Semua Bab MISTERI RUMAH KONTRAKAN: Bab 1 - Bab 10
21 Bab
Kisah Pelayan Sulati
        "Mbak, sudah tidur belum?" suara Nyonya Sandra dari atas tangga memanggil Sulati.          "Belum, Nya!" jawabnya sambil membuka pintu kamar, matanya melirik jam dinding di ruang keluarga menunjukkan pukul 22.35 WIB.        "Naiklah temani saya dulu!" perintahnya. Sang nyonya memang sedang tidur sendiri. Tuan tengah pergi berlayar,  biasanya pulang dalam satu bulan hanya satu kali,  tapi akan di rumah selama seminggu.            Malam ini hujan rintik-rintik, udara di dalam rumah yang sejak awal menempati terasa dingin, makin menjadi-jadi. Gadis muda dengan tahi lalat di bawah kelopak mata sebelah kanan itu merapatkan jaket yang dibelikan nyonya setahun yang lalu sebelum tinggal di sini. Kedua kakinya melangkah menaikki tangga.       Menapaki undakan ke empat, Ia merasakan hembusan angin di sekitarnya se
Baca selengkapnya
Memeriksa Ruang
        "Bertanya apa, Nya?" tanya Sulati yang memperhatikan wajah majikannya dengan cermat.        "Semalam setengah sadar aku mendengar suara bedebum di bawah, Apakah kau terjatuh?" tanya Nyonya Sandra menyelidik.  
Baca selengkapnya
Makhluk Dibalik Pintu
        Suara nyaring ketukkan pintu membuat Nyonya Sandra bangkit dari duduknya,  ia tidak tega membangunkan Sulati.         Ia tidak tahu jiwa Sulati masih bisa melihat dan mendengar suara. Namun seperti malam sebelumnya,  raga yang ia miliki tidak mampu digerakkan. Pelayan itu mendengar ketukkan pintu,  ingin mencegah majikannya membuka,  tapi semua seperti lumpuh.        "Siapa?" tanya Nyonya Sandra memecah keheningan malam,  karena suara TV dikecilkan hingga 0.       Tidak ada jawaban.       Wanita anggun  dengan tubuh semampai itu menyibak hordeng ruang tamu untuk memastikan pemilik tangan yang mengetuk pintu.          "Tidak ada siapa-siapa, apa aku salah dengar," ucapnya lirih. Ia membalikkan tubuh beranjak dari belakang pintu.       &n
Baca selengkapnya
Resep Pengusir Setan
      "Dulu sekitar 3 tahun yang lalu, terakhir ditinggali oleh seorang Kyai, namanya Kyai Sholeh,  Neng," jawab Pak tua.     "Mereka pemilik rumah ini, bukan?"     "Bukan,  cuma ngontrak juga."     "Apakah mereka diganggu sesuatu saat tinggal di sini, Pak?"       "Neng diganggu, ya?"       "Ya,  Pak. Semalam malah sesosok makhluk hitam berani menampakkan dirinya," ujarnya setengah berbisik.       "Hiii...!" respon Pak tua.      "Cepet-cepet pergi aja, Neng. Cari aman," saran pemungut sampah itu.        "Keluarga Kyai itu bertahan lama gak,  Pak?" tanya Sulati.        "Sekitar 6 bulan kayaknya, Neng. Bayi mereka meninggal. Terus pindah,  selebihnya saya gak tau," jelasnya.    
