Share

BAB 07.

Author: Milk Tea
last update Last Updated: 2025-07-07 21:10:48

Bram melakukannya beberapa kali, hingga membuat Sofia kesulitan untuk meninggalkan kasur, bagian bawahnya terasa begitu sakit bahkan saat bergerak.

Jam sudah menunjukkan pukul 4 sore, terdengar suara gemercik air dari dalam kamar mandi, itu pastinya Bram yang tengah membersihkan diri.

Sofia menangis sesegukan, timbul rasa benci pada dirinya setelah perlakuan Bram, mungkin ini yang di namakan dari cinta menjadi benci.

Sofia menggertakkan giginya sambil meremas kuat sprei yang ia tindih.

Clek... Terdengar suara pintu kamar mandi terbuka, dengan cepat Sofia memejamkan mata berpura-pura tertidur.

Bram menatapnya datar kemudian berjalan ke arah lemari pakaian, sepertinya dia bersiap-siap ke suatu tempat.

Dengan sangat rapi Bram berpakaian, tak lupa memakai parfume.

"Aku pergi dulu! Jangan kemana-mana!" Katanya lalu pergi.

Barulah Sofia membuka mata.

Ssshh...

Ia mendesis saat mencoba untuk duduk.

"Ohh tuhan kenapa sakit sekali!!" Rintihnya.

Sofia tak berdaya, dia hanya bisa berjalan dengan sedikit mengangkat, begitu pelan hingga jarak kamar mandi terasa begitu jauh.

"Brengs*k! Aku tidak akan pernah melupakan ini! Aku hanya punya Leon sebagai sahabat yang mengertiku dan mau mendengarkan keluhanku tapi kenapa dia harus secemburu itu?" Gumamnya dengan penuh emosi.

***

Ding dong...

Suara bel berbunyi, Sofia yang sudah mandi dengan rambut yang masih agak basah keluar untuk membukakan pintu.

Rupanya itu tukang antar makanan, aku terheran-heran saat melihatnya, "Maaf pak, saya tidak pernah memesan makanan sebelumnya! Mungkin bapak salah kamar?!"

"Saya tidak salah, tapi yang memesan makanan itu atas nama pak Bram bu!"

Barulah Sofia paham.

"Ohh kalau begitu terimakasih pak! Maaf sebelumnya saya salah!"

Sofia merasa sedikit canggung, dia lalu menerima makanan tersebut lalu kembali masuk kedalam rumah.

Sofia meletakkan makanan itu di atas meja, dia hanya menatapnya tanpa ingin membukanya.

Dia benar-benar tak selera makan, selera itu hilang ketika mengingat kekejian Bram tadi.

Sofia malah memasak sendiri dengan menggunakan bahan makanan yang ada dalam kulkas.

Sofia kembali masuk kedalam kamar, ia mencari ponsel lamanya namun sayang sedia tak berhasil mendapatkannya, hanya ada ponsel yang baru tapi simnya sudah tidak ada kartu sebelumnya sudah di rusak oleh Bram.

"Apa yang harus ku lakukan sekarang?" Dia merasa putus asa, dia harus menelfon Leon untuk membicarakan sesuatu dengannya.

"Aku harus kerumahnya!"

Tanpa peduli dengan rasa sakitnya, dan peringatan dari Bram Sofia bergegas pergi kerumah Leon.

Sebelum itu Sofia singgah untuk membeli kartu sim baru, dia mencoba menelfon Leon tapi tidak pernah di angkat.

"Angkat dong Leon!" Dia risih setelah mencoba beberapa kali tapi tak berhasil.

Sofia menambah kecepatan laju mobilnya.

***

Tiba di rumah Leon, Sofia celingak-celinguk melihat keadaan di sekita rumah Leon.

"Kok pintunya terbuka?" Gumamnya bingung.

Tok... Tok... Tok....

"Leon! Leonn!!" Dia memanggilnya sambil terus mengetuk pintu tapi tak ada yang merespon.

Argh... Askk....

Seketika Sofia terkejut mendengar suara rintihan itu, suaranya berasal dari dalam rumah, tanpa peduli apapun lagi Sofia menerobos masuk.

Arrhhhkkkk..... "Leon!!!"

Sofia berteriak begitu keras saat melihat keadaan Leon sudah terkapar di lantai dengan berlumuran darah.

