Share

BAB 04.

Author: Milk Tea
last update Last Updated: 2025-07-06 08:41:49

Mereka kembali berciuman cukup lama setelah mengunci pintu kamar, Sofia bahkan kesulitan bernafas sampai beberapa kali mencoba mendorong Bram tapi tidak bisa.

Bram lalu menggendong Sofia kearah kasur, mereka berdua berbaring bersama, kembali menindih Sofia sambil terus berciuman.

Tiba-tiba Bram berhenti, ia menatap nanar ke arah Sofia, dia bingung, "ada apa?"

Ia menggeleng, "Tidak apa-apa!"

Bram lalu berbaring di samping Sofia, "yakin? Tidak ada masalah kan? Apa da sesuatu di kantormu?"

Bram sekali lagi menggeleng, "Lebih baik kita tidur saja sekarang!"

Sofia semakin heran, "Tapi kita baru aja selesai makan! Terus ini baru jam berapa sayang! Ini tidak pernah terjadi sebelumnya! Coba deh kamu cerita sama aku! Siapa tau aku bisa bantu!"

"Ck... Kenapa kamu malah terus bertanya? Aku bilang tidak apa-apa! Aku capek, aku mau tidur! Lagian kamu tidak akan bisa membantuku!"

Bram Kesal dia memutar tubuhnya membelakangi Sofia, "Kalau begitu kamu tidur saja! Aku akan keluar melanjutkan cuci piringku!"

"Kamu tidak boleh ke mana-mana tetaplah di situ!"

"Tapi aku!!!"

Sekilas Bram meliriknya kebelakang memberi Sofia tatapan tajam.

"Iya... Iya, aku akan tetap di sini! Aku tidak akan melangkah sejengkal pun oke... Kamu tidur saja! Sepertinya aku juga mulai mengantuk!"

Sofia lagi-lagi mengalah, dia ikut berbaring menghadap tubuh Bram yang membelakanginya.

Beberapa menit, suara dengkuran Bram terdengar ke kupingnya, Sofia tertawa kecil.

Perlahan-lahan tangannya terangkat ke kepala Bram, dengan lembut ia Mengelus-elusnya.

"Kadang agresif, kadang posesif, kadang perhatian, kenapa aku bisa mengenal orang yang memiliki sifat seperti itu? Dan kenapa aku harus jatuh cinta denganmu Bram!"

Sofia kembali memikirkannya, jatuh cinta tanpa diduga dan kadang bisa membodohi orang lain, mungkin kalimat itu benar-benar tertuju untuknya.

Sofia menarik selimut untuk menutupi bagian tubuh bawah mereka, di balik selimut itu Sofia memeluk Bram dari belakang sambil mengusap-usapkan kepalanya di punggung kekasihnya itu.

***

Tidur lebih awal membuat Sofia terbangun lebih awal juga, saat menatap jam di layar ponselnya ia segera beringsut meninggalkan ranjang untuk keluar membersihkan rumah.

Tak lupa ia memasak, mencuci, lalu membersihkan peralatan makan yang sempat tertunda semalam.

Dert... Dert... Dert....

Ponsel yang ia letakkan di atas meja bergetar, dia mendapat panggilan masuk namun Sofia tidak menyalakan pengeras suaranya.

Dia juga tampak berbisik-bisik saat merespon.

"Kamu bicara sama siapa?"

Seketika Sofia terkejut mendengar suara Bram yang kini berdiri tepat di belakangnya.

"Ehm... Itu.... "

Belum sempat ia meneruskan ucapannya, ponsel Sofia kini melayang berpindah tangan.

Saat ponsel itu di ambil alih oleh Bram, tiba-tiba panggilan beratas namakan Leonita langsung terputus.

Bram mulai curiga.

"Leonita? Leonita itu siapa? Kenapa aku tidak tau kalau kau punya kontak bernama Leonita?"

"Dia teman aku sayang!"

"Teman dari mana? Kenapa aku tidak pernah dengar kamu menyebut nama dia?"

"Uhm... Aku baru kenal beberapa hari! Dia itu seorang chef aku menelfon cuma ingin tanya-tanya aja soal resep masak!"

Sofia berbohong padahal Leonitalah yang duluan menelfon.

