Part ini gak ada darah tinggi awowkk...
Semoga suka...Dan jangan lupa vote sama komentarnya...Ailee tersenyum pada Zuco yang sudah menunggunya di depan kelas untuk pulang bersama. Setelah guru yang mengajar di kelasnya keluar, Ailee serta para siswa dan siswi lainnya pun menyusul pergi.
Zuco mengusap rambut Ailee saat gadis itu berdiri di hadapannya dengan tersenyum manis. Membuat Zuco semakin gemas saja
"Pulang?" Ailee menganggukkan kepalanya.
"Aku gak sabar ketemu Ibu dan ceritain sekolah baru ini," ucap Ailee.
Zuco mengangguk pelan, kemudian ia genggam lengan Ailee dan menuntunnya pergi menuju tempat parkir.
"Sekolah ini luas banget, banyak gedungnya." Ucap Ailee dengan mata yang terus memandangi sekitarnya. "Zuco, yang di sana itu gedung apa?" Ailee menunjuk sebuah gedung yang hanya terlihat atapnya saja karena terhalang bangunan kelas
Hari ini sangatlah menyebalkan. Ailee baru saja sampai di kelas, beberapa saat kemudian mantan dari kekasihnya menyusul masuk dengan dua orang sahabatnya. Ailee kira Kinara akan berhenti setelah kejadian kemarin, karena wanita itu tidak mengganggunya. Ternyata Kinara mencari sekutu terlebih dahulu. Ck. Sial."Heh!" Tegur Kinara. Ailee yang sudah duduk manis di bangkunya, kembali berdiri."Lo masih belum jauhin Zuco?"Ailee menatap Kakak kelasnya itu dengan malas. "Kenapa? Dia pacar gue, Kak. Gue masih sopan loh ini,""Kalau gue bilang jauhin, ya jauhin." Tekan Kinara.Ailee memberikan tatapan datarnya. "Gue bilang gak mau, ya gak mau. Paham?"Kinara terlihat menggeram tertahan. Kedua tangannya sudah mengepal kuat. Sedangkan dua temannya kini berdiri di kedua sisi Ailee."Berani lo nolak perintah gue? Hm?" Tekannya."Gue masih diem, kare
Halo!!Semoga suka:*Jangan lupa vote dan comment!Share juga yah!Ailee masih belum mau berbicara pada Zuco, menatap matanya pun ia tak mau. Mereka kini sedang duduk di bangku taman sekolah, bel pulang sudah berbunyi 15 menit yang lalu. Tapi Zuco hanya diam menemani Ailee tanpa mengatakan sepatah katapun. Zuco hanya menatap Ailee dengan terus menggenggam lengannya.Sampai akhirnya Ailee mendengus kesal. "Kamu kalau gak ada yang mau diomongin mending pulang." Ucapnya."Katanya kamu sebel denger suara aku. Ya aku gak mau kalau kamu tambah marah," sahut Zuco dengan polosnya.What?!Ailee menatap Zuco dengan tatapan tak percaya. Ia sangat takjub mendengar alasan yang baru saja Zuco lontarkan."Au ah!" Kesal Ailee."Yaang, aku udah jujur sama kamu. Aku minta maaf, aku gak bilang tentang beasiswa itu."
Semoga suka.Maaf kalau ngebosenin:*Stay tune ya kesayangan Didit huhu... Zuco duduk bersila di atas tempat tidur, begitupun dengan Ailee. Mereka saling berhadapan. Sesuai dengan apa yang Ailee minta, setelah makan siang, Zuco akan berbagi cerita dengan dirinya. Sedangkan Kenan, ia diharuskan kembali menuju kantor atas permintaan Jhonatan."Okay, karena aku bingung. Jadi, kamu tanya aku aja," ucap Zuco.Ailee mengangguk setuju. Itu pun akan menghemat waktu."Siapa temen terdekat kamu?" Tanya Ailee."Kak Kenan, Papah dan kamu." Jawab Zuco dengan senyuman."Yang lainnya?"Zuco mengangkat bahu tak tahu bahkan tak peduli. "TK, SD sampai SMP sih masih ada, tapi pertengahan SMA, aku mulai paham kalau gak ada orang yang beneran temenan sama aku." Ucapnya."Contohnya?" Tanya Ailee.Zuco terlihat b
