Share

Bab 2

Author: Zizizaq
last update Last Updated: 2025-08-25 11:17:24

Dua bulan berlalu, Dania sudah sehat dan kembali bekerja seperti sedia kala, bahkan pekerjaannya kini bertambah, ia tidak seperti pelayan pada umumnya malah lebih seperti seorang asisten pribadi.

Pada suatu pagi Dania menemani Bu Dewi memindahkan bibit bunga mawar dari polibag ke tanah di pekarangan rumah. Bu Dewi memang orang tua yang lincah hanya saja pelupa, ia masih kuat melakukan apapun di usianya yang senja.

Saat sedang sibuk menguruk tanah, tiba-tiba handphone-nya berdering. Nama Nena menari-nari di layar ponselnya, Dania dapat membacanya karena ukuran font yang digunakannya sangat besar. Ternyata Nena mengabarkan kepada ibunya kalau cicitnya akan lahir.

Bu Dewi segera berdiri dan meminta Dania menemaninya, mereka pun masuk rumah untuk bersiap-siap. Bu Dewi sudah selesai, saat melihat penampilan Dania ia salah fokus ke bagian dada Dania yang basah.

"ASI-mu belum berhenti?" tanya Bu Dewi.

"Iya, Bu." Dania menjawab dengan canggung.

"Nggak apa-apa, itu hal biasa nanti juga berhenti dengan sendirinya. Ganti baju dulu sana, jangan pakai yang itu," Bu Dewi takut nanti Dania merasa tidak nyaman saat bertemu dengan keluarga besarnya dalam kondisi dada yang basah.

"Baik, Bu." Dania menurut dan segera berlalu ke kamarnya. Beberapa saat kemudian ia kembali lalu mereka pun berangkat.

Mereka tiba di rumah sakit di mana istri cucu kesayangannya melakukan persalinan. Bu Dewi begitu bangga saat bertemu cucunya yang gagah dan tampan sedang menanti menjadi seorang ayah.

"Ini baru cucuku," puji Bu Dewi.

"Nenek sehat? Kenapa repot-repot ke sini, tunggu saja di rumah nanti Rain yang mengantarkan cicit nenek." ucap Rain sambil mencium tangan Bu Dewi.

"Rasanya tidak tenang kalau tidak datang langsung. Lagipula Nenek masih kuat."

"Ya sudah, ayo duduk. Operasi masih berjalan." Rain memperlakukan neneknya begitu hangat. Tapi tidak menghilangkan karakternya yang tegas dan berwibawa.

'Beruntung sekali keluarga ini' ucap Dania dalam hati. Ia juga kagum pada sosok cucu yang begitu tampan menawan tapi benar-benar hanya di mata saja tidak sampai turun ke hati, mereka tidak selevel.

Sayang sekali, ternyata keberuntungan yang dimaksud Dania tidak berlangsung lama, karena Marina mengalami pendarahan hebat, suasana menjadi sangat tegang.

Tidak berselang lama setelah kabar pendarahan itu, dokter kembali mengumumkan bayi telah lahir dengan sehat tapi ibu bayi tidak berhasil diselamatkan. Antara senang dan sedih menyelimuti keluarga itu. Senang karena akhirnya cucu pertama lahir sedih karena sang ibu pergi untuk selamanya.

***

Beberapa hari telah berlalu, ternyata keadaan belum juga berjalan mulus, si bayi tiba-tiba menolak minum susu formula. Suster yang menjaga, kebingungan karena bayi terus menangis, Nena menceritakan keadaan cucunya kepada Bu Dewi.

Lagi-lagi Bu Dewi mengajak Dania ke rumah utama keluarga Milano, di mana bayi tinggal. Bu Dewi sendiri sengaja memilih tinggal di tepi kota karena suasana lebih sepi dan damai di banding di tengah kota.

Saat mereka sampai, keadaan bayi masih menangis hingga seluruh badannya memerah, semua keluarga berkumpul di sana begitu juga Rain, ia tidak berangkat ke kantor karena khawatir pada bayinya.

Semua orang tampak kusut karena seorang bayi, mungkin karena lelah begadang. Bu Dewi yang baru saja datang inisiatif mengambil bayi dari gendongan Nena. Bayi itu masih menangis.

"Sayang, kenapa tidak mau minum susu?" Bu Dewi mencoba lagi memberikam botol susu kepadanya tapi bayi semakin menangis keras.