"Kamu fikir aku percaya? Kenapa telfonnya langsung putus? Apa jangan-jangan orang yang menelfonmu ini laki-laki?"

"Laki-laki apasih sayang? Jelas-jelas itu perempuan, aku mengenalnya waktu ke mall!"

"Bisa saja kamu mengganti namanya kan! Dari Leon jadi Leonita? Jujur padaku Fi!"

"Aku serius sayang! Aku tidak bohong... Stop overthinking okay!!!"

Wajah Bram masih memeram karena tersulut emosi, saat amarah menguasai dirinya, Bram akan sulit mengontrol, ia hanya ingin marah dan segera melampiaskannya.

Sofia tertegun, dia tidak menyangka kalau rasa curiga Bram akan kambuh lagi, "Kalau kamu tidak percaya, telfon balik aja! Kamu akan tau sendiri nanti!" Tantangnya.

Bram ingin mengetahuinya, dengan tidak sabaran ia menekan nomor Leonita di layar ponsel Sofia.

Tak lama kemudian, panggilan itu terhubung.

"Halo Fi... Maaf yah, tadi aku tidak sopan langsung menutup telfonnya jadi aku... "

Tuuut...

Panggilan berakhir sebelum Leonita melanjutkan ucapannya.

"Kamu sudah mendengarnya kan? Leonita itu wanita sayang! Kenapa kamu bisa berfikir kalau aku selingkuh dari kamu?"

"Terus kenapa kamu harus berbisik-bisik?"

"Karena aku tidak ingin mengganggu tidurmu! Semalam kau cepat sekali tidurnya, jadi ku fikir kau sangat lelah bekerja makanya aku berusaha untuk tidak bersuara keras!"

"Kamu tidak sedang berbohong kan? Kamu tau kalau aku Sangat-sangat membenci yang namanya pembohong kan?"

"Iya aku tau! Kata itu sudah tertanam dalam otakku tidak mungkin akan terhapus!"

"Baguslah... Cepatlah memasak! Aku harus berangkat lebih cepat dari sebelumnya karena ada meeting!"

"Ini sudah hampir selesai!" Sekanya.

"Kalau begitu aku mandi dulu!"

Sofia hanya membalasnya dengan sekali anggukan.

Tanpa ada kata maaf dari Bram, Sofia sama sekali tidak mempermasalahkannya walau sering kali ia berharap kata itu keluar dari mulutnya.

Namun Sofialah yang harus selalu mengalah, dia yang meminta maaf bahkan jika Bram yang salah.

Bram berangkat ke kantornya, dalam perjalanan ia tengah menelfon sekretarisnya, memang presdir yang selalu sibuk dalam hal apapun yang berurusan dengan perusahaan.

Pada saat yang sama, Sofia kembali menelfon orang bernama Leonita.

"Leon!" Panggilnya.

"Iya... Itu tadi siapa Fi?"

Leonita ternyata seorang laki-laki.

"Pacar aku!" Balas Sofia.

"Serius? Jadi dia yang kamu maksud? Kalau tidak salah aku tadi mendengar kalau dia memarahimu! Apa karena aku?"

"Hm... Dia orangnya posesif! Ohh iya soal rencana kita, bagaimana? Kamu masih mau bantu aku kan?"

"Tentu! Rencana kita tetap berjalan!"

"Okay... See you!"

Sofia memutus telfonannya, ia kemudian bersiap-siap untuk bertemu Leon disuatu tempat.

***

Bram kini fokus menyimak persentase dari salah satu staffnya mengenai kemajuan perusahaan, dia bahkan sangat jarang berkedip membuat suasana meeting terasa begitu menegangkan.

Beberapa orang menyeka keringat dingin yang mengalit di wajah mereka, Bram di kenal begitu tegas dengan kepemimpinannya.

Dia tak segan-segan memecat karyawan yang membuat sedikit kesalahan pun.

"Tidak usah bertele-tele lagi, langsung ke intinya, dan aku ingin kalian semua membuat laporan tentang apa yang harus di lakukan kedepannya!" Bram langsung to the point.

Meeting berakhir setelah mendengar kalimat itu keluar dari mulut Bram, sepertinya dia sangat bosan sekarang.