Baca selengkapnya
Kedatangan Tuan Dewangga
      Begitu sampai di rumah, Sulati menaruh sepedanya di teras, kemudian mengunci pagar.       Ia masuk ke dalam rumah dan langsung naik ke lantai atas. Nyonya Sandra sedang memegang sapu tangan basah yang diletakkan pada keningnya,  sementara tangan kirinya memegang ponsel.       "Baru pulang,  Mbak?" tanyanya sambil menoleh ke pintu melihat Sulati datang.       "Iya, Nya. Ini paracetamolnya." Pelayan itu meletakkan paracetamol di atas meja kecil yang berada di samping ranjang.      "Bawa buku apa itu, Mbak?" tanya Nyonya lagi.      "Diktat shalat sama Juz Amma, Nya!" Mendengar jawabannya,  Nyonya Sandra tersenyum meledek.     "Mau tobat, Mbak?"     "Iya,  Nya. Takut keburu mati diterkam makhluk hitam," jawab Sulati asal-asalan.      Jawaban p
Baca selengkapnya
Makhluk dan Tuan Dewangga
        Setelah mengunci kamar Nyonya Sandra,  Sulati kembali menuruni tangga. Bersiap di belakang pintu sambil memejamkan mata mengigit bibirnya kuat-kuat membaca sebisa yang ia ingat di dalam hati.        "Makhluk itu mungkin tidak bisa masuk dengan tubuh aslinya tapi entah jika  memanfaatkan raga Tuan Dewangga. Tuhanku beri aku jalan keluar, selamatkan kami." Sulati terus memohon, hingga ketukkan pintu berubah menjadi gedoran kasar.        "Bagaimana jika ia mendobrak pintu ini?"        Baru saja ia berpikir seperti itu, tiba-tiba suara gebrakkan terdengar. Pintu terkuak dengan paksa, Tuan Dewangga memandang beringas menatap Sulati dengan mata merah membara.         Sulati mundur beberapa langkah lidahnya mulai reflek mengucap kalimat tauhid matanya menatap tajam mata yang merah itu.  Lelaki yang kerasukkan jin it
Baca selengkapnya
Kisah Keluarga Kyai Sholeh
Tiga tahun yang lalu.       Tok! Tok! Tok!       Penghuni Kontrakkan yang baru datang dua hari yang lalu itu saling pandang.      Mereka duduk di ruang keluarga sambil menonton televisi.       "Le*, tolong dibuka pintunya!" perintah Kyai Sholeh pada Umar, putranya yang baru berumur 18 tahun.        "Nggeh,  Abi," jawab Umar.        Remaja yang baru pulang dari pesantren itu berdiri menuju ruang tamu untuk membukakan pintu.          Ia membuka hordeng jendela kaca ruang tamu, tapi tidak terlihat siapapun di sana.       "Abi,  tidak ada siapa-siapa di luar!" teriak Umar sedikit keras,  agar yang di ruang keluarga terdengar.      "Ya,  sudah kalau begitu. Tidak usah dibuka!" jawab Abinya. &
Baca selengkapnya
Tempat Persemayaman Dia
      Satu bulan telah lewat tanpa ada gangguan dari makhluk jelaga. Meskipun begitu keluarga Kyai Sholeh masih senatiasa rutin membaca Al Qur'an. Hingga suatu hari yang dinanti sang mkhluk tiba.     Jam 05.00 setelah subuh.       "Abi, perut Umi sakit!" Umi memegangi perutnya, sambil meringis menahan rasa mulas yang datang dan pergi dalam waktu berdekatan.       Abi menghentikan bacaan Al-Qur'an kala mendengar rintihan istrinya.     "Mungkin sudah waktunya melahirkan," pikir Abi. Ia bergegas menghampiri istrinya.      "Abi antar ke bidan sekarang ya? Tunggu di sini," kata Kyai Sholeh. Ketika hendak berdiri, istrinya menahan tangan kanannya, wajahnya meringis menahan rasa sakit luar biasa.      "Abi,  bolehkan Umi tinggal sementara 3 bulan pasca melahirkan di rumah orang tua Umi?" mohonnya. Abi tidak ja
Baca selengkapnya
Bayi yang Malang
      "Nduk, coba susui anakmu ini dari tadi menangis saja. Entah ada apa?" minta Emak pada anak perempuannya.         Umi mengambil bayinya yang tengah menagis dari gendongan Emakn dan mulai menyusui. Namun ketika bayi mulai merasa nyaman dan mengantuk, ia tersentak.       "Oeee ... oee ... oeee ...!" tangisan histeris bayi kembali menggema. Umi bingung dengan anaknya. Ia periksa popok, basah langsung dia ganti. Namun tangisannya tidak kunjung berhenti.        "Assalamu'alaikum!" suara Abi dan Umar pulang dari masjid.       "Wa'alaikum salam wr. wb!" jawab Emak dan Umi serempak.       "Anak Abi kenapa menangis?" Abi mendekati anaknya sambil mencolek pipinya.       "Iya,  Bi. Entah kenapa setiap akan memejamkan mata selalu terkejut lalu histeris," jawab Umi.    
Baca selengkapnya
Paguyuban Kencono Alam
     Lima belas tahun yang lalu di rumah itu.        Malam itu Ki Lurah Agung Jayengrana pulang larut,  Larasati terbangun  mendengar ketukan pintu. Wanita dengan pakaian adat jawa itu membenahi  sanggulnya dan merapikan kebaya krem yang ia pakai lalu membukakan pintu untuknya. Namun Ia terdiam mematung saat berhadapan dengan sang tulang punggung keluarga. Ternyata ada gadis sinden di samping suaminya.       Anak perempuan bernama Kirana yang masih berusia 5 tahun ikut terjaga manakala sang Ibu tidak di sampingnya. Ia segera berlari ke samping Larasati.          "Ibu mengapa Bapak membawa Mbak Sinden ke rumah?" tanya Kirana lirih  tangannya menggenggam lengan Larasati. Ibunya hanya mengelus kepalanya sekali.        "Apa maksud Kang Mas, membawa gadis ini kemari?" tanya Larasati menyembunyikan luka yang men
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123
DMCA.com Protection Status