"Dia selalu seperti itu kalau dikasih susu, Bu. Padahal sudah berjam-jam dia tidak minum susu, dia terus menolak. Entah ada apa dengan botol susunya, padahal sudah diganti berkali-kali siapa tau ada yang cocok," Nena terdengar putus asa dan kahwatir pada keadaan cucunya. Pantas saja ada banyak botol susu dengan berbagai bentuk di atas tempat perabotan bayi, berbagai merek susu juga ada.

"Pasti ada cara," Bu Dewi menenangkan cicitnya sambil berpikir, ia tiba-tiba teringat Dania yang ia suruh menunggu di ruang tamu.

"Coba kita beri dia ASI saja," Bu Dewi mengutarakan idenya.

"Rain sudah coba menghubungi rumah sakit untuk itu, Nek. Tapi rumah sakit sedang tidak ada stok. Kita perlu berhati-hati juga dalam memilih ASI 'kan, data orang yang memberikan ASI-nya juga harus kita ketahui." Rain ternyata sudah mengusahakan itu.

"Nenek sudah menemukan orangnya, dia sekarang ada di bawah," ucap Bu Dewi dengan yakin. Semua orang melihat ke arahnya dengan wajah tidak percaya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Wanita ketiga Duda Kaya   Bab 52

    Rain menarik diri setelah melakukannya dan suasana menjadi sangat sepi bahkan suara nafas pun tidak terdengar. Rain memainkan jari-jarinya untuk menahan gejolak yang menyerang. Tapi setelah ia berpikir, untuk apa menahannya, Dania adalah istrinya. Ia tiba-tiba menoleh pada Dania dan berkata, "Aku sangat sadar, ucapanku tentang kamu bukan tipeku salah besar, setiap kali kamu berada di dekatku aku selalu tidak bisa menahan diri, Dania. Karena itu..." Rain merasa tidak perlu menjelaskan lebih banyak, ia mendekatkan wajahnya untuk mencium Dania kemudian berhenti sebentar lalu berkata lagi, "Aku mengunci pintu dulu, jangan menjawab jika ada yang memanggil." Rain berdiri menuju pintu lalu menguncinya, setelah itu ia menarik Dania berdiri lalu membawanya ke pangkuan. Dania hanya bisa terbengong-bengong dengan kelakuan Rain tapi ia tidak bisa menolak entah kenapa. Dari lubuk hati yang terdalam malah menyukainya. Dania mengikuti permainan Rain, ia bahkan inisiatif membuka kancing keme

  • Wanita ketiga Duda Kaya   Bab 51

    Rain memotong kue coklat berbentuk persegi panjang itu dengan pisau kue plastik, ia lalu mengambil untuk dirinya sendiri lalu memakannya. "Ini enak," ucapnya. "Juan pernah bilang, aku pasti sudah kenyang memakan kue buatan istriku, faktanya aku bahkan tidak tau kalau istriku bisa membuat kue. Saat itu aku merasa kesal pada diriku sendiri, kenapa aku harus tau dari orang lain, padahal aku tinggal dengannya setiap hari." "Sebenarnya apa yang ingin kamu katakan, Mas?" "Sepertinya ini adalah tempat dan waktu yang tepat untuk membahas bagaimana hubungan kita setelah Erlangga tidak membutuhkanmu," Dania diam, ia merasa takut mendengarnya, tapi ia juga penasaran dan butuh kepastian. "Erlangga mungkin tidak membutuhkanmu, tapi aku butuh," ucap Rain sambil menatap Dania, ia kemudian melanjutkan, "Aku membutuhkan alarm hidupku yang setiap hari mengingatkanku sholat, aku butuh peranmu di pagi hari untuk menyiapkan sarapan untukku, tanpa aku sadari kehadiranmu itu penting di rum

  • Wanita ketiga Duda Kaya   Bab 50

    "Ini buat, Mas." Dania menyerahkan gable box berisi kue pada Rain. "Apa ini?" Rain menerima dengan penasaran. "Hadiah yang aku janjikan waktu itu," "Oh iya, aku kira kamu sudah melupakannya," ucap Rain sambil meletakkan kue itu di atas console box mobil. Tingkahnya begitu canggung. "Terimakasih," lanjutnya, kemudian ia menyalakan mesin mobil lalu melesat pergi meninggalkan halaman toko. "Aku mendengar pembicaraanmu dengan Pak Juan, Mas," ucap Dania tiba-tiba, membuat fokus Rain terpecah. "Aku hanya_" Ucapan Rain menggantung karena Dania memotong dengan tegas, "Karena aku sudah jujur, aku ingin membahasnya, Mas. Aku ingin tau bagaimana hubungan kita setelah Erlangga tidak membutuhkan aku lagi? Aku sudah siap apapun jawabanmu," ucap Dania begitu tegas. Sampai Rain bingung harus menjawab apa, pada akhirnya ia hanya bisa berkata, "Nanti kita bicarakan di waktu dan tempat yang lebih baik." Rain mencengkram setir mobil dengan kuat, ia menyesal telah berbicara sembara

