Kamila dan Kafie baru saja sampai di kediaman keluarga Avilash. Mereka berdua melewatkan makan malam bersama dengan calon besannya itu, karna ada suatu perkerjaan yang tidak bisa mereka berdua tinggalkan. Marvel dan Marlina menyambutnya dengan sangat baik. Kedua orangtua Lea juga sempat melihat keadaan putra mereka. Mereka semua berkumpul untuk membicarakan rencana pernikahan Kalea dan Damas. Kalea dan Damas rencananya akan memohon izin kepada keduaorang tua Marco. Sebagai bentuk penghormatan mereka kepada Marco.
Mario masih belum menampakkan batang hidungnya dan membiarkan lelaki itu sibuk dengan kehidupannya sendiri. Mario bahkan sudah tidak pernah lagi mengganggu Kalea dengan telpon-telponnya atau bahkan dengan rangkaian bunga yang dulu tidak pernah absen dikirimkan lelaki itu pada Kalea. Kalea sendiri sebenarnya sudah jengah dengan telpon Mario selama ini dan ia sangat bersyukur jika Mario sudah menghentikan tindakan gilanya dengan menerornya dengan kirima
Hi, Semoga kalian suka ya dengan chapter 19 di novel ini, ya. Nantikan kisah cintanya Damas dan Kalea dalam novel WAITING FOR HER LOVE ini ^_^. Jangan lupa untuk berikan rate 5 pada cerita author ini, tambahkan pada library kalian dan juga comment pada setiap chapternya ya (Tapi mohon untuk tidak membocorkan isi cerita yang author publish di kolom comment ya Sayang-sayangkuuu ^_^). Berikan Vote untuk Damas dan Kalea juga ya Sayang-sayangku. eFBe author : @chisizachoi Love, Author đź’— đź’— đź’—
Setelah mengantarkan Kalea pulang dan memastikan orangtuanya juga sudah sampai di rumah. Damas kemudian segera masuk ke dalam mobil SUVnya dan melenggang membelah jalanan ibu kota malam itu. Hatinya benar-benar ingin sekali marah pada Mario yang dengan kurang ajarnya, mengatakan hal yang tidak menyenangkan bagi calon istrinya. Gadis yang selalu ingin ia jaga dengan seluruh jiwa raganya. Damas menelpon orang kepercayaannya untuk membungkam mulut Mario dan memintanya benar-benar untuk pergi dari kehidupan Kalea. Damas sudah benar-benar naik pitam melihat gadisnya menangis tadi. Ia sungguh tidak rela dengan hal itu. Lelaki tampan itu akan secepatnya memberikan pelajaran pada Mario yang sudah membuat gadisnya terluka. “Ya, berikan dia pelajaran dan secepatnya beritahukan kepadaku jika semuanya sudah beres!” titah Damas pada seorang lelaki yang di telponnya. Setelah mendengar jawaban dari orang yang di telponnya, Damas
Damas melepaskan pagutannya karna takut ia akan kebablasan dan malah menerkam gadisnya. Biar bagaimanapun ia harus bersabar sedikit lagi untuk mendapatkan Lea seutuhnya. Kening mereka bersatu setelah mereka cukup lama berpagutan. Nafas mereka saling memburu dan terlihat jelas jika kini mereka saling merapatkan tubuh mereka seolah tak ingin berpisah satu sama lainnya. “Maaf,” ucap Damas tiba-tiba setelah mereka berdua selesai dengan ciuman mereka dan hanya saling menatap satu sama lainnya. “Kenapa minta maaf?” tanya Lea yang kini sudah berani membelai pipi Damas. “Karna aku sudah colong start dan tidak meminta izin untuk menciummu.” Damas berucap dengan nada tidak enak. “Kamu lupa jika aku sekarang tunanganmu?” kata Lea tersenyum masih membelai sayang pipi calon suaminya. Berusaha memberikan lelaki itu kenyamanan dan mengusir rasa tidak enak yang muncul di dalam hatinya. “Terima kasih. Aku sepertinya terlalu baha
Lea duduk di sofa single sitter yang yang berada di kamar hotelnya. Ia memandang pemandangan kota Bandung dari ketinggian dan menatap keindahannya dalam diam. Ia sudah bersiap untuk pergi, tapi Damas sedang pergi ke kamarnya untuk mengganti bajunya. Gadis itu masih kefikiran dengan ucapan yang Mario katakan padanya tadi. Bahkan lelaki itu melontarkan kata-kata umpatan yang membuat dirinya benar-benar terluka oleh ucapannya. “Sudah jangan fikirin yang Mario ucapkan.” Ujar Damas yang tiba-tiba datang ke kamarnya dan kini bersimpuh di depan Lea yang masih bergeming di sofanya. “Tidak memikirkan, hanya saja aku merasa kesal padanya. Pagi-pagi menelponku hanya mengatakan hal yang tidak penting,” Lea mengerucutkan bibirnya. “Bukannya memang dia setiap hari menelponmu hanya untuk mengatakan hal tidak penting katamu?” kata Damas sambil mensejajarkan wajahnya di depan gadis yang kini sedang mengerucutkan bibirnya dan sukses membuat
