Share

1. Mayvina Larisa.

“Jadi, Bu Indy minta semua dekorasi bunganya di ubah jadi bunga baby breath?” 

“Iya, Bu.” cicit Tara.

Mia menggerutu kasar sambil membanting dokumen di atas meja dengan tangan yang sudah mengepal geram.

“Kenapa nggak bilang saya dari jauh hari! kamu tau kan ini udah hampir hari H Tara!” omel Mia nggak tertahankan.

“S-aya juga baru dapat kabar tadi Bu, kata Bu Indy dia nggak akan nikah kalau dekorasinya nggak pakai bunga baby breath.” ucap Tara dengan suara bergetar takut.

Mia sudah tau jika Tara akan mengucapkan alasan seperti itu. Bukan satu atau dua kali Mia mendengar alasan klasik seperti itu lagi, tapi sudah berkali kali Mia mendengar alasan yang menurut Mia sudah sangat basi di telinganya. 

“Oke. Saya coba cari Florist yang punya bunga itu” kata Mia sudah menurunkan notasi suaranya. “Kalau mereka minta macam macam lagi, bilang ke mereka saya akan minta tambahan biaya dua kali lipat!”

“Baik Bu.”

Setelah kepergian Tara. Mia langsung melihat daftar Vendor yang bekerja sama di dalam komputernya. Sisa dua hari lagi pernikahan Bu Indy akan dilaksanakan dan sisa dua hari lagi Mia harus mendapatkan vendor florist baru untuk bekerja sama dengannya. 

Sebenarnya bukan hal biasa bagi Mia dengan permintaan klien yang tiba tiba seperti ini. Bisa dibilang selama dia merintis usahanya ini dia sering kali mendapatkan permintaan aneh. Mulai dari permintaan yang dikatakan berat sampai yang ringan pun Mia pasti akan selalu mencari cara untuk menuruti keinginan dari para kliennya itu. Tentu dengan batasan yang Mia berikan. 

Motto hidup Mia adalah kesuksesan ada jika dia bersungguh sungguh melewati berbagai rintangan. Dan permintaan para klien adalah sebuah rintangan bagi Mia untuk usaha wedding plenernya ini. 

“Baik, alamatnya sudah saya catat, besok sore saya akan kesana untuk membicarakan kerjasama ini? oke terima kasih sebelumnya.”

And see?

Setelah dua jam bersunggung sungguh mencari vendor baru. Mia akhirnya berhasil mendapatkan vendor florist baru itu dalam waktu dua jam. Memang menjadi seorang wedding planner membuat Mia kadang harus siap rugi. Tapi, dia nggak mempermasalahkan hal itu kalau sebuah kepuasaan klien adalah sumber kebahagiaan untuk saat ini. Bagi Mia sibuk berkerja adalah cara yang ampuh untuk mengalihkan rasa sakit pada hatinya ini. 

“Hotel udah, cincin udah, tinggal gaun dan jasnya.” Mia bergumam sendiri sambil mengecek list daftar pada buku plannernya. 

Fokusnya seketika teralihkan saat merasakan getaran dari ponselnya.

(Shela Call)

“Iya Shel” 

May, gue udah ketemu bahan yang kemarin Lo minta nih, Lo kapan mau ke butik?” sahut Shela dari balik ponsel Mia,

 Shela adalah salah satu teman kampus sekaligus asisten desainer yang sudah lama bekerja dengan Mia. Shela juga sudah menjadi tangan kanan Mia untuk mengurus segala pekerjaannya ini. Bisa dibilang Shela adalah bayangan Mia. 

“Siang ini gue ke sana ya, Lo tunggu aja sekalian kita lunch bareng, oke?” balas Mia setelah melihat arloji di tangannya. 

Setelah mendapatkan respon oke dari Shela, Mia memutus sambungan telepon itu dengan sorot mata yang kembali menatap bukunya. Nafasnya sedikit berat, tak lama Mia langsung memasukan buku kerjanya itu kedalam tas dan bersiap untuk menuju butik miliknya.

Selain menjadi Wedding Planner, Mia juga adalah seorang Desainer. Designer Wedding dress yang cukup terkenal yang kerap kali namanya muncul di majalah sebagai wanita kelas A yang berpengaruh dalam dunia fashion and style.

Sejujurnya Mia nggak pernah berharap jika cita cita itu akan berkembang pesat seperti sekarang ini. Berawal dari merancang gaun untuk klien biasa, kini Mia sudah mampu merancang gaun untuk para artis papan atas. Cita citanya menjadi seorang Desainer benar benar kesampaian, ditambah dengan menjadi direktur pelaksana sebuah wedding organizer membuat Mia sering dijuluki wonder woman papan atas.