  • Wanita ketiga Duda Kaya   Bab 49

    Hari-hari berlalu begitu saja, semua orang memilih kesibukannya masing-masing, Dania dengan pekerjaannya sebagai baker, Rain dengan perusahaannya, Fahri dengan bisnisnya, Monika dengan dunia permodelannya, Erlangga yang juga terus bertumbuh semakin pintar lucu dan menggemaskan. Sudah satu pekan Dania dan Fahri bekerja di tempat yang sama, Dania seperti menutup diri tapi masih sopan sebagai karyawan, sedang Fahri tampaknya mengerti sehingga ia juga menempatkan diri sebagai atasan, tidak ada interaksi yang akrab, hanya berbicara seperlunya saja. Justru yang mengherankan adalah Rain, ia selalu datang menjemput Dania bahkan sebelum waktunya Dania pulang dengan alasan ingin menghabiskan waktu lebih banyak dengan Juan sebelum Juan meninggalkan kota, padahal masih ada waktu satu bulan lagi. "Hai, Bro." Sapa Juan ketika melihat Rain datang, ia sedang sibuk dengan laptopnya, ia sedang merancang ruangan untuk cafe di toko itu, kebetulan pekarangan masih sangat luas, jadi terbesit ide unt

  • Wanita ketiga Duda Kaya   Bab 48

    Dania menurut saja saat ditarik oleh Rain, ia masih pusing memikirkan semuanya. Ia tidak bisa percaya, ternyata keponakan yang dimaksud Juan adalah Fahri. Berarti pemilik toko roti dan cake itu juga Fahri. Kenapa semua tempat terasa menjadi milik Fahri, sebelumnya mereka bertemu di restoran milik Fahri juga dan sekarang di toko kue. Ia tiba-tiba teringat nama toko kue, apa Mufah itu singkatan dari Muhammad Fahri? "Kamu senang bekerja di tempat itu?" Tanya Rain ketika mereka sudah berada di dalam mobil. "Awalnya aku senang tapi sekarang kurasa tidak lagi, entah kenapa semua orang bisa saling berhubungan," "Dulu Juan teman kuliah kami," ucap Rain. "Kami?" Dania bertanya. "Teman Monika dan Aku," jelas Rain membuat Dania manggut-manggut. "Kamu benar-benar tidak tau kalau toko itu milik Fahri?" Tanya Rain terdengar menyelidik. "Aku tidak tau," jawab Dania dengan mata menerawang. "Dia tau kalau kamu bekerja di sana?" tanya Rain lagi, hanya disambut gelengan oleh Dania.

  • Wanita ketiga Duda Kaya   Bab 47

    Siang akan segera berganti, artinya sebentar lagi Dania pulang, mengingat ia akan dijemput Rain membuat suasana hatinya senang, tapi ketika sadar tentang Monika ia menjadi diam. Di tengah sibuknya mengurus hati, ia kaget melihat Juan dan menjadi penasaran saat Juan tiba-tiba bersemangat dan tersenyum sumringah sambil melepas celemek dan perlengkapan lainnya. "Akhirnya! Sudah lama aku menunggumu, tau nggak?" suara Juan masih terdengar oleh Dania. "Kamu sih, kenapa tidak langsung memberi kabar?" Sambut seorang wanita cantik dan elegan. Dania terdiam mendengar suara itu, ia pergi mengintip untuk memastikan, ternyata memang Monika. Ia menjadi gelisah tanpa sebab. "Tau dari mana aku ada di sini?" tanya Juan. "Dari Rain, dia mengirim pesan padaku sekaligus alamat toko ini. Dania terdiam, rasa gelisahnya hilang begitu mendengar nama Rain disebut oleh Monika. Ia memilih kembali ke dapur dan menutup telinga dari percakapan mereka. "Ternyata memang benar, kalian masih ber

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status