Semua Bab Terpaksa Menikah Lagi: Bab 41 - Bab 50
143 Bab
BAB 71-72
BAB 71 Citra berbaring miring membelakangi Dokter Ardian dengan bibir mengerucut. Sesekali ia melirik ke belakang dan mendengkus pelan. Tangannya memegangi handuk di dada yang menutupi bahunya dan selimut yang menutupi tubuhnya. “Cit, apa kamu nggak gerah?” tanya Dokter Ardian yang melihat Citra menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut. “Nggak, Mas,” jawab Citra singkat. “Cit,” panggil Dokter Ardian seraya memegang bahu Citra. “Hm,” sahut Citra tanpa menoleh dan mengedikkan bahunya yang dipegang Dokter Ardian. Karena Citra tidak mau menoleh padanya, Dokter Ardian pun menarik bahu Citra secara paksa supaya Citra mau menghadap ke arahnya. “Apaan sih, Mas?” sungut Citra seraya mengerutkan alisnya lalu kembali membelakangi Dokter Ardian. “Saya mau bicara,” ujar Dokter Ardian dengan sabar. “Bicara saja. Saya dengar, kok,” sahut Citra. “Saya tadi mendengar kamu ngobrol sama Ibuk. Apa masalah kalau kamu menikah dengan duda?” tanya Dokter Ardian. Citra pun melebarkan kelopak matanya
Baca selengkapnya
BAB 73-74
BAB 73 “Tina!” seru Bu Tini ketika sudah sampai di rumah dengan memegangi dadanya. Tina, anak Bu Tini yang kebetulan sedang menonton televisi segera bangkit dan menghampiri Bu Tini. Kemudian ia membantu Bu Tini untuk duduk di kursi ruang tamu. “Ada apa, Buk? Asma Ibuk kambuh lagi?” tanya Tina ketika melihat Ibunya kesusahan menarik napas. “Mana obat Ibuk? Cepat ambilkan!” seru Bu Tini sambil sesekali menarik napas dalam-dalam. Tina pun segera bangkit untuk mengambilkan obat sesak napas Bu Tini. Ia merasa heran karena masih pagi asma Ibunya sudah kambuh. Padahal sudah lama penyakit Bu Tini tidak pernah kambuh. Bu Tini pun segera menghirup inhaler yang disemprotkan Tina di depan hidung dan mulutnya. Tidak lama kemudian asma-nya pun mereda. “Ibuk kenapa?” tanya Tina. “Itu si Citra pulang. Tau-tau udah nikah dan punya anak. Suaminya dokter kandungan, ganteng lagi,” sungut Bu Tini sambil menunjuk-nunjuk rumah Citra yang ada di seberang rumahnya. “Citra udah punya anak? Gimana cerit
Baca selengkapnya
BAB 75-76
BAB 75 “Kenapa?” tanya Dokter Ardian. “Nggak apa-apa, Mas. Cuma pengen aja,” balas Citra dengan mendongakkan kepalanya menatap Dokter Ardian dan tersenyum. “Ayo makan. Nanti keburu dingin lagi,” ajak Dokter Ardian lalu duduk di meja makan. Citra mengangguk lalu memindahkan makanan dari atas kompor ke atas piring. Setelah makan, mereka kembali ke lantai atas dan masuk ke dalam kamar Citra. Mereka berdua duduk di atas tempat tidur sambil bersandar pada sandaran tempat tidur dengan kaki diselonjorkan di bawah selimut. Beberapa saat mereka saling diam karena tidak tahu harus ngapain. “Cit, deketan sini dong jangan jauh-jauh,” ujar Dokter Ardian sambil menepuk bantalan kasur yang ada di sampingnya. Citra pun menggeser pantatnya mendekat pada Dokter Ardian. Dokter Ardian tersenyum lalu menaruh lengannya di atas bahu Citra. “Cit, kamu tau nggak, seks itu apa?” tanya Dokter Ardian. “Kenapa?” tanya Citra balik sambil mengernyitkan dahinya. “Udah, jawab aja!” balas Dokter Ardian. Mesk
Baca selengkapnya
BAB 77-78
