“Rena?” Azka menatap terkejut dengan keberadaan Rena bersama dengan Dona.
“Sini biar Dona sama aku.” Endi menggendong Dona yang tadi dibawa Rena dengan kesulitan karena harus memeganginya.
Azka masih memandang Rena tidak percaya, bukankah seharusnya wanita ini berada di kantor untuk lembur, seketika Azka membeku saat mengingat apa yang tadi mereka berdua bicarakan. Bukankah tadi Dona baik-baik saja tidak mungkin dalam beberapa menit mabuk tidak menentu, pertemuan dengan Irwan membuat dia menjadi seperti itu, bukan itu sekarang yang ada dalam benak Azka tapi keberadaan Rena.
“Pas aku sampai sana Dona sudah seperti itu dan langsung mengajak pulang,” ucap Rena membuka suaranya.
Tanpa sepengetahuan Azka menghembuskan nafas lega, hanya saja ketakutan masih menghantuinya. Takut Dona mengeluarkan kata-kata makian untuk Josh, tapi melihat ekspresi Rena tampaknya itu tidak terjadi, Rena memilih duduk di tempat Endi berada tadi m
“Gue baru dapat kabar ini kalau Rena akan kerja di pusat.” Fabian menutup pintu dan langsung membicarakan tentang Rena.Azka memilih diam tidak tahu harus menanggapi apa perkataan Fabian, mengantarkan Rena pulang kemarin memberikan dampak secara langsung dan besar. Mutasi dalam waktu singkat tanpa pemberitahuan sebelumnya, sangat khas dari perusahaan kakeknya tapi biasanya hal ini dilakukan sama orang yang memang layak dan juga anggota keluarga baru.“Kenapa tiba-tiba?” Azka hanya mengangkat bahu saat Fabian duduk disampingnya “Kemarin nggak ada pembicaraan tentang Rena dan sekarang langsung boom.”“Terus orang-orang di ruangannya gimana?” tanya Azka santai.“Kaget, bahkan David beberapa kali ke ruangan hanya untuk memaki-maki yang untungnya langsung di dengar sama kakak lo itu.” Azka mengalihkan pandangan kearah Fabian penasaran “Memang disini cuman Rena yang bisa mengerjakan? Kalau Rena n
Azka menatap tajam dan penuh selidik atas apa yang Wulan katakan, tidak semua tahu mengenai kisah cintanya terutama dengan Josh. Keluarganya yang dikira tidak tahu ternyata tahu, berarti selama ini dirinya tidak benar-benar pintar dalam menjaga rahasia ini, tapi kedua sahabatnya Brian dan Fabian tidak tahu sama sekali, lantas siapa yang bodoh dan pintar dalam kondisi seperti ini. Menghentikan pemikiran tidak berguna dengan menatap Wulan kembali melakukan gerakan tari, membuat Azka menatap kearahnya yang mengulang gerakan semula.“Kenapa bapak melihat saya seperti itu?” tanya Wulan yang menghentikan gerakan dengan melangkah kearah Azka “Apa berubah pikiran?”“Siapa kamu sebenarnya sampai tahu mengenai masalah pribadi?” Azka membuka suara dengan menatap penuh selidik.Wulan tersenyum kecil “Wulan salah satu guru tari disini, lebih enaknya yang membuat tarian untuk penyanyi yang akan mengeluarkan lagu. Tadi adalah gerakan d
Pesan dari Wulan dibacanya berkali-kali, bahkan salah satu dalam diri Azka ingin tahu mengenai wanita satu ini. Ciuman mereka di ruangan tadi masih membekas dalam ingatan Azka, ciuman yang berbeda saat dirinya berciuman dengan Rena atau Josh. Azka mencoba mencari tahu siapa sebenarnya Wulan setelah keluar dari ruangan, data yang di dapat adalah pekerja mereka yang bertanggung jawab atas koreografer.“Kusut amat nggak ketemu sama Rena sehari aja.” Brian memberikan tatapan menggoda membuat Azka memutar bola matanya malas.“Gue pergi dulu.” Azka beranjak dari tempatnya sambil membereskan barang-barangnya.Azka sama sekali tidak bisa berpikir dengan jernih atas semua yang terjadi, keputusan ayahnya yang membawa Rena ke pusat lalu kenyataan mengenai Josh, ditambah pertemuannya dengan Wulan tadi yang membuat dirinya semakin pusing. Membelalakkan matanya saat melihat Wulan berada di tempat parkir, semesta benar-benar sedang mempermainkan dirinya
