All Chapters of Terpaksa Menikah Lagi: Chapter 51 - Chapter 60
143 Chapters
BAB 91-92
BAB 91 “Dokter, ini tadi dari Dokter Herlina,” ucap Yeni yang bertugas menjadi asisten di ruang poli kandungan hari ini seraya menunjuk kotak makan yang ada di atas meja Dokter Ardian. “Terima kasih,” balas Dokter Ardian lalu duduk untuk mulai bekerja. Siang hari, Citra pergi ke kantin untuk membeli makanan dan minuman. Ia juga membeli untuk makan siang Dokter Ardian. Setelah membayar makanan yang dipesannya, ia membawa makanan itu ke ruang poli kandungan untuk makan bersama dengan suaminya. Namun, ketika membuka pintu ruang poli kandungan, ia melihat Dokter Ardian baru saja membuka kotak bekal makan yang diberikan Dokter Herlina. Dokter Ardian pun menoleh saat pintu terbuka. “Cit,” ucap Dokter Ardian ketika melihat Citra. Citra pun menyembunyikan makanan yang dibelinya tadi di balik tubuhnya. Kemudian ia masuk dan duduk di depan Dokter Ardian. “Sekarang dapat makan siang dari rumah sakit? Kotaknya bagus ya?” sindir Citra. Yang ia tahu, selama ini rumah sakit hanya memberikan ro
Read more
BAB 93-94
BAB 93 Dokter Ardian menatap Citra yang sudah melepas semua kancing kemeja-nya. “Kamu yakin?” tanya Dokter Ardian. Citra menganggukkan kepalanya dengan mantap. Tidak mau menyia-nyiakan kesempatan, dengan segera Dokter Ardian bangkit dari duduknya lalu melepas kemeja Citra dan membuangnya ke sembarang arah. Kemudian ia mengangkat tubuh Citra dan menggendong-nya ke atas tempat tidur. Hingga akhirnya mereka pun melakukannya dalam keadaan sama-sama masih emosi dan marah satu sama lain. Meskipun begitu, Dokter Ardian melakukannya dengan sangat lembut dan foreplay selama mungkin supaya meminimalkan rasa sakit dan agar tidak menimbulkan trauma bagi Citra karena ini yang pertama baginya. Sayangnya, di akhir pelepasan-nya, Dokter Ardian melakukan sebuah kesalahan yang sangat fatal. Tanpa sadar ia menyebut nama Nadia, bukan Citra. Itu terjadi karena ia sering mengucapkan kata-kata itu ketika usai bercinta dengan Nadia. Sedangkan ini kali pertama ia melakukannya dengan Citra. Sehingga ia meng
Read more
BAB 95-96
BAB 95 “Nggak! Aku nggak bisa melakukan itu, Cit. Aku mohon, beri aku satu kesempatan lagi. Sekali saja,” pinta Dokter Ardian. Citra tidak menyahuti-nya. Tiba-tiba tubuhnya bergetar. Isak tangis pun mulai terdengar. Kejadian tadi siang terbesit lagi di dalam ingatannya. Hatinya pun berdenyut nyeri jikalau teringat kejadian itu. Kejadian yang harusnya indah untuk dikenang seumur hidup, tetapi menjadi kenangan yang sangat buruk baginya. Semua orang mungkin mengira Citra gadis bodoh, termasuk Dokter Ardian. Mau-maunya dia memakai barang-barang bekas milik mantan istri Dokter Ardian. Mulai dari kebaya pernikahan, cincin, kalung, dan pakaian. Ingin Citra berkata tidak, tapi ia tidak pernah mengatakannya meskipun sebenarnya ada rasa kesal di dalam dada. Selama ini ia mencoba untuk selalu bersabar. Ia tidak mau mengungkit-ungkit atau mempermasalahkan dengan orang yang sudah meninggal. Namun, hari ini Dokter Ardian benar-benar keterlaluan. Tiba-tiba Citra menginjak kaki Dokter Ardian deng
Read more
BAB 97-98