BAB 77 “Sebentar ya, Yang. Aku ke atas dulu,” pamit Dokter Ardian. ‘Yang? Sayang gitu?’ sungut Citra dalam hati dengan menghentakkan kakinya semakin keras sembari menaiki anak tangga ketika mendengar suara Dokter Ardian. “Jangan lama-lama ya, Mas. Aku mau pulang, bentar lagi maghrib,” sahut wanita itu dengan manja. “Oke. Beres!” timpal Dokter Ardian. Citra pun semakin mempercepat langkah kakinya menaiki anak tangga supaya segera sampai di kamarnya. sesampainya di kamar, ia segera menutup pintu kamar dan menguncinya. Dokter Ardian melewati kamar Citra dengan menggeleng-gelengkan kepalanya lalu masuk ke dalam kamarnya sendiri. Ia membuka almari kaca yang berisi khusus buku kesehatan, tepatnya bukunya waktu kuliah dulu. Setelah mengambil dua buku yang dibutuhkan, ia menutup kembali almari kacanya dan keluar dari kamar. “Cit, kamu kenapa? Buka dong pintunya!” seru Dokter Ardian di depan pintu kamar Citra dengan mencoba memutar gagang pintu kamar itu, tapi tidak bisa terbuka karena C
Baca selengkapnya
BAB 79-80
BAB 79 Keesokan harinya Dokter Ardian baru saja sampai di ruang poli kandungan. Setelah duduk di kursinya, ia melihat data pasien yang akan diperiksa hari ini. “Sudah ada lima belas pasien, ya?” tanya Dokter Ardian pada asisten-nya. “Iya, Dok,” balas Dewi yang menjadi asisten-nya hari ini. “Ya sudah, langsung saja pasien pertama suruh masuk,” ujar Dokter Ardian lalu memakai jas putih yang biasa dipakai dokter di rumah sakit. Pasien pertama pun masuk. Ia seorang ibu paruh baya berusia empat puluh dua tahun. Setelah duduk di depan Dokter Ardian, ibu itu menatap Dokter Ardian dengan kagum. ‘Wuaaaah … dokter-nya ganteng,’ gumam ibu itu dengan girang di dalam hati. Dokter Ardian masih menundukkan kepalanya membaca data keluhan ibu itu yang sudah ditulis asisten-nya tadi sebelum ia datang. “Keluhannya keputihan dan gatal ya, Bu?” tanya Dokter Ardian seraya menatap pasien yang ada di hadapannya. “A-apa, Dok?” tanya ibu itu baru tersadar dari lamunannya karena terpesona ketampanan Do
Baca selengkapnya
BAB 81-82
BAB 81 Citra pun buru-buru mengambil pakaiannya lalu masuk ke dalam kamar mandi. Di dalam kamar mandi ia berdiri di depan wastafel dan melihat tanda merah pada leher dan bahunya. “Gimana cara menutupinya?” gumam Citra panik seraya meraba leher, bahu serta tulang selangka-nya. Ia merasa malu kalau sampai ada yang melihatnya. “Cit, cepetan dong ganti bajunya!” seru Dokter Ardian dari dalam kamar. “I-iya, Mas,” sahut Citra lalu bergegas memakai pakaiannya. Sementara itu di luar rumah, Mirna sedang mencari orang. Tepatnya mengumpulkan massa. Tadi ia sempat naik ke lantai dua dan hendak menidurkan Nizam di kamar Citra. Namun, ketika ia hendak mengetuk kamar Citra, samar-samar ia mendengar suara desahan Citra dan bergumam “Jangan, Mas”. Ia pun berpikir kalau Citra dan Dokter Ardian sedang melakukan sesuatu yang tidak senonoh. “Ada apa, Buk?” tanya salah satu warga yang kebetulan lewat dan melihat Mirna seperti sedang kebingungan di depan pintu gerbang. “Mm … anu di mana ya rumah pak R
Baca selengkapnya
BAB 83-84
BAB 83 Siang hari Dokter Ardian mendengar Nizam menangis di kamar sebelah, tepatnya kamar Citra. Ia pun buru-buru pergi ke kamar sebelah. Karena pintunya tertutup, Dokter Ardian membukanya tanpa mengetuk terlebih dahulu. Di dalam kamar itu Citra berbaring miring membelakangi pintu. “Ada apa, Cit?” tanya Dokter Ardian. Ia berjalan mendekat ke arah Citra untuk mengetahui kenapa Nizam menangis. Citra terkejut saat mendengar suara Dokter Ardian sudah berada di dalam kamarnya. Ia pun segera menutup buah dadanya dan mengancingkan pakaiannya kembali. “Mas, kamu kok di sini?” tanya Citra ketika sudah membenahi pakaiannya dan duduk serta menoleh pada Dokter Ardian. “Aku mendengar tangisan Nizam. Ada apa?” tanya Dokter Ardian balik. Ia menghampiri Nizam dan menggendong di depan dadanya. “Anu, Mas … mm … dia mau nenen terus. Kalau aku tutup, dia nangis,” balas Citra seraya menyentuh dadanya. “Ya … kasih lah, Cit. Mungkin dia ngantuk dan bentar lagi tidur,” ucap Dokter Ardian sembari membe