Dia kembali ke ruang kerjanya, Tiba-tiba sebuah pesan masuk keponselnya, dengan sekali lirikan dia sudah bisa memahami isi dari pesan tersebut.

"Tuan Bram... Wanita anda baru saja meninggalkan apartemen nya!"

Dahi Bram kembali berkerut, dia mengetuk-ngetuk meja dengan jarinya.

Rupanya itu pesan dari security yang berjaga di apartemen itu.

Bram dengan gerakan cepat langsung mencoba menghubungi Sofia, panggilannya terhubung namun sepertinya Sofia tidak menerima panggilan itu.

Beberapa kali dia mencoba, tetap saja hasilnya nihil.

"Kemana dia pergi? Berani-beraninya dia mengabaikan panggilanku!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Wanita Malam Presdir Kejam   BAB 07.

    Bram melakukannya beberapa kali, hingga membuat Sofia kesulitan untuk meninggalkan kasur, bagian bawahnya terasa begitu sakit bahkan saat bergerak. Jam sudah menunjukkan pukul 4 sore, terdengar suara gemercik air dari dalam kamar mandi, itu pastinya Bram yang tengah membersihkan diri. Sofia menangis sesegukan, timbul rasa benci pada dirinya setelah perlakuan Bram, mungkin ini yang di namakan dari cinta menjadi benci. Sofia menggertakkan giginya sambil meremas kuat sprei yang ia tindih. Clek... Terdengar suara pintu kamar mandi terbuka, dengan cepat Sofia memejamkan mata berpura-pura tertidur. Bram menatapnya datar kemudian berjalan ke arah lemari pakaian, sepertinya dia bersiap-siap ke suatu tempat. Dengan sangat rapi Bram berpakaian, tak lupa memakai parfume. "Aku pergi dulu! Jangan kemana-mana!" Katanya lalu pergi. Barulah Sofia membuka mata. Ssshh... Ia mendesis saat menc

  • Wanita Malam Presdir Kejam   BAB 06.

    Bram memekik, "ada apa sayang? Apa ada yang kamu sembunyikan dariku?" Tangan Sofia masih terikat dasi, sehingga dia tak bisa melawan, "tolong lepaskan aku!" Lirihnya. "Ohh lalu kau bisa menemui pria tadi?" Sofia menggeleng kuat, "tidak, aku berjanji tidak akan menemuinya, kalaupun iya aku akan mengabaikannya!" "Janji?" Sekali lagi ia mengangguk. Bram mencoba untuk percaya, dia juga tidak tega melihat wajah Sofia terus di aliri air mata. Bram melepaskan ikatan dasi di tangannya, dia lalu memeluk Sofia, "Aku mencintaimu sayang! Aku Sangat-sangat mencintaimu! Bahkan aku akan melakukan apapun agar membuatmu bahagia! Kau tau kan, aku melakukan ini itu demi kebaikanmu juga!" "Kebaikan dari mana? Aku sekarang mulai sadar, apa ini yang kuharapkan? Aku bahagia? Pertanyaan bodoh macam apa ini?" gerutu Sofia dalam hatinya. Sofia tersenyum dengan terpaksa, "Iya, aku paham! Mulai sekarang aku akan mengh

  • Wanita Malam Presdir Kejam   BAB 05

    Bram emosi, dia segera memakai setelan jasnya, "Mau kemana pak?" Tanya sekretarinya yang baru saja datang. "Pulang! Aku serahkan pekerjaanku dulu padamu!" "Tapi pak!" Bram hanya melirik sedikit dan membuat sekretarisnya bergidik ngeri. "Baik pak! Saya akan melakukannya pak Bram bisa pulang!" Bram bergegas kearah parkiran mobil, satu tangannya memegang kunci dan tangan yang lainnya sibuk menelfon Sofia. *** Tiba di apartemen, Bram membuka pintu dengan kesal, "Sofia! Sofi... Kamu dimana?" Dengan tidak sabaran ia mencari kesegala ruangan. Dia juga mendobrak pintu kamar sampai pintu yang tak bersalah itu sedikit rusak, kembali ia mencoba menelfon Sofia tapi panggilannya selalu di abaikan. "Kemana dia pergi?" Saat keadaan yang penuh emosi, Bram lupa jika ada aplikasi pelacak yang ia pasang di ponsel Sofia, barulah ia cepat mengeceknya tapi ternyata dari alat pelacak itu Sofia tampaknya sedang dalam perjalanan kembali ke apartemen. Bram geram, dia mengepalkan kedua tangany

  • Wanita Malam Presdir Kejam   BAB 04.