BAB 97 “Biarin!” balas Citra kesal. Dua puluh menit kemudian dua orang pelayan datang membawakan makanan pesanan Dokter Ardian. Dokter Ardian memesan gurami bakar, ayam goreng ungkep bumbu rempah, es jeruk dua porsi, cah kangkung, dan setengah bakul nasi. Citra menelan saliva-nya saat melihat makanan itu terhidang di depannya. Bau gurami bakar dan ayam goreng-nya menyeruak memasuki indra penciuman-nya. Tanpa disuruh, ia pun segera mencuci tangan di wastafel yang berada di dekat tempat ia melepas sandalnya. Dokter Ardian menahan senyum saat melihat Citra tidak sabar untuk segera makan. Ia senang karena meskipun marah, Citra tetap mau makan dan tidak jaim (jaga image). “Makan yang banyak, biar bisa lanjut ronde kedua,” ujar Dokter Ardian ketika Citra akan memasukkan suapan pertama ke dalam mulutnya. Citra pun mengerucutkan bibirnya lalu melanjutkan makannya. Sambil makan, Dokter Ardian memisahkan daging dan duri ikan gurami kemudian menaruhnya di atas piring Citra. Perlahan rasa do
Read more
BAB 99-100
BAB 99 “Ini mau ke mal beli perhiasan lagi apa mau pulang?” tanya Dokter Ardian dengan tetap fokus mengemudi dan sesekali memandang ke arah Citra. “Terserah!” jawab Citra singkat. “Kok terserah sih? Nanti marah lagi,” balas Dokter Ardian. “Kembalikan ponsel dan dompetku, Mas. Aku mau pulang ke rumah Ibuk,” ujar Citra dengan cemberut dan menghadap ke Dokter Ardian. “Kamu mau pulang sekarang? Ini udah malam loh,” tanya Dokter Ardian. Ia merasa khawatir kalau sampai Citra nekat dan pulang sendiri ke rumah Ibunya. “Iya. Mas nggak usah perdulikan aku. Dari dulu aku sudah terbiasa serba sendiri sebelum jadi pengasuhnya Nizam,” balas Citra. “Ya nggak gitu, Cit. Sekarang kamu istriku. Sepenuhnya kamu tanggung jawab aku. Kita pulang dulu, ya? Nanti aku antar. Oke,” tutur Dokter Ardian. Citra pun semakin cemberut dan melipat kedua tangan di depan dadanya. Sesampainya di rumah, Dokter Ardian naik ke lantai dua menuju kamarnya. Ia mengambil dua setel pakaian untuk berganti di rumah Citra.
Read more
BAB 101-102
BAB 101 Citra pun membenarkan perkataan Dokter Ardian. Memang Dokter Ardian tidak pernah bersikap kurang ajar padanya. Pernah satu kali saat memaksanya untuk menyusui Nizam, tapi Citra maklum karena waktu itu Nizam menangis sangat kencang sekali. Mungkin Dokter Ardian sangat panik waktu itu, pikirnya. “Kamu tahu, aku baru merasakan menembus perawan yang sebenarnya hari ini. Milikmu. Maaf kalau tadi mungkin mengecewakan atau menyakitkan bagimu, tapi itulah kenyataannya,” tutur Dokter Ardian tiba-tiba Citra pun tidak mengerti, kenapa Dokter Ardian berkata seperti itu. Padahal Dokter Ardian seorang duda, sudah pernah menikah. Seharusnya sudah pernah merasakan itu di malam pertama dengan istri pertamanya. “Kamu pasti bingung dan bertanya-tanya. Aku pun masih bertanya-tanya tentang menembus perawan yang sebenarnya itu seperti apa. Karena waktu aku melakukannya dengan Nadia untuk yang pertama kalinya, aku tidak merasakan dinding penghalang apapun waktu itu. Hanya rasa sempit. Karena Nadi
Read more
BAB 103-104
BAB 103 ‘Kok nggak gerak ya nih orang?’ gumam Citra dalam hati. Ia pun memberanikan diri untuk melihat wajah Dokter Ardian. Tampaklah di sana Dokter Ardian yang sudah memejamkan mata dan tertidur dengan lelap-nya. ‘Udah tidur ternyata. Baru kali ini aku lihat wajah Dokter Ardian dari jarak dekat dan seksama. Ternyata emang ganteng, ya? Dari dulu aku nggak berani memandangnya seperti ini. Nggak nyangka sekarang dia udah jadi suamiku. Bermimpi menikah dengannya pun aku nggak berani, eh sekarang malah tiba-tiba aja dia nikahin aku,’ gumam Citra dalam hati. Tidak lama kemudian Citra pun merasa mengantuk dan ikut tidur di samping Dokter Ardian. *** Ting tong Ting tong Ting tong Berkali-kali bel rumah Dokter Ardian berbunyi. Namun, tidak ada yang membukakan pintu. Hingga akhirnya Dokter Ardian merasa terganggu dan terbangun. “Jam berapa ini? Masih pagi sudah mengganggu orang tidur,” gerutu Dokter Ardian seraya bangkit dan keluar dari kamarnya untuk melihat siapa yang memencet bel rum
