All Chapters of Tiba-Tiba Dimadu: Chapter 41 - Chapter 50
119 Chapters
gemas
Tiba-tiba dimadu, tiba-tiba saling membenci, tiba-tiba berpisah rumah, tiba-tiba bercerai dan kejadian tiba-tiba berikutnya membuatku tak bisa menebak dan habis pikir terhadap rencana Allah.Apakah di hari esok, Allah akan memberiku kejutan yabg lebih dasyat dari ini? Aku takut dan galau memikirkannya. Di hari kedua sejak Mas Ikbal dieawat aku terus mendapat kabar perkembangan dari santri yang menjaganya, entah kenapa pemuda itu terus mengajariku keadaan mantan suamiku itu, apakah dia memang peduli pada Mas Ikbal atau apa yang dia rencanakan, aku sungguh tak tahu.[ Mbak hari ini, Mas Ikbal terus menjerit kesakitan,. Luka yang kemarin kini bernanah dan menguarkan bau busuk yag anyir, Mbak. ]Kujawab [Apakah dokter sudah memberikan obatnya?][Sudah Mbak, tapi Mas Ikbal masih kesakitan dan terus merintih, sepanjang hari ][Soraya mana?][Tadi ada di sini, tapi karena gak bisa melakukan apa-apa, dia memutuskan pulang ][Mas Ikbal sudah makan? ][Belum, Mbak sedari kemarin ia tak ingin
Read more
berdebar
Kami sampai di tempat kerja dan Mas Rafiq langsung memarkirkan mobilnya di bawah pohon flamboyan tempat biasa ia parkirkan mobilnya."Mas, aku turun dulu," ucapku sambil membuka pintu mobil, mengambil tas buru-buru ke luar untuk mengejar absen."Eh, ada yang kelupaan,"ucapnya.Aku membalikkan badan dan bertanya cepat padanya, "Apa Mas?""Lupa memberiku senyum?""Ya, ampun Mas." Aku hanya menggeleng pelan dan membalikkan badan lagi."Ini serius ada yang kelupaan," katanya dengan mimik meyakinkan."Apa?" Aku sedikit gusar karena harus buru-buru mengisi absen yang otomatis itu."Lupa menerima cintaku," katanya dengan senyum manis."Ish ...." Kembali aku memutar bola mata, malas dengan rayuannya di jam genting seperti ini."Hayolah, setidaknya beritahu kalo aku boleh berharap," teriaknya dari dalam mobil.Aku hanya melambai ringan sambil membalas senyumannya dan langsung menuju ke ruang staf dapur untuk mengisi absen dan mulai bekerja.Bukannya hati ini tidak berdebar-debar atas sikapnya
Read more
baper
Kuhempaskan tubuh ke jok belakang GrabCar dan meminta Pak supir untuk langsung menuju rumah orang tuaku, aku sungguh lelah hari ini.Sore ini aku tak pulang bersama Mas Rafiq karena dia masih ada pekerjaan penting. Jadi aku memilih untuk pulang sendiri.Sepuluh menit berkendara Tiba-Tiba ba taksi dihentiikan oleh supirnya."Ada apa, Pak?" tanyaku heran."Itu ada yang meminta untuk berhenti, Mbak.""Lho ...." Aku langsung menoleh ke belakang dan melihat mobil Mas Rafiq sedang memberi isyarat agar taksiku berhenti.Ia terlihat turun lalu menghampiri jendela Pak supir."Ini saya bayar ongkosnya, Pak. Penumpang Bapak saya ambil alih," katanya yang kemudian membuka pintu tempat aku duduk dan meraih tanganku lalu mengajak keluar dari taksi itu."Ada apa,Mas? Bukannya Mas tadi bekerja?" tanyaku."Calon istriku harus pulang denganku, tentang pekerjaan selama tdak darurat aku masih boleh minta izin.""Tapi kenapa, Mas? Rumahku jauh dan akan menyita waktunya, Mas.""Biarin," katanya sambil memb
Read more
POV ikbal
