Share

BAB 5. Harus operasi.

Penulis: Kencana Ungu
last update Terakhir Diperbarui: 2022-10-20 03:54:11

“Silakan duduk dulu, Mbak. Aku buatin minum,” kataku mempersilakan mereka untuk duduk barang sebentar.

“Enggak sudilah aku duduk di tikar lusuh begini, bisa-bisa tulang ekorku pegal-pegal,” jawab suami Mbak Asih.

“Iya, enggak perlu juga beramah tamah sama orang miskin enggak bakalan bisa balas juga,” sahut Mbak Lili. Kemudian mereka pergi dari gubukku ini tanpa permisi.

Sakit hati sudah pasti, tapi apalah dayaku tidak bisa membalas perlakuan mereka. Mbak Lili dan Mbak Asih apa lupa mereka bisa jadi orang terpandang seperti sekarang ini karena jerih payah Mas Danu, yang dengan ikhlas siang malam membanting tulang demi biaya keluarganya meskipun mereka hanya keluarga angkat.

Suamiku Mas Danu ditinggal pergi ibunya sewaktu berumur 5 tahun. Orang-orang bilang bapaknya Mas Danu suka main fisik hingga Istrinya tidak betah dan akhirnya kabur. 

Bapak Mas Danu sendiri ikutan pergi meninggalkan Mas Danu pada ibunya Mbak Lili padahal mereka tidak ada hubungan apa pun hanya tetangga saja. Sejak itulah Mas Danu mengabdi dan berbakti pada keluarga ini. 

Kupandangi undangan ini acara syukuran, tapi kenapa aku harus bawa amplop dan oleh-oleh? Apa Mbak Asih hanya menggertakku saja. Nanti akan aku tanyakan pada Mas Danu biar dia yang memutuskan.

Sembari menunggu Mas Danu pulang aku menanam batang singkong sekeliling rumah, kufungsikan untuk pagar dan lumayan daunnya bisa untuk aku masak nanti jika sudah tumbuh subur. Kutanami juga pohon kelor. Selain untuk sayuran daun kelor juga berfungsi sebagai apotek hidup.

Lelah berkutat di pekarangan rumah aku segera mandi sebentar lagi Zuhur semoga saja Mas Danu pun segera pulang.

“Eh, Ita, jadi ya, beneran pindah?” tanya Wak Ida, beliau ini teman sejawat ibu mertuaku.

“Alhamdulillah jadi, Bu. Mari mampir!" ajakku.

“Lain kali saja ya, Ta, aku ada perlu mau ke rumah mertuamu, barusan ditelpon katanya ada oleh-oleh dari si Asih makanya aku buru-buru ke sana,” jawab Wak Ida sambil mengibaskan tangannya yang dihiasi cantiknya cincin emas berderet di  jarinya.

“Besok Asih ngadain syukuran rumah baru, ya? Aku juga diundang loh, Ta. Kita berangkat bareng yuk!” ajak Bu Ida.

“Insya Allah ya, Bu.”

“Oh, iya, kamu sendiri kapan nih, ngadain syukurannya kan, udah pindahan?”

“Belum tahu, Bu. Kami menunggu ada rezeki lebih,” jawabku malas. Wak Ida ini benar-benar kepo.

“Gimana mau ada rezeki lebih, kalau kamu sendiri enggak mau sedekah. Ingat loh, Ta, sedekah itu memperlancar rezeki dan juga tentunya dipandang orang bukan sebagai orang yang pelit,” ujarnya lagi. Aku diam saja. Mungkin karena aku tidak menanggapi ucapannya lagi Wak Ida pergi begitu saja ke rumah ibu.

Ya Allah Gusti, berilah hamba kekuatan. Semoga mereka yang merendahkanku diberi pintu hidayah untuk bertaubat. 

Kulihat Wak Ida sudah balik lagi, cepat-cepat aku masuk rumah malas jika harus menanggapi ucapan beliau yang sudah seperti orang paling benar sendiri.

Bakda Asar  Mas Danu pulang. Wajahnya ditekuk sangat jelas gambaran kesedihan di sana.

“Ada apa Mas? Pulang berobat kok mukanya ditekuk gitu?” tanyaku penasaran.

“Ta, kata dokter Danu harus dioperasi. Kakinya yang patah itu harus dipasang pen biar bisa berjalan normal lagi,” jelas Mas Eko.

