudah berani menikung tajam jalan lain.Poligami bukan perkara mudah ada banyak hati yang harus dijaga. Bukan hanya hati istri-istrinya, tapi juga hati ke tiga belah keluarga. Aku yakin Mas Arman tidak mampu untuk urusan yang sangat berat ini.Ting!Lamunanku buyar ada pesan masuk dari nomor Mbak Sulis. Duh, ngapain lagi ya, Mbak Sulis ini rajin banget online.[Otewe hotel bintang lima sama suamiku tercinta.]Mbak Sulis mengirimkan skrinsut status WA Ika, dia sedang berada dalam mobil bersama bapak mau ke hotel katanya.Aku bingung memang di kampungku sudah ada hotel bintang lima? Aku baru merantau dua tahun karena ikut suami masa secepat itu berdiri hotel di sana atau mungkin Ika ke kota.Ting![Mbak, ibu mertua tirimu norak, ya? Masa mau wik wik dibuat status?] Hem, Mbak Sulis kepo banget sama urusan orang lain.[Biarin ajalah, Mbak.
Jalan dari rumah menuju rumah Paman Tohir ternyata membuat perutku sedikit ngilu dan keringetan. Punggungku basah.Rumah paman Tohir tampak ramai seperti habis ada acara. Mereka semua ada di teras.Begitu melihat kedatanganku Bibi Irma langsung menyambut dengan senyuman ramahnya.āAssalamualaikum, Bi?ā Kuambil tangannya lalu kucium takzim cipika cipiki. Hanya bibi dan Citra anak bibi yang masih SMA yang bersalaman denganku. Paman dan anak-anak lelakinya tidak karena kami bukan muhrim.āEnak sekali aku dibawain martabak telor. Makasih ya, Mbak Fatki,ā ucap Citra girang.āSama-sama.āāAyok, masuk!ā Paman dan bibi mempersilakan aku masuk.āAda apa malam-malam begini sendirian ke sini? Apa bertengkar dengan suamimu?ā tanya paman to the point.āEm ... aku mau minta tolong Paman sama anak-anak untuk membantu angkat dipan dan juga lemari dipindahkan ke kamar belakang.āāNah, ini sudah aku duga. Arman itu tidak akan bisa berbuat adil. Lahwong ngaji aja enggak pernah kok nekat poligami segala.
"Iya, memang ini ulahku. Habisnya kamu tidak tahu malu sih, pakai milik orang tanpa izin. Heran aku kenapa kamu sukanya dengan barang-barang bekasanku si, enggak mampu beli, ya? Katanya duitnya banyak gajinya jutaan dipan jati harga 5 juta saja enggak bisa beli, kalah dong sama pengangguran seperti aku." "Sudah, Nak, jangan diladeni mulut berbisa seperti itu ayo bantu, Paman!" titah bibi. Aku menunjukkan kamarku. Paman melihat iba padaku. Kami mengeluarkan barang-barang milikku terlebih dahulu lalu memasukkan dipan, lemari baju 2 pintu, dan juga meja rias. meski sempit tidak mengapa yang penting masih ada celah untuk salat. Reni masih saja histeris dan mengumpatku. Tidak aku tanggapi nanti kalau capek juga berhenti sendiri. Bibi dan Citra membantuku menyusun baju dan memasang seprei. Akhirnya selesai juga sampai tengah malam begini. Aku sangat berterima kasih pada keluarga paman karena sudah bersedia membantuku. Alhamdulillah milikku sudah kembali lagi. "Dik, aku mau bicara padam
šøšøšøAku was-was menunggu hari ini . Entah kenapa aku merasa hari ini akan ada peristiwa penting di rumah ini. Perang dunia mungkin. Yang jelas setelah membaca status WA Ika aku jadi tidak tenang.āMbak, pinjam tas ini, ya?ā Intan nyelonong masuk kamar tanpa izin dan mengambil tas baruku yang ada di cantolan paku dekat lemari.āEnggak boleh! Pakai saja tasmu!ā Kurebut tas yang sudah bertengger cantik di bahu Ika.āPelit banget sih, Mbak!ā teriaknya.āEmang, kan, kamu sendiri yang bilang aku pelit. Jadi, sekalian aja deh!ā jawabku santai.āIbuuuuu!ā Nah, kan, mulai lagi ngadunya. Kalau dulu akan segera aku berikan, tapi tidak untuk hari ini dan selanjutnya. Cukup sudah aku baik hati pada mereka yang tidak punya hati.āAda apa, si, Intan! Pagi-pagi sudah teriak-teriak tidak jelas!ā sahut ibu sewot.āAku mau pinjam tas itu, tapi enggak dikasih sama Mbak Fatki! Hanya tas itu yang matching dengan baju dan sepatu yang aku pakai, Bu,ā rengek Intan.āPerkara tas saja ribut! Kasih pinjamkan