Baca selengkapnya
BAB 85-86
BAB 85 Sesampainya di gedung tempat resepsi pernikahan Joni berlangsung, Citra merasa kikuk kalau harus berjalan berdampingan bersama dengan Dokter Ardian. Bagaimana pun, dulu ketika ia masih bekerja di rumah sakit, Dokter Ardian adalah atasannya. “Ayo masuk!” ajak Dokter Ardian seraya mengulurkan tangannya pada Citra. Tiba-tiba terdengar suara Dewi memanggil Citra dari kejauhan. Ia baru saja datang dan melihat Citra turun dari mobil Dokter Ardian. “Mas, masuk duluan aja. Aku mau ketemu Dewi dan teman-teman bidan lainnya dulu,” ujar Citra sebelum Dewi datang menghampirinya. “Oke. Kalau gitu, aku masuk duluan ya,” balas Dokter Ardian lalu masuk ke gedung resepsi pernikahan Joni seorang diri. Dewi datang menghampiri Citra dengan tersenyum. Sudah lama mereka tidak bertemu. Mereka berkomunikasi hanya melalui ponsel dan itu sangat jarang mereka lakukan. “Gimana kabar kamu, Cit?” tanya Dewi sambil berjalan beriringan dengan Citra. “Alhamdulillah baik, Wik. Kamu sendiri gimana?” balas
Baca selengkapnya
BAB 87-88
BAB 87 Citra terperanjat kaget. Jantungnya tiba-tiba berdegup kencang. Baru kali ini ia melihat Dokter Ardian marah. Selama ini yang ia tahu, Dokter Ardian adalah sosok laki-laki yang sabar. Bahkan saat menangani pasien sekali pun. Tiba-tiba Dokter Ardian mematikan lampu yang ada di atas kepalanya lalu mendekat ke arah Citra dan menciumnya dengan kasar. Citra tidak melawan. Ia takut Dokter Ardian akan semakin marah padanya. Ia pun pasrah ketika Dokter Ardian membuka kancing pakaiannya dan menciumi leher serta dadanya. “Mas! Kamu ini kenapa?” Tiba-tiba Citra berteriak karena Dokter Ardian menyakitinya. Isak tangis pun mulai terdengar. Tubuh Citra bergetar karena menangis. Dokter Ardian pun menghentikan aktivitasnya. Ia merasakan tetesan air mata Citra yang jatuh mengenai dahinya. Kemudian ia menghela napas panjang dan kembali duduk di belakang kemudi. Setelah itu ia menyalakan mesin mobil dan melajukan-nya dengan kencang pulang ke rumah. Selama perjalan pulang, tidak ada yang memu
Baca selengkapnya
BAB 89-90
BAB 89 “Yaaah … kok basah sih?” keluh Citra seraya mengangkat kaus dalamnya. Citra mulai bingung. Ia harus memilih memakai kaus dalam basah itu atau memakai lingerie menerawang milik Nadia. Kalau memakai kaus dalam basah, bisa dipastikan ia akan masuk angin, dan yang pasti Dokter Ardian tidak akan membiarkan itu. Pasti Dokter Ardian akan melepaskan kaus dalamnya secara paksa. Kalau memakai lingerie menerawang itu, ia akan sangat malu seandainya dilihat Dokter Ardian. “Cit, kamu nggak ketiduran kan di dalam kamar mandi?!” seru Dokter Ardian dari dalam kamar. “Enggak, Mas. Bentar lagi keluar, kok,” sahut Citra dengan buru-buru memakai lingerie menerawang milik Nadia. Tidak lama kemudian Citra keluar dari dalam kamar mandi dan dengan setengah berlari ia segera naik ke atas tempat tidur lalu masuk ke dalam selimut. Sedari tadi Dokter Ardian menunduk menatap layar ponsel. Sehingga ia tidak melihat apa yang dipakai Citra. Segera ia menoleh ketika Citra masuk ke dalam selimut dengan ke
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
15
DMCA.com Protection Status