Semua Bab Jerat Cinta Tuan Vampire: Bab 131 - Bab 140
154 Bab
Tiga Impian
Tepat hari ini, sesuai janji Rey pada Suci. Raja Vampire itu membawanya ke sebuah gunung untuk melihat matahari terbit bersama. Suci yang sejak tiga hari semenjak dia sadar sudah lebih baik, memutuskan pergi bersama suaminya menikmati indahnya ciptaan Yang Empunya Hidup di depan mereka. Langit jingga diikuti matahari yang perlahan keluar dari persembunyiannya memancarkan cahaya hangat nan menyejukkan.  Rasa hangat itu ikut mengalir memenuhi hati mereka. Suci bersandar dengan nyaman di bahu kekar Rey begitu sinar matahari pagi terasa di kulitnya.  "Indah sekali…," ucap Suci terkesima. "Kamu menyukainya, My Lady?"  Suci mengangguk. "Sangat, Rey. Aku selalu suka melihat matahari terbit sejak kecil. Dulu aku bahkan pernah membayangkan melihatnya bersama pria yang aku cinta. Aku tidak menyangka hari ini akhirnya aku bisa memenuhi salah satu i
Baca selengkapnya
Aurora
Reykjavik Islandia.  "Pakai mantelmu My Lady … di sini lebih dingin dari Jerman." Rey merapatkan mantel bulu Suci, memastikan wanitanya selalu hangat di tempat yang benar-benar sangat dingin. Cuaca di sana bisa berada di mines sepuluh dengan tingkat beku yang sangat cepat terjadi. Rey selalu mengingatkan Suci untuk banyak bergerak sementara mereka menunggu sesuatu yang sangat ingin dilihat oleh wanitanya. "Apa kita bisa melihat Aurora hari ini, Rey?"  "Pasti My Lady. Kamu tenang saja, Aurora yang kamu inginkan sebentar lagi akan muncul di atas kita." Rey mendekap tubuh Suci dari belakang dengan tangan mengusap-usap perut rata Suci. "Aku sungguh tidak sabar. Aku ingin mengabadikan momen malam ini dengan kamera ponselku." Suci merogoh ponselnya dari saku mantel yang langsung ditahan oleh Rey. "Tidak perlu, My Lady. Akan ada
Baca selengkapnya
Yogyakarta
Yogyakarta, Indonesia. "Kamu mau pesan apa My Lady?" Suci tampak sibuk membaca buku menu di depannya. Dilahirkan dari wanita berkebangsaan Indonesia, Suci sangat fasih berbahasa. Dia diajarkan bahasa oleh ibunya sejak masih kecil.  Susi ingin meski anak perempuannya lahir dan besar di Jerman, dia mau Suci harus bisa berbahasa Indonesia dan tidak melupakan dari mana asal darahnya mengalir.  Suci terlihat membaca semua daftar menu yang ada di restoran dengan seksama, terlalu banyak sampai dia bingung harus memesan yang mana.  "Semua makanan yang ada di menu sepertinya sangat enak, Rey. Aku tidak tahu harus memilih apa." Rey tersenyum, ikut membaca buku menu restoran yang tempatnya cukup kecil namun juga cukup nyaman menurutnya.  Hidup selama beratus-ratus tahun, Rey bisa dengan mudah berbicara dan mengerti bahasa yang ad
Baca selengkapnya
Mengertilah
"Rey…," panggil Suci. "Ada apa My Lady?"  "Aku ingin bertanya sesuatu."  Rey mengangguk, memeluk wanitanya dari samping. "Katakan apa yang ingin kamu tanyakan," ucapnya lembut. "Orang tuaku, apa selama aku koma mereka pernah datang ke kastil?" tanya Suci penasaran. Rey langsung diam, bingung harus berkata apa. Dia benar-benar lupa tentang kedua mertuanya. Terlalu sibuk memikirkan waktu tenggat yang diberikan King membuat Rey lupa mengatakan bagaimana kondisi pasangan suami istri itu pada Suci. "Aku hanya ingin tahu saja apa mereka pernah menghubungimu atau tidak Rey. Aku sedikit khawatir dengan keadaan mereka," sambung Suci terdengar kelu. Rey mengerti dengan perasaan Suci, kesalahannya juga kenapa tidak mengatakan kondisi orang tua Suci sebelumnya padanya. "Mereka sebenarnya ada di kastilku My Lady."