Semoga suka...Jangan lupa vomment.Selepas mengantar Angga pulang ke rumah dengan selamat, kini Zuco terlihat duduk di ruang tamu kediaman Ailee sembari menggigit bibir bawahnya untuk menghilangkan rasa gugup. Ia terus melirik jam tangan mewahnya dan sesekali tersenyum canggung pada kekasihnya."Kamu kenapa, sakit?" Heran Ailee.Zuco menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Ibu kamu kok belum pulang juga?"Ailee mengangguk paham. Ia kira Zuco tidak akan pernah merasakan gugup akan sesuatu, ternyata ia bisa gugup hanya untuk bertemu dengan Ibunya untuk pertama kali. Namun sebelumnya Zuco beberapa kali berbincang, tetapi hanya lewat telpon saja.Ceklek."Nah itu, Ibu." Ucap Ailee. Zuco langsung berdiri dari duduknya dan memasang senyuman ramah sesempurna mungkin.Ibu Ailee yang baru saja kembali dari warung terlihat menatap Zuco untu
Ailee PoV.Untuk kesekian kalinya aku melirik jam di ponsel, sekaligus menunggu notifikasi dari seseorang yang bisa-bisanya sangat menyebalkan. Siapa lagi jika bukan Zuco. Dia bilang tidak percaya dengan apa yang temannya katakan, dia bilang tidak marah, tapi sejak sore ia tidak mengirimiku satu pesan pun. Menyebalkan. Dan aku malah menunggunya. Bodoh.Setelah cukup lama menimang ponsel, aku pun memutuskan untuk mengiriminya pesan lebih dulu. Tidak masalah dengan ego, yang penting aku tenang.To: Tirex Sawah?Kamu lagi latihan?Kalo udah mau ngabarin, kabarin aku.Read.From: Tirex Sawah?Udh slesai.Aku mau pergi ke cafe bareng yg lain,To: Tirex SawahOk, have fun.
Hayo, baca lagi gak? Ada yang ditambahin awowkk....Jangan lupa Vomment...Rooftop sekolah, saat ini Zuco sedang bersandar pada bahu Ailee di sebuah sofa di atas gedung sekolah mewah mereka. Dengan tangan yang saling bertautan, senyuman Zuco tak pernah luntur seraya mengecup lengan Ailee yang bertautan dengan dirinya."Sayang, Ailee sayang Zuco?" Ucap Zuco bertanya."Sayang," jawab Ailee."Ailee cinta sama Zuco?"Ailee terlihat memejamkan mata kemudian mengangguk sebagai jawaban. "I love you," jawabnya.Zuco langsung beralih memeluk Ailee dengan gemas. "I Love you too. Walaupun cinta kamu belum sebanyak aku, tapi aku seneng dengernya."Ailee tersenyum miris. Mudah sekali Zuco mengatakan hal yang membuat Ailee merasa tidak enak kepadanya, dasar."Zuco, sebenarnya semalam kamu kenapa?" Tanya Ailee yang masi
Hai...Semoga suka?Jangan lupa vomment uhuk...Langkah Zuco membeku, menatap sang Ayah yang tertunduk menyembunyikan tangisan. Kemudian Kenan yang menatap lantai dengan tatapan kosong dan sebuah luka baru pada tulang pipinya. Dan Nela, Ibu Kenan yang Zuco panggil Tante, wanita itu terlihat menangis tersedu-sedu, isakannya membuat Zuco teringat sang Ibunda yang selalu menangis jika ia menyakiti dirinya sendiri.Zuco menelan ludahnya dengan susah payah dan melanjutkan langkah untuk menaiki anak tangga."Zuco..." Panggil Jhonatan.Langkah Zuco kembali terhenti tepat di belakang sofa yang Ayahnya duduki."Hm?""Duduk, ada hal yang har--""Aku udah tahu." Potong Zuco.Nela berdiri, "Zuco, kemari."Dengan perlahan, Zuco membalik badan dan menghampiri mantan istri Ayahnya itu.Zu
Semoga suka...Jangan lupa vote dan comment...Hari yang dinantikan Zuco, hari dimana ia seharusnya menjadi pusat perhatian, berdiri dengan penuh semangat ditengah lapangan, kini hari itu tinggallah hari. Ia tidak bisa menunjukkan, membuktikan permainannya lapangan basket. Ini semua karena ulahnya sendiri, yang tanpa pikir panjang melukai salah satu indera perabanya.Dengan nafas yang naik turun menahan amarah, Zuco terduduk dengan wajah tertunduk di bawah tempat tidurnya. Sang Ayah terlihat berada di sana, berdiri di hadapannya."Pah, masih ada setengah jam lagi. Aku harus berangkat ke sekolah, mereka pasti udah nunggu aku." Ucap Zuco yang masih belum menyerah atas keinginannya untuk bertanding.Jhonatan menggelengkan kepala untuk kesekian kalinya."Luka kamu belum sembuh, kali ini tolong nurut sama Papah."Zuco mendengus kesal dengan tangan yang meng