“Apa operasi?! Duit dari mana? Makan aja susah mau operasi segala! Aku tidak mau ya, Mas kalau disuruh iuran,” teriak Mbak Lili dari arah luar pasti dia dengar suara motor suaminya hingga menyusul ke sini.

“Jaga mulutmu Dik!” bentak Mas Eko.

“Pokoknya aku tidak sudi kalau suruh iuran, ingat itu. Ayo, cepetan pulang Mas, ada tamu yang mencarimu!”

“Aku permisi dulu ya, Dan. Besok kita cari second opinion mudah-mudahan ada jalan lain.”

Aku dan Mas Danu mengucapkan banyak terima kasih karena sudah dibantu. 

Tidak lagi kutanyakan kondisi Mas Danu, aku taku lelakiku ini sedang bersedih. Kuambilkan makan untuknya. Lahap sekali Mas Danu makan padahal hanya dengan lauk tadi pagi.

“Pelan-pelan Sayang, makannya nanti kesedak.”

“Mas, sangat lapar, Dik, tadi kami tidak membeli apa pun hanya minum saja yang  kami bawa. Sayang duitnya kalau untuk beli jajan. Sebenarnya Mas Eko tadi mau mentraktir, tapi Mas tolak, enggak enak dia sudah banyak membantu kita,” jawab suamiku. 

Tak bisa lagi kusembunyikan kesedihanku. Dalam keadaan sakit pun suamiku masih mau menahan lapar.

“Ssstt ... sudah jangan menangis Sayang, Mas enggak apa-apa. Sini Mas suapin kamu juga pasti tadi makan sedikit kan, karena nunggu Mas pulang?” Dengan linangan air mata kuterima suapan nasi dari suamiku.

“Beh, gayanya macam orang kaya suap-suapan segala, mana sini ongkos ojeknya. Enak aja seharian ngajak suamiku pergi, tapi enggak ngasih uang bensin.” Aku hampir saja tersedak. Mas Danu segera merogoh kantong celananya dan mengambil uang 50 ribu rupiah untuk diberikan pada Mbak Lili.

“Sedikit banget, mana lagi!” bentaknya.

“Enggak ada lagi, Mbak. Tinggal itu,” jawab suamiku sedih.

“Ya, sudah, tapi ingat jangan bilang sama Mas Eko, kalau sampai Mas Eko tahu kalian akan menanggung akibatnya.” Ancam Mbak Lili sebelum pergi meninggalkan gubuk kami.

“Astaghfirullah sabar,” ujar suamiku sambil mengusap-usap dadanya.

“Sudah, Mas, ikhlaskan saja. Ayo, diminum obatnya!”

Malamnya kami memutuskan untuk tidak ke dokter, kami lebih baik ke tukang urut sangkal putung saja, semoga bisa sembuh seperti sedia kala.

“Mas, beneran besok enggak mau ikut ke rumah Mbak Asih?” tanyaku memastikan.

“Kamu saja, Dik. Kalau Mas ikut nanti kita double bayar ojeknya, lumayan kan, uangnya bisa untuk nyumbang.” Benar juga yang dibilang Mas Danu meski naik ojek pulang pergi hanya 30 ribu rupiah, tapi tetap saja itu jumlah yang sangat besar bagi kami. Sebelumnya jika ada acara jauh kami selalu naik sepeda berboncengan.

🌸🌸🌸

Kupakai baju terbaikku baju pemberian Mas Danu sewaktu menikah dulu, memakai tas, dan juga sepatu senada begitu juga dengan Kia, dia terlihat sangat cantik dan menggemaskan.

Aku naik ojek pangkalan yang juga tetangga kami. Karena cuaca sangat panas Kia sedikit rewel untungnya perjalanan tidak terlalu memakan banyak waktu.

Sampai rumah Mbak Asih aku dibuat tercengang. Terpasang tenda apik beberapa unit dan banyak sekali tamu undangan. Dari pintu masuk sudah terlihat dekorasi mini yang begitu cantik seperti pelaminan padahal ini kan acara syukuran rumah baru.

Mereka semua memakai baju seragam bernuansa putih gold. Ternyata hanya aku yang tidak diberi seragam. Baguslah dengan begitu aku tidak perlu beramah tamah pada mereka karena aku menganggap hanya tamu undangan biasa.