Rumahnya juga sangat berantakan. Sofia berlari kearahnya dengan begitu panik.

"Leon! Apa yang terjadi... Kenapa kamu bisa seperti ini? Siapa yang melakukannya?" Tanya Sofia.

"Akh... Shhh!" Leon tak bisa menjawab.

Ada banyak darah yang keluar dari perutnya.

Sepertinya itu bekas tusukan benda tajam.

Dengan cepat Sofia menelfon ambulance, dia bertambah panik saat Leon meremas tangannya yang berlumuran darah, "Fi... Tolong aku! Aku rasa aku sedikit mengantuk! Bisakah kau.... "

"Berhentilah bicara! Please jangan tidur... Ambulance akan datang sebentar lagi! Bertahan okay.... " Pinta Sofia.

Tak lama kemudian mobil ambulance datang, Sofia menyusul kerumah sakit dengan mobilnya, kakinya terasa melemas, dia tak bisa mengendalikan diri dengan rasa ketakutan yang semakin menguasai dirinya.

"Siapa yang melakukan itu pada Leon... Apa jangan-jangan Bram? Ahh tidak, itu tidak mungkin! Dia mana tau alamat Leon! Terus siapa?"

Sofia mencoba menerka-nerka hingga terbesit nama Bram dalam benaknya.

Tiba di rumah sakit, Leon langsung di bawa ke ruang ICU, dia kehilangan banyak darah.

Namun sebelum masuk keruangan, Leon memegang tangan Sofia, "Fi... Dengarkan aku! Bram... Dia... Ahkk.... "

Dahi sofia berkerut, "Bram? Dia kenapa? Apa dia yang melakukan ini sama kamu?" Tanya Sofia mendesak.

Sayang sekali Mata Leon terpejam.

"Suster! Cepat pasien tidak sadarkan diri!"

Segera Leon di bawa masuk untuk di tangani.

Sofia hanya bisa menunggu di luar saja.

Tak ada yang bisa ia lakukan, bahkan untuk menelfon keluarga Leon sebab dia tak mengenal siapapun di keluarganya.

Beberapa kali Sofia mengintip masuk dari kaca transparan yang ada di pintu ruang ICU.

"Tunggu, bukankah ponsel lamaku ada di Bram sekarang? Apa jangan-jangan dia mencari tahu alamat Leon dari ponselku? Terus dia pergi menemui Leon dan.... Ahh Aku harus pulang sekarang! Aku harus menanyakan langsung padanya!"

***

Sofia sampai di rumah tepat jam 9 malam, dia terkena macet di jalan yang membuatnya tak bisa berbuat apa-apa.

Dalam perjalanan tadi Sofia hanya bisa menangis sembari mengingat Leon menyebut nama Bram.

"Kalau benar dia yang melakukannya! Aku bersumpah, aku tidak akan pernah memaafkannya lagi!" Marah Sofia dalam langkahnya yang menuju pintu apartemen.

Sofia membuka pintu dan dia amat sangat terkejut melihat sosok Bram berdiri tepat di belakang pintu itu.

"Sini kamu!!" Ia di tarik masuk dengan kasar.

Tanpa sengaja Sofia melihat ada goresan di tangan Bram.

"Lepaskan!!!" Ia menghempaskan cekalan tangan Bram.

"Dari mana kamu? Bukankah aku tadi sudah melarangmu untuk diam di rumah? Kenapa kau tidak mau mendengarkan perintahku lagi?"

"Seharusnya aku yang bertanya sama kamu! Tadi kamu dari mana?"

Bram mengerutkan alisnya, "Kenapa kamu malah balik tanya?"

"Aku tidak mau berbasa-basi! Apa yang kamu lakukan di rumah Bram?"

Bram tampak kaget, "Apa? Kamu tau darimana! Ohh atau kau baru saja menemuinya? Bagaimana? Apa berpisah selama beberapa jam dengan selingkuhanmu itu sangat menjengkelkan sampai kau tidak tahan untuk menemuinya?"

Sofia mengepal kedua tangan, matanya memerah sepertinya emosi yang sejak tadi ia pendam akan segera di tumpahkan

Ia maju selangkah, mengangkat tangan langsung mencengkeram kuat kerah kemeja Bram.

"Aku sedang tidak bercanda denganku! Katakan... Katakan padaku! Apa yang kau lakukan padanya tadi?"

