Semua Bab PRAS, and his destiny: Bab 11 - Bab 20
86 Bab
P11. Perpisahan
Apa yang ada dikepala saat kita mendengar kata 'PERPISAHAN', kecewa, sedih atau justru senang. Namun kata terakhir itu yang tak terjadi diantara Pras dan Laurent walau mulut mereka berkata OK."Saya pinjam hp kamu rent?" Telapak tangan Pras sudah berada didepan wajah Laurent.Mereka sedang berada dibandara, waktu boardinh juga sudah tiba dan mereka berjalan menuju ke pesawat."Untuk" Laurent menatap bingung."Sini" Pras menghentikan langkah. Laurent memberikan ponselnya. Tak lama ponsel itu mengarah ke wajah Pras."Nih, takut kamu kangen aku" Pras memberikan ponsel ke tangan Laurent lagi, yang kemudian direspon dengan kekehan."Hp kamu mana, sini" kini berganti Laurent yang meminta. Pras memberikan. Laurent melakukan hal yang sama."Takut kamu kangen" Kekehan L
Baca selengkapnya
P12. Jejak Laura
Lama Pras dan Laurent saling berpelukan. Sebenarnya mereka berdua seperti merasa terikat. Tapi mereka abaikan karena Laurent sendiri berfikir itu hanya ada karena biasa."I have to go Pras. Terima kasih sekali lagi" Laurent melepaskan pelukannya. Mereka bertatapan."Can i kissed you rent. For, the last time, until- saya nggak tau kapan bisa ketemu kamu lagi" Laurent tersenyum. Lalu menggelengkan kepala."Simpan itu di waktu yang tepat. Kalau memang kita bisa ketemu lagi dalam keadaan sendiri" Laurent lalu masuk kedalam mobil Pras. Ia menurunkan kaca Mobil dan melambaikan tangan.Pras mengangguk. Gemuruh berbeda terasa di hatinya, sungguh ingin ia ungkapkan. Namun sekali lagi, ia takut mengecewakan Laurent.***Satu bulan sudah sejak perpisahan Pras dan Laurent dibandara, masih menyisakan rasa yang mengganjal di hati Pras. Ia sudah kembali ke Swiss. Namun isi ke
Baca selengkapnya
P13. Menghindar
Dengan langkah tegap dan pasti, Pras menuju ke mobilnya yang sudah terparkir di depan loby terminal internasional bandara. Ia mengenakan setelan jas licin berwaena abu-abu tua dan kemeja putih. Sunggu Pras sudah tak sabar untuk segera bertindak.Pintu mobil tertutup sesaat setelah Pras duduk di kursi penumpang. Andreas sudah berada didalam mobil lebih dulu."Sejauh mana dia bertindak?" Pras membuka kaca mata hitamnya dan membaca berkas yang diberikan Andreas."Laurent- Laurent tidak ada di apartemennya pak. Dia sudah sejak kemarin ada di Penhouse Pedro." Andreas tampak ragu saat mengucapkan hal itu.Pras mengepalkan jemarinya. Ia menatap ke jalanan yang tampak lowong."Pertemuan pak Pras dan Pedro di restaurant korea, saya sudah pesankan ruangan VIPnya""Apa kamu bawa hasil kita cari Laura di Hongkong? Saya mau kasih ke Laurent""Bawa pak. Dan, saya dapat informa
Baca selengkapnya
Part 15. Maid But...
"Permisi" suara seseorang terdengar dan berdiri didepan pintu kamar rawat. Laurent menoleh dan tersenyum. "Apa kabar, gimana kondisi kamu rent?" Aira datang menjenguk. Ia membawa parsel buah yang ia letakan di atas nakas. Laurent tersenyum. Infuse sudah dilepas. Ia sudah boleh pulang setelah dirawat tiga hari dirumah sakit. Aira sengaja datang karena ada hal yang ia ingin bicarakan dan mencari tahu sendiri tanpa ada Galang atau Pras. "Kamu sendirian ra? Anak-anak?" Laurent menampakan tatapan mencari keberadaan anak-anak Aira. "Dirumah opa omanya, aku titip sebentar. Aku turut prihatin sama musibah kamu rent. Semoga cepat sehat ya" "Iya, terima kasih Aira. Kamu kesini ada apa? Atau di suruh tuan besar?" Laurent tersenyum. Ia lalu terkikik sendiri. "Siapa? Kakakku? Pras?" Aira juga ikut terkikik. Laurent mengangguk. "Enggak. Nggak ada ya
Baca selengkapnya
P.14 Deal with the devil
Kegalauan masih dilanda Pras, suara Laurent yang terus meminta tolong dan meminta maaf terus terngiang di telinga Pras. Sudah dua hari ponsel milik Laurent tak aktif, bahkan mata-mata Pras pun tak melihat Laurent keluar dari Penthouse Pedro.  "Andreas, apa bisa kamu atur pertemuan Pedro diluar bersama Galang? Saya ... saya ingin bertemu Laurent sebentar," Pras tertunduk sambil memegang ponsel yang menempel di telinga kanannya. "Saya coba atur Pak Pras. Yang jadi masalah, pengawal yang menjaga di Penthouse begitu ketat."  Pras mengeram marah. Ia lupa tentang hal itu. Mengapa Laurent diperlakukan seperti tahanan? Apa segila itu Pedro menyukai Laurent? Atau hanya dijadikan budak sex. Prad tak kuat memikirnya. Hatinya bergemuruh kuat karena emosi.  "Ok. Atur pertemuan private saya dengan Pedro siang ini. Dua jam dari sekarang. Siapkan dana dua puluh ribu dollar. Jangan banyak tanya untuk a