Read more
BAB 105-106
BAB 105 Setelah itu ia membuka kunci layar ponsel-nya untuk segera memesan beberapa menu makanan di aplikasi Gejek. Sementara itu Citra mengambil sapu dan pengki di belakang untuk membersihkan pecahan kaca di ruang tamu. Sambil menunggu makanan pesanan datang, Dokter Ardian mengambil tangga di gudang untuk menurunkan foto pernikahannya dengan Nadia. Memang sudah saatnya foto itu pensiun dan berganti foto baru, pernikahannya dengan Citra. Citra membantu Dokter Ardian menurunkan foto itu dengan menunggu di bawah tangga. Namun, karena kurang hati-hati memegang pigura foto yang masih ada pecahan kacanya, jari Citra pun terluka. Ketika Dokter Ardian akan menaruh foto itu di gudang, ia melihat tangan Citra mengeluarkan darah. Memang tidak banyak, tapi kalau tidak dihentikan darah itu akan terus mengalir. “Tangan kamu berdarah, Cit,” ujar Dokter Ardian seraya menarik tangan Citra setelah menaruh pigura foto yang ada tangannya. “Ah, nggak apa-apa, Mas. Cuma sedikit, kok. Aku mandi dulu,
Read more
BAB 107-108
BAB 107 “Ada apa?” tanya Dokter Ardian seraya memilih pakaian di dalam almari. Ia harus segera berangkat ke rumah sakit. “Mm … anu, Mas, makanannya sudah datang. Ayo makan nanti keburu dingin,” balas Citra dengan kikuk. “Aku ada SC sekarang,” balas Dokter Ardian sembari memakai kaos dalam. “Oh,” sahut Citra singkat. “Kok ‘Oh’ doang sih? Bantuin dong, Cit!” ujar Dokter Ardian sambil memakai kemeja. Citra pun masuk ke dalam kamar dan mendekat ke arah Dokter Ardian. “Dibantuin apa?” tanya Citra. Ia tidak tahu bantuan apa yang diminta suaminya itu. “Kancingkan!” perintah Dokter Ardian seraya menunjuk kancing kemeja-nya. “Oh, oke,” balas Citra lalu mulai mengancingkan kemeja Dokter Ardian. Sementara itu tangan Dokter Ardian mengambil celana dalam kemudian memakainya di depan Citra. Citra pun segera memejamkan matanya saat Dokter Ardian melepas handuk-nya. Dokter Ardian tersenyum samar ketika melihat Citra yang masih malu-malu padanya. “Kenapa memejamkan mata?” tanya Dokter Ardian
Read more
BAB 109-110
BAB 109 Dokter Herlina pun membawa bayi itu ke sebuah meja dengan lampu sangat terang untuk diperiksa dan dibersihkan jalan napasnya. Setelah itu ia menimbang bayi itu untuk mengetahui berat lahir bayi tersebut. Dokter Ardian merasa lega karena ibu dan bayinya selamat. Ia ingin segera menyelesaikan operasi ini supaya bisa segera pulang. Sedari tadi di pikirannya hanya ada Citra yang tengah menunggunya di dalam mobil. Usai melakukan heating, Dokter Ardian melepas semua APD yang menempel pada tubuhnya dibantu seorang perawat. Setelah itu ia mencuci tangannya lalu duduk pada sebuah meja untuk menulis laporan kembali. Sambil menulis, Dokter Ardian tersenyum-senyum sendiri dan sesekali menggelengkan kepalanya. Dokter Herlina memperhatikan itu karena ia berada tidak jauh dari tempat Duduk Dokter Ardian. Dokter Ardian teringat kejadian di dalam mobil tadi. Citra menyuapinya dengan penuh kesabaran dan sangat telaten. Almarhumah Nadia saja belum pernah melakukan hal itu padanya. Karena itu
Read more
PREV
1
...
45678
...
15
DMCA.com Protection Status