Share

Video lamaran suamiku dengan wanita lain
Video lamaran suamiku dengan wanita lain
Penulis: Mustika Ainel

Bab 1

"Hanya segini, Mas? Uang segini mana cukup untuk kebutuhan kita satu bulan, Mas." Protesku pada

Mas Topan, suamiku setelah aku selesai menghitung jumlah uang yang diberikannya padaku.

Bukannya aku tidak bersyukur atas pemberian suamiku. Hanya saja, aku merasa ada yang ditutupi nya dariku beberapa bulan terakhir ini. Entahlah, apa ini hanya sebatas firasat ku saja?

Hari ini Mas Topan baru gajian, dia bekerja sebagai sales lapangan di salah satu perusahaan yang bergerak di bidang pangan. Pekerjaan yang dilakoni mas Topan adalah memasok barang-barang ke toko-toko atau pun ke supermarket maupun mini market yang ada di dalam daerah maupun di luar daerah.

ini sudah ketiga kalinya Mas Topan tidak memberikan gaji fullnya. biasanya habis gajian dia selalu setor semua gajinya dan mempercayaiku untuk mengelola nya. Sebenarnya tidak masalah bagiku berapapun yang diberikan Mas Topan jika kebutuhan tercukupi. Bahkan untuk popok dan susu saja sudah habis banyak untuk satu bulan paling sedikit 300 ribu bahkan sampai 400 ribu. belum lagi bayar tagihan listrik, tagihan kontrakan tiap bulan lima ratus ribu.

Aku Sindy saputri, kami sudah menikah menginjak usia tiga tahun. Dulu kami bertemu saat aku masih menjadi BA salah satu brand kosmetik yang ada di negeri ini. Dan kami bertemu saat Mas Topan memasok produknya di toko tempat aku stay disana kala itu. Kami lantas saling kenal, dekat, pacaran dan berlanjut ke pernikahan. Banyak teman-temanku bilang saat itu kami ini jodoh hasil cinlok atau cinta lokasi. Karena seringnya kami bertemu membuat rasa itu tumbuh.

Pernikahan yang sekarang sudah dikarunia anak perempuan cantik berusia satu tahun setengah, yang kami berikan nama, Annisa uswatun hasanah. kami memberikan nama itu agar kelak dia tumbuh menjadi seorang perempuan yang penuh dengan suri tauladan yang baik. baik ilmu, akhlak maupun attitude yang baik di contoh untuk kaum hawa sebagai perempuan yang tumbuh di akhir zaman saat ini.

Aku masih menatap nanar uang sebanyak 1,5 juta itu.

bagaimana bisa aku mengaturnya uang segitu agar cukup untuk satu bulan. Jika saja Nisa sudah besar, tentu aku bisa untuk nyambi bekerja agar bisa menambah pemasukan keuangan kami. Aku masih menunggu jawaban dan alasan apalagi untuk kali ini diberikan Mas Topan padaku. Jika bulan kemarin alasanya omset perusahaan menurun untuk kali ini apakah masih alasan yang sama?

Gajinya yang aku tau dulu itu bisa mencapai 6 bahkan 7 juta jika dia berhasil mencapai target dan berhasil melebihi target maka akan ada lagi bonus diluar itu dari perusahaannya.

jika pun tidak mencapai target, maka gaji yang didapatkan Mas Topan hanya berkisar 3 sampai 4 juta sebulan.

Alhamdulillah lebih dari cukup untuk kami bertiga, masih bisa aku menabung sedikit demi sedikit sisa dari uang yang diberikan Mas Topan selama ini.

Namun sudah tiga bulan ini Mas Topan tidak lagi menyetor semua uangnya padaku, membuat aku mau tidak mau harus memakai uang simpanan itu untuk menutupi kebutuhan kami di rumah ini. Belum lagi kadang Nisa yang tiba-tiba sakit demam, batuk, dan ada saja ketika dia ingin tambah pandai. Untuk sekali berobat saja kadang 100 bahkan 300 ribu. Pengeluaran seperti itu aku bilang sebagai kebutuhan yang tidak terduga.

karena kita tidak pernah tau kapan Allah akan mengirim kita sakit, dan ujian-ujian lainnya.

