All Chapters of YOU: Chapter 21 - Chapter 30
74 Chapters
Missing You
 Keheningan membentang seisi ruangan itu. Sean mendudukkan diri di sebuah kursi yang berada tepat di samping kepala ranjang Kesya. Lagi, sungai kecil hangat membasahi kedua pipinya. Sambil terisak, Sean membawa matanya menelusuri seluruh tubuh Kesya, tangannya terulur mengusap lembut bekas luka di wajah Kesya."Apa disana begitu menyenangkan? Kenapa kau masih saja menutup matamu? Apa kau tidak merindukanku Kesya? sedangkan aku, tidak sedetik pun aku melewatkan waktu tanpa merindukanmu. Lihatlah, aku sedang menangis, dan aku membutuhkan bahu mu untuk bersandar, aku juga tidak punya tisu untuk mengusap air mataku Kesya. Aku sangat merindukanmu, rasanya satu detik terasa berat tanpa senyum mu. Seperti inikah caramu menghukum ku? sakit sekali, benar-benar sakit. Aku tidak tahu harus berbuat apa, impian yang sudah aku bangun hancur dalam sekejap. Teganya kau membiarkan ku berjuang melawan sepi seorang diri. Kembalilah, aku tidak sekuat itu untuk menahan sakit
Read more
Seven Days Without You
"Selamat pagi sayang."Sapaan lembut mengalun indah mengusik jiwa yang masih tertidur dalam kedamaian. Matahari mulai menampakkan diri tersenyum cerah, sekali lagi memberi harap pada setiap orang. Begitupun halnya dengan seorang lelaki tampan, yang tak pernah berhenti berharap. Selama matahari tetap bersinar selama itu pula dia terbelenggu dalam sebuah penantian yang tak pasti."Kau tahu, ini hari ke 7 kau tak disampingku. Bagaimana ini, aku masih juga belum terbiasa tanpamu, pagiku terasa kosong dan hampa. Aku kesepian namun, tak ada yang lebih melegakan bagiku ketika melihatmu tetap bernyawa. Aku masih bisa bertahan dengan kesepian ini, tapi tidak jika kau meninggalkanku. Kau harus tetap bertahan dan membayar semua rasa kesepian ku, itu hukuman bagimu. Kau mengerti? Jangan tinggalkan aku Kesya."Tiada hari tanpa untaian kata-kata lembut yang terlontar dari Sean, meski harus berperang dengan siksaan batin, sekuat tenaga Sean menahan air mata agar ti
Read more
The Last Tears
Waktu hampir bergeser di angka 12 ketika Sean berlari dengan lutut gemetar di lorong rumah sakit. Keringat dingin yang mengucur deras sebagai pertanda betapa kencang detak jantungnya saat ini. Bulir-bulir air mata menetes kembali mengiringi langkah Sean yang entah kenapa terasa begitu lama. Tidak tahu harus berbuat apa ditengah kebingungan, Sean hanya bisa berlari, berlari secepat mungkin hingga kakinya berhenti di depan ruangan yang sudah dipenuhi lautan manusia.Sean menelan ludah yang terasa pahit, matanya memandang ke arah Dastan yang terduduk lemah di kursi panjang, lalu berganti kearah kerumunan yang sudah berbisik lirih penuh ironi. Dengan langkah perlahan, Sean mendekati Dastan."Apa.... aku melewatkan sesuatu?" Sean bertanya dengan ekspresi penuh kesedihan."Sean...? Kenapa kau ada disini?" Dastan malah balik bertanya. Ekspresi wajahnya yang terkejut tak bisa disembunyikan."Apa aku melewatkan sesuatu... Dastan?" Sean mengulang ka
Read more
Unforgettable Moment