"Kenapa kau sangat ingin mengetahuinya? Apa kau sepanasaran itu? Hei Sofia apa kau lupa, kau selama ini hidup dengan siapa? Apa kau lupa kau bisa makan makanan mahal, belanja barang branded, dan hidup mewah seperti ini itu karena siapa? Apa perlu aku mengingatkanmu lagi? Seharusnya kau sadar diri!"

"Jangan mengalihkan pembicaraan denganku Bram... Aku hanya ingin tau, Apa yang kau lakukan dengannya?"

Bram terdiam.

Sofia semakin marah, ia memperkuat cengkramannya di kerah Bram, "Kenapa diam? Cepat jawab! Atau memang kau yang melakukan itu pada Leon? Tega ya kamu... Bisa-bisanya kamu menyakiti sahabatku demi rasa cemburumu itu! Ada ya manusia sekejam kamu...."

Bram masih bungkam dia terlihat begitu santai menanggapi apa yang baru saja di lampiaskan oleh Sofia.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Wanita Malam Presdir Kejam   BAB 07.

    Bram melakukannya beberapa kali, hingga membuat Sofia kesulitan untuk meninggalkan kasur, bagian bawahnya terasa begitu sakit bahkan saat bergerak. Jam sudah menunjukkan pukul 4 sore, terdengar suara gemercik air dari dalam kamar mandi, itu pastinya Bram yang tengah membersihkan diri. Sofia menangis sesegukan, timbul rasa benci pada dirinya setelah perlakuan Bram, mungkin ini yang di namakan dari cinta menjadi benci. Sofia menggertakkan giginya sambil meremas kuat sprei yang ia tindih. Clek... Terdengar suara pintu kamar mandi terbuka, dengan cepat Sofia memejamkan mata berpura-pura tertidur. Bram menatapnya datar kemudian berjalan ke arah lemari pakaian, sepertinya dia bersiap-siap ke suatu tempat. Dengan sangat rapi Bram berpakaian, tak lupa memakai parfume. "Aku pergi dulu! Jangan kemana-mana!" Katanya lalu pergi. Barulah Sofia membuka mata. Ssshh... Ia mendesis saat menc

  • Wanita Malam Presdir Kejam   BAB 06.

    Bram memekik, "ada apa sayang? Apa ada yang kamu sembunyikan dariku?" Tangan Sofia masih terikat dasi, sehingga dia tak bisa melawan, "tolong lepaskan aku!" Lirihnya. "Ohh lalu kau bisa menemui pria tadi?" Sofia menggeleng kuat, "tidak, aku berjanji tidak akan menemuinya, kalaupun iya aku akan mengabaikannya!" "Janji?" Sekali lagi ia mengangguk. Bram mencoba untuk percaya, dia juga tidak tega melihat wajah Sofia terus di aliri air mata. Bram melepaskan ikatan dasi di tangannya, dia lalu memeluk Sofia, "Aku mencintaimu sayang! Aku Sangat-sangat mencintaimu! Bahkan aku akan melakukan apapun agar membuatmu bahagia! Kau tau kan, aku melakukan ini itu demi kebaikanmu juga!" "Kebaikan dari mana? Aku sekarang mulai sadar, apa ini yang kuharapkan? Aku bahagia? Pertanyaan bodoh macam apa ini?" gerutu Sofia dalam hatinya. Sofia tersenyum dengan terpaksa, "Iya, aku paham! Mulai sekarang aku akan mengh

  • Wanita Malam Presdir Kejam   BAB 05

    Bram emosi, dia segera memakai setelan jasnya, "Mau kemana pak?" Tanya sekretarinya yang baru saja datang. "Pulang! Aku serahkan pekerjaanku dulu padamu!" "Tapi pak!" Bram hanya melirik sedikit dan membuat sekretarisnya bergidik ngeri. "Baik pak! Saya akan melakukannya pak Bram bisa pulang!" Bram bergegas kearah parkiran mobil, satu tangannya memegang kunci dan tangan yang lainnya sibuk menelfon Sofia. *** Tiba di apartemen, Bram membuka pintu dengan kesal, "Sofia! Sofi... Kamu dimana?" Dengan tidak sabaran ia mencari kesegala ruangan. Dia juga mendobrak pintu kamar sampai pintu yang tak bersalah itu sedikit rusak, kembali ia mencoba menelfon Sofia tapi panggilannya selalu di abaikan. "Kemana dia pergi?" Saat keadaan yang penuh emosi, Bram lupa jika ada aplikasi pelacak yang ia pasang di ponsel Sofia, barulah ia cepat mengeceknya tapi ternyata dari alat pelacak itu Sofia tampaknya sedang dalam perjalanan kembali ke apartemen. Bram geram, dia mengepalkan kedua tangany

  • Wanita Malam Presdir Kejam   BAB 04.