    Mereka kembali berciuman cukup lama setelah mengunci pintu kamar, Sofia bahkan kesulitan bernafas sampai beberapa kali mencoba mendorong Bram tapi tidak bisa. Bram lalu menggendong Sofia kearah kasur, mereka berdua berbaring bersama, kembali menindih Sofia sambil terus berciuman. Tiba-tiba Bram berhenti, ia menatap nanar ke arah Sofia, dia bingung, "ada apa?" Ia menggeleng, "Tidak apa-apa!" Bram lalu berbaring di samping Sofia, "yakin? Tidak ada masalah kan? Apa da sesuatu di kantormu?" Bram sekali lagi menggeleng, "Lebih baik kita tidur saja sekarang!" Sofia semakin heran, "Tapi kita baru aja selesai makan! Terus ini baru jam berapa sayang! Ini tidak pernah terjadi sebelumnya! Coba deh kamu cerita sama aku! Siapa tau aku bisa bantu!" "Ck... Kenapa kamu malah terus bertanya? Aku bilang tidak apa-apa! Aku capek, aku mau tidur! Lagian kamu tidak akan bisa membantuku!" Bram Kesal dia memutar tubuhnya membelakangi Sofia, "Kalau begitu kamu tidur saja! Aku akan keluar melanjutka

  • Wanita Malam Presdir Kejam   BAB 03.

    Bram penasaran apa yang Sofia lakukan di toko baju itu, sebab ini pertama kalinya Sofia mengatakan hal tersebut padanya. Di tempat yang berbeda, Sofia yang begitu kesal dengan penghinaan yang di tuturkan oleh pegawai toko itu segera mengambil beberapa pakaian yang sangat mahal diantara baju yang yang ada di hadapannya. Sofia memegang erat pakaian yang ada di tangannya, "Mbak mau apa? Itu pakaian mahal mbak!""Kamu bilang ini sangat mahal kan? Dan kamu takut aku merusaknya?"Srekkk!! Srekkk!! Dengan sekuat tenaga Sofia menarik baju itu dengan kedua tangannya sampai robek, Mendengar suara sobekan itu para pegawai toko tersebut menatap Sofia dengan tatapan kaget. "Mbak ini apa-apaan sih? Saya kan sudah bilang jangan sampai bajunya rusak! Mbak harus ganti rugi!!" Pegawai itu berteriak pada Sofia. Ia tersenyum smirk, begitu tenang ia menghadapinya, "Kamu tidak tau apa itu attitude ya? umurmu sepertinya masih muda jadi pantas tidak tau artinya, Lain kali sopan sedikit ya dek! Jangan me

  • Wanita Malam Presdir Kejam   BAB 02

    Pufhh hahah.... Bram sekali lagi menertawakan Sofia yang masih berusaha untuk turun dari ranjang. Ia melirik wajah cemberut Sofia, "Sini, biar aku menggendongmu!" Dengan cepat, tubuh telanjang Sofia di gendong oleh Bram, ia merona ketika Bram berhasil menyingkirkan selimut yang sejak tadi menutupi tubuhnya. "Ahh turunkan aku! Aku bisa jalan sendiri!" Bram pura-pura tak mendengarkan, ia mulai berjalan tanpa menatap tubuh polos Sofia, "Diamlah... Kamu tidak mau melihatku marah kan?" Cekamnya. Sofia langsung takut untuk bicara, dia hanya bisa menutupi bagian dadanya dengan kedua tangan. "Tidak perlu melakukan itu, aku sudah sering melihatnya, kenapa baru sekarang kamu malu?" "Bukannya malu! Aku takut kamu.... " "Shut! Aku tidak akan melakukannya, tapi sambil mandi baru melakukannya!" Sofia melotot. Clik!! Ia mendengar Bram baru saja mengunci kamar mandi. Arhhh.... Sofia berteriak di dalam sana, Luka semalam belum sembuh namun Bram kembali memperdalam luka itu. Rasa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status