"Ah....... brengsek!!! Kesya, Kesya, Kesya, Kesya, selalu Kesya." bunyi nada nyaring dari benda-benda yang beradu dengan lantai, begitu memekakan pendengaran. Dada Sheila naik turun karena emosi yang memuncak. "Wanita murahan itu sudah terlalu jauh menelusup kedalam hidup Sean. Aku tidak terima ini, aku tidak terima! Aku akan menghancurkan mu wanita murahan, jangan pernah bermimpi untuk menikmati indahnya hidup bersama Sean. Selama aku masih bernapas selama itu juga aku akan menjadi bayang-bayang kehancuran mu. Lihat saja, siapa diantara kita bertiga yang akan tersingkir, aku, kau, atau Sean. Jika Sean tidak bisa menjadi milikku, maka siapapun tidak bisa memilikinya, termasuk Kesya. Kisah ini belum berakhir dan aku akan menyingkirkan siapapun yang menghalangi langkahku untuk menjadi pemeran utama, karena Sheila tidak pantas menjadi seorang figuran."Suara geraman beriring tawa mengerikan mengisi sebuah ruangan yang membisu dalam keheningan. Seperti predator yang siap mema
Read more
Stay By My Side
Tidak ada yang berani mengganggu suasana haru yang tercipta di ruangan itu, yang terdengar hanyalah suara tangis Kesya yang terbenam dalam pelukan Sean. Lengan kuat Sean mendekat erat seperti tidak ingin melepaskan walau sedetik pun. Mereka berdua tenggelam dalam dalam dunia mereka sendiri tanpa perduli keadaan sekitarnya. Sean berbisik lembut berusaha menenangkan Kesya dari derai tangis yang tak kunjung berurai."Sudah Kesya, aku ada disini, jangan menangis lagi." hiburnya pelan layaknya menghibur anak kecil yang menangis ketika permintaannya tidak dipenuhi.Ketika Sean berusaha untuk menciptakan jarak Kesya semakin merapatkan diri berusaha memeluknya kembali. Sean tidak bisa untuk tidak tersenyum, perasaannya sungguh lega ketika menyadari bahwa ini bukanlah mimpi. Hartanya yang paling berharga sudah kembali, kembali di sisinya."Sayang, aku akan sangat marah jika kau tidak berhenti menangis. Aku sudah pernah bilang bukan? Air matamu begitu menyakitkan. J
Read more
Unexpected Moment
"Bagaimana hasil penyelidikan mu." belum juga Ben menarik nafas Charles langsung menodongnya dengan pertanyaan menuntut."Dari hasil penyelidikan saya tuan, kecelakaan nona Kesya bukanlah murni melainkan sudah direncanakan terlebih dulu." Ben berujar pelan mengamati lekat reaksi yang akan diberikan Charles.Charles mengangkat sebelah alisnya. "Aku tidak bodoh Ben, tanpa perlu kau jelaskan, aku sudah tahu kecelakaan itu sudah direncanakan. Kau tentu tidak lupa bukan? Ada banyak CCTV Kingston disana. Aku ingin lebih dari sekedar informasi murahan ini." geramnya kemudian."Maaf... maafkan saya tuan namun, sampai sekarang saya masih meraba terkait masalah kecelakaan itu. Terlalu sulit untuk menemukan titik terangnya." Ben menelan ludah gugup, raut wajah santai Charles benar-benar menakutkan. Dia seperti sungai yang tenang namun berpotensi untuk menghanyutkan."Benarkah? baiklah aku mengerti. Tapi... akhir-akhir ini pekerjaan mu selalu mengecew
Read more
War
"Lepaskan aku! Lepaskan aku! Aku tidak gila! Aku tidak gila!" Emily meronta sekuat tenaga melepaskan diri dari cengkraman kuat di kedua tangannya."Ibu.... Ibu... jangan bawa ibuku! Jangan bawa ibuku! Ibu...." Sean remaja berlari menghadang kedua pria yang membawa ibunya. Sambil menangis terisak-isak, dia berusaha melepaskan cengkraman di kedua tangan ibunya."Sean.... jangan menangis sayang. Kau tidak boleh menangis, anak ibu tidak boleh menangis." dengan nada bergetar Emily berusaha menenangkan Sean."Lepaskan ibuku! Ibuku tidak gila! Lepaskan dia!" kepalan tangan bertubi-tubi menghantam tubuh kedua pria itu."Sean....!!! Menyingkir dari sana, biarkan mereka pergi. Ibumu sedang sakit." Charles berdiri dengan gagahnya di Ujang tangga.Mendengar suara Charles langsung saja Emily menatap tajam padanya. "Bajingan kau Charles! Kau membuatku menebus segala dosa mu. Asal kau tahu, wanita yang kau anggap malaikat itu adalah ular berwu