Baca selengkapnya
Bab 16. Kehadiran Jevan
Suara denting sendok di dalam cangkir teh terdengar merdu, seraya sang pemilik cangkir itu duduk di meja makan. Ia menatap, bukan menatap cangkir tehnya, tapi menatap wanita yang sedang berdiri di seberangnya yang kemudian meletakan cangkir berisi teh dengan gula diet kehadapan pria yang kali itu hanya mengenalan bathroob.   "Mau pakai selai atau madu, roti bakarnya?" wanita itu bertanya. Pria itu hanya bertopang dagu dan menatap sambil tersenyum.   "PRAS!" teriakan Laurent mengagetkan Pras. Ia mengerjap cepat lalu duduk tegak dan menunjuk ke selai coklat.   "Tipis aja selainya, aku gak-"   "Tau ... tau ... nggak bisa makan manis. Paham." Kedua mata Laurent melirik datar ke Pras.   "Nanti tolong bawa jas aku yang ada di lemari sisi sebelah kiri ke Laundry
Baca selengkapnya
Bab 17. Sehari bersama
Jevan dan Pras sudah duduk di sofa ruang tamu dengan pakaian rapi dan keduanya tampak tampan. Benar-benar seperti ayah dan anak. Laurent tersenyum manis saat ia juga sudah bersiap. Pras diam menatap Laurent yang mengenakan pakaian dengan warna senada dengan ia dan Jevan. "Lho kok sama ... aku ganti dulu deh, malu. Kesannya niat banget pake kostum." Laurent berbalik badan. Namun suara larangan Pras terdengar. "Gini aja," ujar Pras. Ia dan Jevan lalu beranjak. Laurent tersenyum masam. Rambut coklatnya ia blow dengan sedikit bergelombang. "Sebentar, ada obat yang harus aku minum." Laurent kembali ke dalam kamar dan mengambil obat itu. Ia lalu beralih ke dapur dan mengambil air putih. Dengan cepat Laurent menelan pil itu. Jevan tak perduli karena ia tak paham. Namun Pras, ia menatap curiga. 
Baca selengkapnya
Bab 18. Tempat tumbuh
Jantung Laurent memompa lebih cepat saat kakinya kembali menapaki kota tempat kelahirannya. Pras yang setia berdiri di sampingnya pun bisa merasakan jemari dingin dan basah Laurent yang ia genggam. Lebih dari delapan tahun ia tak pulang. Perkembangan kota Manado sungguh pesat. Kota tampak ramai walau Laurent melihatnya dari dalam mobil SUV putih yang di sewa Pras selama mereka di sana. "Rent, kita nginap di hotel yang paling bagus di sini, karena aku tau tempat tinggal mu-" Laurent mengangguk. Ia tersenyum menatap Pras yang menyetir mobil. "Langsung ke pemakaman atau mau ke hotel?" tanya Pras lagi. "Langsung aja. Tapi mampir ke toko bunga, aku mau beli untuk mereka. Tapi- aku lupa alamat toko bunganya." "Ada GPS, Rent." Pras memainkan ponsel di tangannya. Laurent merasa b
Baca selengkapnya
Bab 19. I Love You
Desahan nafas dari dua manusia itu membuktikan apa yang mereka rasakan di dalam diri masing-masing. Dengan bringas  namun mampu membuat Laurent terbuai, Pras terus menikmati apa yang saat itu ada di hadapannya. Tubuh mulus Laurent begitu indah di pandangan matanya. Raut wajah penuh kenikmatan karena Pras begitu luar biasa memasuki area sensitifnya begitu membuatnya terbakar dan nikmat bersamaan.    Katakan mereka kebablasan. Semua ini terjadi karena kegemasan Pras dengan wanita yang bersamanya itu.   Setelah Laurent tenang, dan tak menangis lagi. Pras kembali berucap jika ia hanya mau menjahili Laurent yang tampak datar-datar saja sikapnya kepada Pras. Laurent marah dan,   Flash back beberapa waktu sebelumnya,   "Kamu khawatirin aku sampai nangis kayak gini pasti ada
Baca selengkapnya
Bab 20. Stalker
Galang dan Aira menatap lekat Pras yang hanya bisa senyum-senyum setelah mereka kembali ke Jakarta dan langsung ke rumah Galang. Laurent tampak malu-malu, bagaimana tidak, Pras bahkan berbicara tentang kebablasannya itu.   Aira khawatir. Bagaimana jika tau kondisi Pras yang mandul. Apa ia akan mundur dari hubungan itu?   "Jadi- kalian akan tinggal bersama tanpa ikatan sah?" Galang bersedekap. Pras menoleh ke Laurent.   "Aku maunya di apartemen sendiri, Lang, tapi tua bangka ini memaksaku. Ia bahkan berjanji menjaga hasratnya itu." Laurent menoleh dan menatap tak yakin dengan janji Pras.   "Mana bisa dia tahan," sinis Galang.   "Kak, bisa ikut aku sebentar," pinta Aira lembut sambil beranjak. Aira membawa Pras ke kamar anak-anaknya.  
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
9
DMCA.com Protection Status