Lea mendatangi kediaman keluarga Marco. Setelah pertunangannya dengan Damas, ia merasa terlalu sibuk dengan urusan pernikahannya dan juga beberapa perkerjaannya sebelum perhelatan pernikahannya dilakukan beberapa hari lagi. Ia sudah meminta kepada ka Vina untuk sedikit memberikan jadwal yang tidak terlalu padat sebelum acara penikahannya. Walaupun semua urusan pernikahannya sudah diurusi oleh Kamila dan Kafie, kedua orangtuanya. Tapi tetap saja ia ingin ikut mengurusi pernikahannya. Damas juga sudah semakin intens berhubungan dengannya, bahkan lelaki itu beberapa kali mengirimkan pesan singkat dan tak jarang langsung menelponnya jika Lea lama membalas pesan singkatnya. Ia bahkan sudah sangat tidak sabar dengan acara pernikahannya dengan Lea. Damas juga sudah memesankan kepada sekretarisnya untuk melonggarkan jadwalnya sebelum dan sesudah pernikahannya. Begitu sampai dikediaman keluarga Marco, Lea langsung disambut oleh Mar
“Saya tidak tau bagaimana harus menggambarkan hari ini. Karna hari ini saya begitu bahagia sebab saya di kelilingi orang-orang yang mencintai saya. Saya sangat bersyukur dan juga berterimakasih sebanyak-banyaknya pada kalian.” Lea mengucapkan speechnya dengan senyuman dan mata yang sudah berkaca-kaca. “We love you Kalea!” teriak salah seorang lelaki yang berada di dekat Lea berdiri. Lea langsung tersenyum dan menempelkannya tangannya di bibir dan melemparkannya ke udara. Ya, lelaki itu adalah salah seorang penggemarnya. Merupakan ketua fans club yang didirikannya dan selalu mengikuti kemanapun Kalea konser ataupun tour. “Malam ini, saya akan memperkenalkan kepada kalian orang yang sangat spesial saat ini dalam hidup saya. Mungkin banyak yang ga tau juga kalau sebenarnya saya sedang dekat dengan lelaki ini. Malam ini, juga saya akan memohon restu pada kalian semua dan juga orang-orang yan
Hari ini Lea ada jadwal kuliah pagi hari, kemungkinan akan cepat selesai setelah semalam ada berita tentang Damas yang didapatkannya. Lea lebih memilih untuk langsung pulang dan tak ingin pergi ke manapun. Tapi sayangnya begitu sampai di depan mobilnya, Damas ternyata sudah berdiri di depan sana dan sedang melipat tangannya di depan daadanya. Ia tak sendirian, karna Damas selalu pergi bersama dengan seorang sekertaris sekaligus asistennya dan seorang supir yang selalu setia mendampinginya kemanapun lelaki itu pergi. Tapi kali ini, Damas terlihat hanya bersama dengan sekertarisnya yang beberapa kali Lea temui ketika sedang berkunjung ke kantor labelnya itu. Seperti biasanya sang supir biasanya berada mobilnya atau mungkin memang tidak ikut bersama dengan mereka. “Berikan kunci mobilmu pada Adrian,” titah Damas pada gadisnya. Kalea yang baru saja sampai di depan mobilnya yang masih menenteng laptop
Karna terlalu terburu-buru masuk ke sana demi menghindari Damas, nyatanya pintu kamar mandi yang seharusnya dikunci malah tidak dikunci oleh Lea. Entah apa yang Damas fikirkan. Ia malah menyusul Lea yang kini sedang mengguyur tubuhnya dengan air yang mengalir dari pancuran yang berada di atasnya. Damas membuka handuk putih yang sedari tadi melekat pada tubuhnya dan menyusul Lea untuk mandi. Lelaki itu memeluk Lea dari belakang dan mengecup pundak putihnya beberapa kali. Lea terdiam di tempatnya. Ia tak berani bergerak. Sungguh, ini tidak seperti di dalam film-film romantis yang sering ia tonton. Jantungnya kembali berdetak dengan cepat dan lelaki itu malah memanfaatkannya. “Maafkan aku,” bisik lelaki itu. Lelaki itu kini menaruh dagunya di pundak Lea dan mulai mengecup lagi pundaknya. “Apa kamu melakukan kesalahan?” tanya Lea kali ini dengan nada setegar mungkin. “Iya,” kata Damas singkat. Lea memberanikan dirinya
“Kalau setelah menikah kita tinggal di US kamu mau?” tanya lelaki itu tiba-tiba setelah mengecup kulit leher gadisnya. Lea sukses meremang namun ditahannya sebisa mungkin. “Mau sih, tapi …” Lea terlihat ragu mendengar pertanyaan dari lelaki yang kini sudah berhasil merengkuh tubuhnya di dalam pelukannya. “Tapi apa Sayang?” tanya Damas menatap dalam pada mata gadisnya. “Kuliah dan karirku, juga kedua orang tuaku. Aku masih belum bisa meninggalkan mereka, Mas.” Kata Lea yang memperinci apa yang membuatnya berat untuk mengatakan alasan pada Damas. “Ya, aku tau. Tapi untuk karirmu aku rasa jika di US pasti akan semakin berkembang, Sayang. Karna kamu pasti akan masuk ke penikmat musik Internasional, Lea.” Damas menyingkirkan anak rambut yang menutupi pipi gadis itu dan menyelipkannya ke belakang telinga. “Kita fikirkan nanti ya. Kita fo