Senja 10 tahun yang lalu,Gadis manis Putri Ayah angkatku itu duduk sambil bersenandung kecil menungguku yang tengah memancing ikan di telaga yang tak jauh dari lokasi pesantren Dan rumah ayahnya.Sesekali ia mencubit kecil lenganku,berdiri membacakan puisi yang tiba-tiba timbul di dalam pikirannya atau menyanyikan penggalan lagu yang sering didengarkan di radio atau juga bersenandung tentang nasyid dan shalawat Nabi sedang aku selalu tersenyum menanggapi semua tingkah pola adik angkatku itu."Mas alangkah senangnya jika setiap hari kita hidup tidak perlu memikirkan pelajaran dan beban," cetusnya sambil merebahkan diri di papan kayu yang menjadi dermaga kecil tempat kami memancing atau menceburkan diri ke dalam cekungan luas berisi air yang sangat jernih itu."Oh ya, lantas mau jadi apa nanti kalau mau hidup dengan cara bersantai-santai saja?" aku menanggapinya sambil menggeleng geleng pelan."Mas Ikbal siswa yang pintar jadi tidak perlu pusing dengan semua PR dan pelajaran sedang
Read more
minta sesuatu
Tok tok ...Rumahku beberapa kali diketuk di pagi ini, aku dan orang tuaku sedang menikmati sarapan akhirnya saling berpandangan dan saling bertanya siapa kiranya yang pagi-pagi datang bertamu. Aku yakin tamu yang mengetuk itu adalah orang yang jauh karena jika orang terdekat seperti tetangga atau kerabat Ibu dan Bapak mereka pasti akan langsung masuk sambil memanggil namaku atau nama ibu.Kuletakkan alat makan lalu mencuci tanganku kemudian menuju pintu dan membukanya, aku terkejut karena kudapati beberapa orang santri dan Ayah Soraya datang ke rumahku, beberapa detik aku terkesiap dan juga sangat heran apa kiranya yang mereka inginkan kan untuk menemuiku."Selamat pagi, Jannah," kata ustaz Hamid menyapaku pelan, "Assalamualaikum," lanjutnya."Waalaikumsalam, selamat pagi, Pak, silakan masuk Pak," jawabku sambil mempersilakannya.Kursi roda itu didorong oleh salah satu santrinya kemudian masuk kedalam ruang tamu sederhana rumah Bapak lalu aku mengambil tempat yang berseberangan den
Read more
pria tua
Pria tua yang terlihat berkharisma dan penuh pengaruh itu, masih terdiam di ruang tamu rumah kami.Ia tercenung sesaat lalu berkata,"Aku tidak memaksa andai kamu menolakku, tapi aku mohon pertimbangkan ini demi kebaikan kita semua," ucap ustaz Hamid kembali melancarkan bujukannya."Apa maksud Anda ustadz Hamid? Saya sudah tegaskan, saya tidak menerima permintaan Anda, Ustad.""Aku ingin kau mempertimbangkan harga dirimu, juga kehormatan keluargamu," ucapnya sambil menaikkan sebelah alisnya sekaligus memberi tatapan yang tidak kumengerti maksudnya."Aku semakin tidak mengerti, Ustad.""Aku punya beberapa bukti yang akan membuatmu menyadari bahwa penawaranku tak akan merugikanmu," lanjutnya yang kemudian meneguk teh yang disiapkan Ibu. Ia mengangsurkan selembar kertas yang dari dalamnya ia buka ternyata fotoku dan foto Mas Rafiq.Mereka menangkap gambar ketika kami berdua di mobil petang kemarin.Di sana ada beberapa posisi dimana ketika Mas Rafiq memegang tanganku dan menariknya,
Read more
POV rafiq
"Assalamualaikum," bunyi sapaan dari pintu depan."Aku dan orang tuaku yang sedang berunding di ruang tengah seketika tersentak dengan suara panggilan seorang pria dari depan sana"Ya, waalaikumsalam," jawabku yang langsung beralih ke pintu depan."Mas Rafiq, mari masuk," ucapku mempersilakan dokter baik yang membawa bungkusan entah apa di tangannya yang langsung ia letakkan di atas meja."Jannah, apa kabar? Kenapa sepanjang hari ini kamu belum menjawab telepon atau chatku?" cepatnya yang langsung membulatkan mata salah tingkah. Aku gugup dengan tatapan mata dan senyum menggodanya sedang aku malu pada kedua orang tuaku."Sssstt ... Dokter apa maksudnya mencariku hanya karena lupa balas chat?" tanyaku."Rindu," jawabnya singkat dengan senyum mengembang ala bintang Korea."Ya Allah, Mas. Aku sebenarnya baru mendapat masalah yang sedikit rumit, Mas," kataku sambil mendudukkan diri di seberangnya."Masalah apa?" ....Aku menceritakan semuanya dan Dokter Rafiq memperhatikan dengan seksa