“Hai, Ta. Bagus juga bajumu, pinjam di mana?” tanya Ibu, beliau melihatku dari ujung kaki sampai kepala tak berkedip.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • WANITA YANG KAU HINAKAN   BAB 203. Ending.

    ~k~u 🌸🌸🌸“Mas, siapa perempuan ini?” Akhirnya kutanyakan langsung foto yang tadi siang dikirim oleh paman.Mas Danu mengerutkan keningnya matanya menatapku penuh selidik.“Ini nomor Paman Mas, lihat tuh, WA-nya dari atas,” jelasku. Mas Danu memang tidak paham jika pakai smartphone.“Ini dikirim tadi pagi kenapa enggak bilang langsung, Dik?”“Gimana mau bilang kan, Mas sibuk di toko.”“Siapa wanita berbaju orange itu, Mas?” cecarku.“Itu ... em, tapi kamu jangan marah, ya?” Mendengar jawaban Mas Danu justru aku semakin takut. Takut kalau apa yang aku pikirkan benar.“Jawablah, Mas jangan berkelit gitu.”“Namanya Maya, dia teman sekolah Mas waktu SD. Waktu itu tanpa sengaja bertemu di toko. Setelah pertemuan pertama dia sering datang dan banyak bercerita tentang rumah tangganya ....” Mas Danu menjeda ceritanya.Aku sudah berkeringat panas padahal suhu udara malam ini dingin karena tadi sore hujan sangat deras dan sekarang pun masih gerimis kecil.“Karena Mas kasihan makanya Mas seri

  • WANITA YANG KAU HINAKAN   BAB 202. Mengusir benalu.

    “Enggak bersih berarti tidak ada acara masuk rumah.” Mamah Atik ikut menimpali.“Apa ini sudah cukup, Bu?” tanya Evi memperlihatkan irik yang berisi pucuk daun singkong.“Belum! Petik yang banyak, di rumah banyak orang jadi banyak juga yang makan kalau cuma segini habis sama kamu aja!” Mamah Atik pun tidak kalah sengit memarahi Evi.“Aku adukan kalian sama Mas Danu biar kapok!” Ancam Evi.“Adukan saja sana! Danu tidak akan pernah ambil pusing,” jawab Mamah Atik.“Paman, jangan main HP terus nanti HP-nya masuk parit kami lagi yang disalahin dan suruh ganti,” kataku agak kuat karena jarak kami lumayan jauh.“Eh, iya, Ya. Ini aku hanya kirim pesan pada Danu saja,” jawab paman.Benar saja setelah kucek ponsel Mas Danu yang ada di saku celanaku ternyata ada pesan masuk lagi dari paman.[Keputusanmu akan menentukan nasib rumah tanggamu, Dan. Cepat katakan iya atau tidak!]Lagi hanya kubaca saja. Aku tidak berminat sama sekali untuk membalas.“Sudah ada gledek, tuh! Buruan nanti keburu turun

  • WANITA YANG KAU HINAKAN   BAB 201. Mungkinkah?

    🌸🌸🌸Hidup sejatinya adalah perjalanan. Sekarang tergantung kita mau pilih jalan yang mana. Di depan sana ada banyak sekali rintangannya. Berkelok-kelok, lurus mulus, licin berlumpur atau naik turun.Aku menghela nafas berat saat membaca pesan dari paman Mas Danu. Pesan itu langsung kuteruskan ke ponselku.Paman Mas Danu sebenarnya belum selesai berbicara dengan Mas Danu hanya saja tadi tiba-tiba Joko menelepon ada pelanggan tetap mau belanja bulanan dan jumlahnya sangat banyak. Makanya Mas Danu buru-buru pergi ke toko.Paman dan juga Evi kami persilakan untuk menunggu di rumah. Bagaimana pun juga mereka adalah tamu.‘... Barang siapa beriman pada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia memuliakan tamunya .... HR. Bukhari dan Muslim.Aku memang bukan seorang yang mulus tanpa dosa, tapi aku akan selalu berusaha berbuat baik pada siapa pun meski dianggap bodoh.Bapakku selalu berpesan untuk selalu berbuat baik meski kita dimanfaatkan, meski kita tidak dianggap. Karena kebaikan itu aka

  • WANITA YANG KAU HINAKAN   BAB 210. Wanita baju Orange.