Kenapa tidak pakai BPJS saja? bukan tidak mau pakai BPJS jika untuk berobat, Nisa. Sebab anakku tidak cocok jika mengkonsumsi obat yang dari BPJS. dia hanya cocok obatan dari dokter spesialis anak, yang memang kebetulan prakter Dokter anak tidak terima pasien BPJS di sekitar tempat tinggalku. jika pakai BPJS kami hanya, bisa ke dokter umum, dan itu tidak cocok pada Nisa. Meskipun BPJS jarang keluargaku pakai, aku tetap rutin membayar iurannya tiap bulan.

bisa dibayangkan berapa banyak, pengeluaran satu bulan yang harus aku bayar.

aku hanya bisa, menarik nafas dalam-dalam saat ini mendapati Mas Topan kembali memberikan uang dalam jumlah yang kurang.

"Maaf, Dek, bulan ini omset perusahaan menurun. Banyak juga toko-toko yang tidak mengambil barang-barang baru lagi, karena stok dari beberapa bulan kemarin masih banyak yang menumpuk di toko akibat covid ini. Jadi, penjualan bulan ini menurun lagi. Mas hanya dapat gaji dua juta. Lima ratus nya tadi, Mas berikan pada, Ibu. Kamu atur-aturlah lah uang segitu ya biar cukup untuk kita satu bulan. Biasanya kamu kan pintar mengatur uang." Kata Mas Topan tanpa memikirkan apa yang ada di benakku saat ini.

"Maaf, Mas, kenapa Mas kasih Ibu uang lima ratus ribu itu nggak bilang dulu sama aku, Mas? kita saja tengah kesulitan keuangan. Apa tidak ada dari saudara, Mas yang memberikan Ibu uang? Mbak Diah aja dia kerja di kantor sama suaminya, Mas Rudop. Mbak Ratih juga kan sama, kerja kantoran sama suaminya Mas Toriq. Gaji mereka besar. Apa mereka nggak ada ngasih Ibu uang? Apa lagi Mbak Diah, mereka kan tinggal satu rumah." Tanyaku penuh protes sambil menahan sesak di dada ini mendengar ucapannya barusan.

Jujur saja, aku sedikit kesal rasanya Mas Topan tidak kompromi terlebih dahulu padaku soal ngasih orang tuanya. Jika saja uang bulanan full seperti sebelumnya, aku tidak masalah untuk memberikan Ibu. Tapi, Aku saja pusing harus memutar otak agar gimana bisa cukup uang sebanyak ini untuk satu bulan. Ditambah lagi apa-apa semuanya mahal.

"Kok sekarang kamu jadi hitung-hitungan, Dek? Udah gitu bawa-bawa, Mbak Diah. aku kan anak laki-laki satu-satunya, Dek. sudah seharusnya aku berbagi sedikit rejekiku pada ibu. kapan perlu semuanya biar ibu yang mengatur keuangan kita. Bener kata Ibu, kamu itu terlalu pelit sama orang tua, makanya rejekiku jadi seret gini. Dari dulu aku nggak pernah kesulitan di saat bekerja. tapi sekarang apa, kamu lihatkan? aku aja udah nggak bisa dapat target. Itu karena kamu pelit sama orang tuaku, Dek!" Hardiknya. Terlihat sekali sorot matanya penuh emosi atas ucapanku.

aku benar-benar tidak percaya apa yang aku dengar barusan. Jadi selama ini Ibu menjelek-jelekkan aku dan mengataiku menantu yang pelit? selama ini apa? apa masih kurang aku sudah memberikan Ibu uang 1,5 juta satu bulan.

apa itu kurang untuk Ibu? kami juga punya kebutuhan yang harus dipenuhi. jika aku memberikan separuh dari apa yang Mas Topan dapatkan, nanti bagaimana dengan kebutuhan keluargaku?

Mas Topan memang anak laki-laki satu-satunya. Tapi bukan berarti Mas Topan harus membiayai Ibu, kan? Secara materi ibu masih sangat mampu, pun sama dengan bapak mertuaku. Bapak saja punya kebun sawit dan juga kebut karet yang dipanen rutin dua minggu sekali. Rasanya tidak habis pikir jika ibu masih saja ingin menguasai gajinya Mas Topan. Bahkan Ibu malah menghasut Mas Topan untuk tidak memberiku uang lagi.

Ini sudah tidak benar, aku nggak bisa biarkan hal ini terjadi. Bagaimana nanti nasib anakku jika sampai ibu yang menguasai semua gaji Mas Topan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status