Read more
Good Plan
Ketika Sheila melihat bahwa Sean sendirilah yang datang di ruangan itu. Dalam sekejap hanya memerlukan waktu satu detik ekspresi wajah Sheila langsung berubah. Wajahnya yang tadi dipenuhi emosi menggila, tiba-tiba beralih rupa menjadi memucat bahkan teramat sangat memucat."Kak.... Sean." Sheila berujar bergetar karena keterkejutan bercampur ketakutan.Begitu mendengar nama Sean, Kesya membeku sesaat. Rasa sakit di keningnya semakin bertambah, dia tidak ingin menunjukkan kelemahannya saat ini. Sean akan sangat khawatir padanya jika sampai dia mengetahui bahwa dirinya terluka lagi. Kesya melirik sekilas, benar saja, wajah Sean sudah berubah rupa menjadi seperti predator buas."Aku tanya apa yang kau lakukan!" Sean mendesis dengan memberi penekanan pada setiap kata. Sean sama sekali tidak fokus pada Sheila, matanya hanya berhenti pada satu titik, pada seorang wanita yang duduk di atas ranjang."Aku....aku...tadi hanya sedang bicara pada Kaka
Read more
A Secret
Ketika sesuatu yang lunak menempel di seluruh permukaan Kesya, meninggalkan jejak-jejak basah di beberapa bagian, dengan terpaksa Kesya membuka mata dan menyadari bahwa Sean tengah menatap mesra padanya. Kesya menekuk wajah hingga membuat dirunya semakin terlihat menggemaskan, Sean semakin gencar melancarkan aksinya hingga mengecupkan bibirnya di bibir Kesya. Tak ingin terbawa arus suasana Kesya menggunakan sebelah tangannya untuk mendorong wajah Sean menjauh darinya."Sean, aku masih ingin tidur." bisik Kesya dengan suara serak gaya khas bangun tidur."Kau sudah terlalu lama bersemedi dalam mimpimu sayang, dan aku tidak rela. Ayo bangun." aksi Sean malah semakin menjadi, dengan cepat dia merangkak naik ke atas tubuh Kesya."Apa yang kau lakukan? Menyingkirlah. Badan mu sangat berat." Kesya menempelkan kedua telapak tangannya menahan dada Sean, sementara dirinya berusaha menjauh."Kenapa hm? Kau gugup sayang, jantung mu berdetak kencang."
Read more
My Only One
Kesya terdiam menyembunyikan kesedihannya. Adrian yang kini mendorong kursi Kesya pun turut terdiam seakan mengerti apa yang tengah di rasakan oleh wanita itu. Setelah Kesya selesai melakukan terapi pertamanya, Sean pergi tiba-tiba meninggalkan Kesya bersama Adrian yang baru saja menampakkan diri pada saat itu. Sementara Dastan dan dokter Derrick pergi entah kemana, seperti sedang menghindar dari Kesya."Kesya, lihat taman itu." Adrian tidak bisa lagi menahan diri untuk bersuara."Bunga?" Kesya berujar pelan mengikuti arah telunjuk Adrian. "Ada apa dengan bunga?" lanjutnya kemudian."Bagaimana menurut mu bunga-bunga itu?" Adria berhenti mendorongan kursi roda keysa tepat di dekat taman.Kesya tersenyum tulus. "Indah.... sangat indah, bahkan keindahannya mampu menyihir setiap mata yang melihat." ujarnya kemudian.Adrian mengubah posisi, dia berjongkok mensejajarkan tingginya dengan Kesya. "Kau tahu, kau sama seperti bunga itu. Ke
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status