______________________

“Siang Shelaaaa!!” 

“Ya ampun kaget gue!” Shele tersentak melihat kedatangan Mia yang sudah cengengesan di depannya. Shela pun langsung mengambil sebuah tote bag yang berisi sebuah bahan yang Mia butuhkan. 

“Nih, Coba Lo liat dulu itu bukan bahan yang Lo Mau.” Shela berikan totagbag tersebut dengan sedikit melemparnya. “Gue udah cari tuh bahan sampai ke ujung mall loh May. Ya kali Lo tega kalo bilang tuh bahan salah lagi.” ujarnya menatap Mia penuh harap  kalau bahan yang dibelinya itu sudahlah benar.

Kalau sampai bossnya itu bilang salah lagi sudah Shela pastikan akan langsung mengambil cutinya selama tiga bulan besok! Jujur saja Shela memang senang bekerja dengan Mia yang super baik dan menawan ini. Terlebih lagi Mia adalah temannya bahkan bisa dibilang sahabat karibnya dari dulu ,tapi semua kata atau julukannya itu nggak akan berlaku lagi jika sudah menyangkut tentang urusan pekerjaan.

Mia, adalah sosok wanita yang sangat telaten apapun yang sedang di jalaninya sudah pasti akan menjadi hal yang serius. Mia akan sangat berubah 180 derajat kalau sudah sangat serius dengan pekerjaan nya ini, dan itulah kenapa Shela kadang merasa takut melihat Mia yang sedang serius, karena Mia akan benar-benar sangatlah berbeda dari Mia yang Shela kenal.

Bisa bisa Shela nggak akan mendapatkan gaji kalau saja Shela nggak bekerja dengan benar saat ini.

“Oke!” sahut Mia.

Shela menghela nafas lega mendengar ucapan itu. Sepertinya Mia tau jika Shela sudah sangatlah bersusah payah untuk mencari bahan yang  menurut Shela sudahlah sangat langkah itu.  Bayangkan saja Mia meminta Shela untuk  mencari sebuah Tulle yang  sesuai dengan produksi seperti abad ke-18! 

She really crazy Right?!

Bagaimana bisa Shela mencari bahan yang seperti abad ke-18 sedangkan Shela saja hidup di abad ke-21 saat ini!

She can get really crazy as you know! bisa menjadi sangat serius nyatanya Mia juga bisa menjadi sangat gila! Satu hal yang membuat Shela takut lagi adalah permintaan Mia yang bisa di bilang nggak biasa! Namun, mari kita lupakan kebiasaan itu.  Yang jelas saat ini satu beban di pikiran Shela  hilang sudah. 

“So, kita jadi lunch bareng ka May?”

“Di Sushi tea mau?”

“Ya mau dong kan bos yang traktir!” ledek Shela mengedipkan satu matanya.

Mia tertawa renyah. “Dasar Lo ya celamitan! Ya udah ayo.”

___________

Di dalam  mobil sebuah lagu berjudul memulai kembali terdengar dari dalam radio mobil Mia. Lagu yang dinyanyikan pleh Monita Tahalea menjadi sebuah candu untuk Mia selama dua tahun ini. Lagu yang Mia setel berkali kali dan berhasil  membuat diri Mia kembali percaya diri.

Ku tunggu kau putus.” Mia bersenandung mengikuti irama reff dari lagu yang sedang didengarnya itu sambil mengetuk jari di stir mobil.

“Udah putus kali bu.” sahut Shela rese.

“Sialan Lo!”

Mereka pun tertawa di tengah menunggu lampu lalu lintas berubah menjadi hijau. 

”Gue denger katanya si Bima mau nikah ya, May.”

“Bima mana tuh?” Mia kembali menjalankan mobil setelah lampu lalu lintas sudah berbuah menjadi hijau. 

Shela menghela nafas panjang. “Bima, May. Abimanyu Mahesa ketua BEM yang dulu jadi pujaan cewek cewek  kampus.”

alis Mia semakin mengerut berusaha mengingat.“Bima? Bima? Bima ... ?”

Cittttt!

Mobil yang dikendarai Mia tiba- tiba berhenti sampai membuat tubuh Shela terhuyung ke depan dashboard mobil.  Matanya kini pun membesar menatap Shela tak percaya.

“Maksud Lo Bima yang dulu naksir gue itu!”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status