Menatap Wulan yang masih tidur disampingnya, sesekali mata Azka melihat design tempat tinggal Wulan yang menurutnya sangat sederhana. Pertemuan pertama beberapa jam yang lalu membuat dirinya masuk dalam pesonanya dengan mudah, bahkan Azka yang mengambil harta berharganya dan melupakan Rena. Menatap jendela yang ada di ruangan sebagai tanda bahwa hari sudah benar-benar malam, melepaskan diri dari Rena untuk membersihkan diri dan menggunakan pakaian kembali ke tempat tinggalnya.“Mau kemana?” suara Wulan menghentikan langkah Azka yang akan membuka pintu “Balik apartemen?” Azka mengangguk “Ok, hati-hati.”“Aku pesankan makanan, mungkin sebentar lagi datang.” Azka hanya berkata itu tidak ada pembahasan lainnya “Ketemu di kantor.”Meninggalkan Wulan seorang diri di tempat tinggalnya dengan Azka yang berjalan menuju tempat parkir, tujuan Azka saat ini adalah rumah orang tua bundanya yang memiliki banyak penga
Mencoba tidak peduli dengan kejadian bersama Wulan semalam dan menganggap sebagai kesalahan seperti pemuda seusianya. Azka mencoba fokus dengan lagu yang ada dihadapannya dan akan digunakan oleh penyanyi baru, lagu ballad yang sangat cocok untuk salah satu penyanyi solo andalan mereka.“Apa nggak lebih baik dibuat duet?” usul Brian setelah mendengarkan musik dan liriknya.“Nanti dibicarakan sama penyanyinya.” Azka menjawab santai “Fabian nggak kasih kita tugas mengerjakan lagu ketiga cewek itu?”“Belum ada, tapi aku ada beberapa yang mau aku minta mereka dengar.” Brian menjawab sambil memutarkan musiknya.Azka mendengarkan musik yang Brian buat, matanya terpejam membayangkan mereka bernyanyi. Azka pernah mendengar suara mereka setelah pertemuan mereka ditambah melihat melalui video, sedikitnya sudah bisa membayangkan bagaimana mereka bernyanyi.“Lagu ini membutuhkan skill vokal yang bagus.&rdquo
Menatap cincin yang ada dihadapannya saat ini dengan berbagai perasaan, setelah menurunkan Rena dan berpamitan pada orang tuanya Azka langsung mengarahkan mobilnya ke apartemen yang menjadi saksi perbuatannya kemarin. Perasaan Azka menjadi tidak tentu dan pastinya saat ini dirinya benar-benar gila, memilih meninggalkan apartemen milik Wulan menuju apartemennya untuk menenangkan diri dan menyembunyikan kotak cincin disalah satu sakunya.Melangkah menuju tempat tinggalnya dengan berbagai perasaannya yang tidak menentu, tidak mengetahui jenis perasaan apa yang dialaminya saat ini. Azka melangkah semakin dekat dengan apartemennya sampai akhirnya langkah Azka terhenti ketika membuka pintu mendengar suara Josh dengan bundanya.“Kamu sudah datang?” Azka tersenyum menatap Via yang sedang memasukkan makanan pada tempatnya “Josh bilang kamu semakin malas makan, benar?”Azka menatap Josh malas dan hanya bisa menggelengkan kepalanya “Makanku te
Azka memandang malas pada Billy saat bertanya seperti itu, memilih tidak menjawab dengan masuk kedalam kamarnya. Azka memang tidak terlalu dekat dengan Billy dibandingkan Endi, bagi Azka dimana Billy hanya orang yang tidak punya otak sampai membuat keluarga besarnya susah termasuk Zee.“Ahh...pergi aja lah terlalu lelah disini.”Azka berjalan meninggalkan rumah tanpa berpamitan pada orang rumah sama sekali, memilih untuk ke agencynya dengan berada dalam ruangannya tanpa adanya gangguan sama sekali. Langkah Azka terhenti di tempat pertemuannya dengan Wulan pertama kali, mencoba membuka pintunya dan keadaan pertama yang diterimanya adalah gelap.Azka menggelengkan kepalanya yang berharap Wulan berada di ruangan ini, memilih menutup pintu dan kali ini langkah Azka menuju tempat dimana lantainya berada. Lantai yang hanya ditempati oleh dirinya membuat Azka bisa berlama-lama tanpa gangguan, beberapa orang masih berada di tempatnya untuk mempersiapkan perf
Gila, satu kata itu yang mewakili diri Azka saat ini. Tindakan tiba-tiba darinya dengan melamar Wulan disaat tanpa busana dan akan menikahinya terlebih dahulu dibandingkan Rena. Azka tidak tahu siapa yang dicintainya saat ini, dalam pikiran Azka adalah siapa yang bisa memuaskan hasratnya. Bermain dengan sesama jenis dan orang yang sama membuat Azka tidak tahu rasanya melakukan dengan lainnya, tapi saat bertemu dengan Rena jantungnya berdetak kencang membuat Azka ingin menikahinya saat itu juga, sedangkan Wulan sendiri mereka memulai dengan cara tidak tepat tapi mampu membuat pikiran Azka berantakan.“Kamu nggak tidur?” tanya Wulan dengan suara khasnya “Jam berapa sekarang?”“Kamu ada kegiatan pagi ini?” Azka bertanya dengan membelai rambut Wulan yang dijawab dengan gelengan kepala “Ganti baju yang rapi.”Wulan mengerutkan keningnya “Kemana?”“KUA untuk menikah.”Wulan membelala