    ~k~u🌸🌸🌸“Loh, siapa kamu!” tegur Mamah Atik saat melihat pria seumuran bapak main nyelonong duduk di teras rumah tanpa permisi.Kami sedang berjemur sekalian menyuapi Kia. Beberapa hari ini hujan terus udara di sini pun sangat dingin.Orang itu bukannya menyahut malah menyalakan rokok.“Paman, ini sarapannya. Nasi uduk aja, ya? Duitku nipis,” ucap Evi. Kami kaget ternyata itu pamannya Mas Danu.“Kamu itu kenapa juga beli beginian. Rumah Mamasmu ini besar gendongan tentunya di dalam banyak makanan. Makan nasi uduk begini Paman mules perutnya.”“Kalian ngapain lihat-lihat! Sekarang mana Mas Danu. Aku mau ketemu Mas Danu,” bentak Evi pada kami.Baru saja aku hendak menyangkal ucapan Evi, Mas Danu sudah ke luar rumah.“Masss ....” Evi lari menghampiri Mas Danu.“Danu. Akhirnya kita bisa bertemu lagi. Paman dari kemarin sudah ada di sini, tapi anak buahmu bilang kamu ada urusan keluarga dan enggak pulang.” Orang yang mengaku Paman Mas Danu pun tergopoh-gopoh menghampiri Mas Danu.Mas Da

  • WANITA YANG KAU HINAKAN   BAB 209. Mbak Susi lagi.

    Assalamualaikum everyone ....Alhamdulillah bisa up bab baru. Yuk, bantu follow akunku 😍🌸🌸🌸“Sini, Ta, biar Mamah yang telepon, Joko!” Kuberikan ponselku pada Mamah.Tidak menunggu lama telepon tersambung.“Halo, Mas Joko! Ini Mamah Atik. Tolong itu barang-barang yang mau diangkut sama Susi ambil lagi!”“Loh, a—nu, Bu. Itu katanya sudah dapat izin dari Ita,” jawab Mas Joko terbata pasti Mas Joko kaget Mamah Atik to the poin begitu.“Enggak! Baik Ita ataupun Danu enggak ada yang izinin. Di mana Susi? Apa sudah pulang?”“Be—lum, Bu. Ma—sih nimbang telur.”“Dasar orang tidak tahu malu. Pokoknya aku enggak mau tahu, ya, ambil lagi apa yang mau diangkut Susi kalau enggak gaji kamu bulan ini tidak aku berikan!” Ancam Mamah Atik.“Aduh! Ba—ik, Bu.”Tuuuutt ....Mamah mematikan telepon.“Ini, Ta. 10 menit lagi kita telepon Joko. Kamu itu menyek-menyek jadi orang makanya saudara-saudara kamu itu selalu saja meremehkanmu.”“Aku hanya tidak ingin hubungan yang sudah tidak baik makin tidak b

  • WANITA YANG KAU HINAKAN   BAB 208. Istri muda?

    Hatiku panas mendengar perempuan lain mengagumi suamiku.“Mana anakmu kenapa tidak kamu ajak?” tanya Mas Danu.“Mas aku capek loh, nungguin kamu panas dan haus juga kamu malah tega tanya ini dan itu di sini,” rengeknya.Kami masuk dan Evi membuntuti kami.“Mas, rumahmu bagus banget ya, pantas paman selalu membanggakan kamu.” Mas Danu diam saja. Dia fokus minum dan menikmati donat yang kusuguhkan.“Danu, kamu makan dulu. Pasti kamu lapar,” titah Mamah Atik.“Iya, Mah. Dik, temani Mas makan, ya?”“Aku juga mau makan Mas. Yuk, aku temani.” Evi gegas berdiri dan menarik tangan Mas Danu.“Bukan Dik, kamu. Itu panggilan untuk istriku. Aku memanggilmu dengan namamu saja.” Mas Danu menampik tangan Evi. Dia seperti menahan malu.“Mas meja makanmu bagus banget. Seumur-umur aku baru lihat,” ucap Evi. Dia langsung duduk dan mengambil makan tanpa kami suruh terlebih dahulu.“Evi, sebentar lagi kami mau pergi sebaiknya kamu pulang dulu. Rumah ini akan kami kosongkan.”“Apa? Ya ampun, Mas! Aku jauh-

  • WANITA YANG KAU HINAKAN   BAB 207. Tidak sopan.