Read more
kejutan lagi
Bismillahirrahmanirrahim 🌺Tatkala matahari telah meninggi, kutemukan pesan jika Mas Ikbal telah dibawah pergi dari rumah sakit Siti Fatimah Medical Centre.Fahmi memberi tahu sejak kedatangan Dokter Rafiq Ustad Hamid seperti kebakaran jenggot, ia mengambil keputusan dengan cepat demi menjaga martabat dan citra dirinya.Begitu kata Fahmi menerangkan padaku, namun aku tak begitu mengkhawatirkan tentang pria tua itu, aku hanya berharap semoga Mas Ikbal dirawat ke tempat yang lebih baik dan mendapat perhatian yang sepantasnya.Tring ....Ponsel berdering ketika aku sedang sibuk bekerja, tadinya kuabaikan dering tapi karena gawai itu terus berdering dan mengganggu akhirnya kuputuskan untuk menjauh sejenak dari dapur dan mengangkatnya."Halo," sapaku."Assalamualaikum, ini aku," kata suara khas yang selalu lembut menyapaku."Iya, Mas Rafiq ada apa?""Aku menyiapkan sesuatu untukmu keluar ke halaman samping rumah sakit," suruhnya."Tapi aku sibuk," elakku karena merasa tak ingin meninggalk
Read more
apakah ayah
Sesampainya di rumah sakit kami segera bergegas menemui Mas Ikbal di ruang perawatannya.Kami menunggu beberapa saat di kursi tunggu kali setelah diperbolehkan, kami bisa masuk.Dari ujung koridor terlihat para santri berkumpul dan beberapa dari mereka terlihat sedih dan tegang, dari pintu masuk ruangan kelas VIP itu, kudapati kedua mertua Mas Ikbal sedang menungguinya, Uminya terlihat menyeka air matanya berkali-kali, sembari menatap Mas Ikbal putra angkatnya itu.Mas Ikbal terlihat merintih kesakitan sedang beberapa orang mengipasi sambil sesekali mengucapkan kata menghibur agar Mas Ikbal tenang dan tidak terus mengadu kesakitan.Kini Mas Ikbal dirawat menggunakan alat bantu pernapasan dan dia terlibat begitu lemah dan tak berdaya."Assalamualaikum," sapaku pelan."Waalaikum salam," jawab mereka hampir bersamaan.Kuhampiri ranjang Mas Ikbal sambil kugendong putrinya. Aku tahu saat itu kami tak boleh membawa anak kecil ke rumah sakit tapi karena memohon pengecualian maka dengan izi
Read more
selamat tinggal
"Apa?! Gawat?""Iya, Mbak. Mas ikbalnya udah gawat sekali ini, sebaiknya Mbak Jannah bawa Raisa,' jawab suara dari seberang sana.Kulirik jam dinding dan waktu menunjukkan pukul setengan tiga pagi, putriku yang terlelap di sampingku rasanya tak tega untuk membangunkannya."Mungkin dia cuma down, sebentar lagi akan stabil," kataku mencoba menghibur diri sendiri dan lawan bicaraku."Gak, Mbak, Mas Ikbal sudah kehilangan kesadaran, denyut jantungnya sudah sangat lemah, Mbak, segeralah datang," pinta santri itu dengan nada bergetar."Benarkah?""Sungguh, demi Allah, Mbak. Mbak Soraya dan orang tua mereka telah menangis di sana, setelah dokter memberikan gelengan pelan pertanda semuanya akan berakhir," jawabnya."Dari mana nereka begitu tahu dan yakin Mas Ikbal akan meregang nyawa," kataku gusar dan gemas."Mbak datang aja ke sini dan lihat sendiri," pintanya.Ku tutup penggilan, tercenung sesaat, memikirkan tentang Mas Ikbal. Kelebatan wajahnya muncul seolah ingin mengucapkan selamat ti
Read more
PREV
1
...
34567
...
12
DMCA.com Protection Status