    Mereka kembali berciuman cukup lama setelah mengunci pintu kamar, Sofia bahkan kesulitan bernafas sampai beberapa kali mencoba mendorong Bram tapi tidak bisa. Bram lalu menggendong Sofia kearah kasur, mereka berdua berbaring bersama, kembali menindih Sofia sambil terus berciuman. Tiba-tiba Bram berhenti, ia menatap nanar ke arah Sofia, dia bingung, "ada apa?" Ia menggeleng, "Tidak apa-apa!" Bram lalu berbaring di samping Sofia, "yakin? Tidak ada masalah kan? Apa da sesuatu di kantormu?" Bram sekali lagi menggeleng, "Lebih baik kita tidur saja sekarang!" Sofia semakin heran, "Tapi kita baru aja selesai makan! Terus ini baru jam berapa sayang! Ini tidak pernah terjadi sebelumnya! Coba deh kamu cerita sama aku! Siapa tau aku bisa bantu!" "Ck... Kenapa kamu malah terus bertanya? Aku bilang tidak apa-apa! Aku capek, aku mau tidur! Lagian kamu tidak akan bisa membantuku!" Bram Kesal dia memutar tubuhnya membelakangi Sofia, "Kalau begitu kamu tidur saja! Aku akan keluar melanjutka

  • Wanita Malam Presdir Kejam   BAB 03.

    Bram penasaran apa yang Sofia lakukan di toko baju itu, sebab ini pertama kalinya Sofia mengatakan hal tersebut padanya. Di tempat yang berbeda, Sofia yang begitu kesal dengan penghinaan yang di tuturkan oleh pegawai toko itu segera mengambil beberapa pakaian yang sangat mahal diantara baju yang yang ada di hadapannya. Sofia memegang erat pakaian yang ada di tangannya, "Mbak mau apa? Itu pakaian mahal mbak!""Kamu bilang ini sangat mahal kan? Dan kamu takut aku merusaknya?"Srekkk!! Srekkk!! Dengan sekuat tenaga Sofia menarik baju itu dengan kedua tangannya sampai robek, Mendengar suara sobekan itu para pegawai toko tersebut menatap Sofia dengan tatapan kaget. "Mbak ini apa-apaan sih? Saya kan sudah bilang jangan sampai bajunya rusak! Mbak harus ganti rugi!!" Pegawai itu berteriak pada Sofia. Ia tersenyum smirk, begitu tenang ia menghadapinya, "Kamu tidak tau apa itu attitude ya? umurmu sepertinya masih muda jadi pantas tidak tau artinya, Lain kali sopan sedikit ya dek! Jangan me

  • Wanita Malam Presdir Kejam   BAB 02

    Pufhh hahah.... Bram sekali lagi menertawakan Sofia yang masih berusaha untuk turun dari ranjang. Ia melirik wajah cemberut Sofia, "Sini, biar aku menggendongmu!" Dengan cepat, tubuh telanjang Sofia di gendong oleh Bram, ia merona ketika Bram berhasil menyingkirkan selimut yang sejak tadi menutupi tubuhnya. "Ahh turunkan aku! Aku bisa jalan sendiri!" Bram pura-pura tak mendengarkan, ia mulai berjalan tanpa menatap tubuh polos Sofia, "Diamlah... Kamu tidak mau melihatku marah kan?" Cekamnya. Sofia langsung takut untuk bicara, dia hanya bisa menutupi bagian dadanya dengan kedua tangan. "Tidak perlu melakukan itu, aku sudah sering melihatnya, kenapa baru sekarang kamu malu?" "Bukannya malu! Aku takut kamu.... " "Shut! Aku tidak akan melakukannya, tapi sambil mandi baru melakukannya!" Sofia melotot. Clik!! Ia mendengar Bram baru saja mengunci kamar mandi. Arhhh.... Sofia berteriak di dalam sana, Luka semalam belum sembuh namun Bram kembali memperdalam luka itu. Rasa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status