    “Terserah Mbak aja mau bilang apa,” sungutku.“Eh, Ta. Aku cuma mau kasih tahu, ini Ibu lagi sakit, tadi pas ambil wudu untuk salat Zuhur terpeleset dan jatuh. Kami sudah bawa ke klinik. Ibu sekarang di rawat. Kamu ke sini, ya? Eh, jangan lupa bawa uang kami tidak ada duit untuk bayar biaya rawat Ibu.” Sebenarnya aku sangat syok dan juga sedih mendengar kabar ini, tapi karena yang memberi tahu adalah Mbak Susi aku jadi kesal padanya.“I—ya, Mbak. Insya Allah aku ke sana.”“Jangan pakai insya Allah, Ta! Kamu harus segera ke sini!”“Iya, Mbak. Insya Allah.”“Kamu itu insya Allah terus. Aku ti ....” Tuuutt! Kumatikan telepon. Percuma saja ngasih tahu Mbak Susi.Ponsel kembali berdering. Tapi, tidak kujawab. Biarkan saja. Mbak Susi itu bisanya ngajak ribut saja.“Siapa, Ta. Kok kayaknya kamu kesal gitu?”“Mbak Susi, Mah. Ngasih tahu kalau ibu masuk rumah sakit. Jatuh di kamar mandi,” jawabku sedih.“Innalillahi wa’innailaihiroji’un. Terus gimana kondisi ibumu, Ta?”“Aku enggak tanya sama

  • WANITA YANG KAU HINAKAN   BAB 206. Adik tiri.

    *Cinta adalah perbuatan. kata-kata dan tulisan indah hanyalah omong kosong! (Tere Liye)*Assalamualaikum semuaaaaaaa senang sekali Danu kembali hadir. Semoga kalian sehat dan bahagia selalu. Bantu follow, yuk!🌸🌸🌸 “Maaf siapa, ya?”Bukannya menjawab pertanyaanku justru perempuan ini nyelonong masuk begitu saja lalu duduk manis di sofa.“Eh, siapa kamu! Datang-datang enggak sopan!” bentak Mamah Atik.“Perkenalkan aku Evi, adik Mas Danu,” ucapnya bangga.Aku dan Mamah Atik saling berpandangan. Mamah Atik seolah menanyakan apa benar. Aku hanya menggeleng tidak tahu.“Salah alamat kali. Kan, banyak ‘tu yang namanya Danu,” ujar Mamah Atik lagi.“Enggak, dong! Nih, lihat!” Wanita yang bernama Evi ini memperlihatkan foto Mas Danu. Dari mana dia dapat foto terbaru Mas Danu. Itu foto diambil dua hari yang lalu saat kami jalan-jalan ke air terjun. Itu foto bersamaku bisa-bisanya fotonya dicrop begitu saja.“Iya, benar ini Danu anakku, dan ini Ita istri Danu,” ucap Mamah Atik. Wanita yang b

  • WANITA YANG KAU HINAKAN   BAB 205. Evi datang.

    “Mainan sama Kia. Anakmu ini cantik dan pintar sekali ya, Dan. Aku jadi pingin punya anak,” jawab Mbak Asih seolah-olah dia tidak sedang sakit.“Alhamdulillah iya, Mbak.“ Mas Danu memangku Kia. Aku ikut duduk di lantai bersama mereka.“Mbak Asih kemarin ke mana sih, katanya kerja kok, enggak pulang?” tanyaku hati-hati. Mbak Asih hanya menggeleng saja.“Mbak Asih, Ita itu mau ngajak shopping beli baju baru. Eh, malahan Mbak Asih enggak pulang-pulang,” kata Mas Danu lagi.“Harusnya kamu telepon dulu, Ta. Jangan main asal tunggu. Kalau kamu kasih tahu mau ngajakin aku shopping pasti aku enggak mau janjian sama Mas Roni,” jawab Mbak Asih sambil menoyor kepalaku.“Oh, jadi Mbak Asih pergi shopping sama Mas Roni?” tanyaku.“Bukan shopping sih, tapi bulan madu. Kami tidur di hotel.” Mendengar pengakuan Mbak Asih Mas Danu sangat marah. Aku pun kaget. Kalau sudah ngomongin hotel sudah pasti ada bumbu-bumbu di dalamnya.“Mbak, harusnya jangan mau diajak Mas Roni kalau enggak shopping. Enak shop

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status