Baca selengkapnya
Demi Istri
Kembali ke kastil Rey setelah menghabiskan waktu dua hari di Negara yang berbeda, Rey mengikuti kemauan istrinya pulang sebelum waktu yang ditentukan. Rencana yang dia susun harus buyar setelah Suci membahas kedua orang tuanya. Rey kini harus memutar otak mencari momen yang pas untuk memberitahukan kesepakatan antara dia dan King, yang tinggal tiga hari lagi.  "Mereka ada di sini?" tunjuk Suci pada pintu kamar tamu di kastil Rey. Rey mengangguk sembari membuka pintu perlahan. "Iya, kamu bisa masuk memastikannya."  Suci berjalan melewati Rey yang mempersilahkan istrinya masuk lebih dulu ke sana.  Tiba di dalam kamar dengan lampu tidur yang sengaja dipasang di sudut kamar, Suci mendekati ranjang di mana orang tuanya tengah tertidur pulas.  Senyum yang mengembang di wajah mereka menandakan keduanya sedang bermimpi indah saat ini. Suci sontak
Baca selengkapnya
Ibu dan Ayah
"Bagaimana perasaanmu, Sayang? Apa ada yang sakit?" Entah sudah keberapa kalinya Susi menanyakan hal yang itu-itu saja pada anak perempuannya. Suci sudah duduk bersandar di ranjang perawatan, dengan Susi dan Charlie berdiri disamping kanan dan kiri ranjang. Wajah khawatir namun juga lega masih terpancar di wajah keduanya. Meski melihat Suci sudah membuka mata dan dalam keadaan yang baik-baik saja, tapi perasaan khawatir sebagai orang tua akan anak tercintanya masih terus mendera mereka. Charlie bahkan meminta Michael yang ikut berada di sana memeriksa keadaan Suci berulang kali.  "Aku tidak apa-apa, Mom, Dad. Kalian tidak perlu khawatir. Aku merasa sudah lebih baik dari sebelumnya," sahut Suci berusaha menenangkan orang tuanya. "Tapi wajahmu masih pucat Suci. Apa kamu tidak merasa pusing atau berdengung di kepalamu?" tanya wanita paruh baya dengan guratan cemas di wajahnya. 
Baca selengkapnya
Darah Keturunan
"Bisa kita bicara berdua, Rey?"  "Tentu, Dad. Ayo ikut aku," ajak Raja Vampire pada ayah mertuanya. Charlie memberi isyarat pada tabib kepercayaan Rey sebelum beranjak meninggalkan pria itu. Michael menatap kepergian mereka dengan hati yang sedikit gelisah.  Dia berharap Charlie tidak akan meminta Rajanya berpisah dengan Ratu mereka setelah kejadian ini, mengingat tekanan dari istrinya yang kemarin sempat memarahi Rey.  Pria berambut putih dengan kulit tubuhnya yang selalu pucat, membawa Charlie ke ruang pribadinya yang cukup jauh dari tempat mereka bertemu tadi. Berjalan beriringan Rey dan juga Charlie hanya diam dengan pikiran yang sama-sama berkecamuk di dalam sana. "Masuklah, Dad." Rey membuka pintu, mempersilahkan Charlie masuk lebih dulu. Charlie mengangguk dan melangkah masuk, duduk di kursi sofa dalam ruang pribadi yang cukup kuno menur
Baca selengkapnya
Membujukmu
"Kenapa cepat sekali Mommy dan Daddy pulang? Aku baru saja sadar, Mom. Tidak bisakah kalian menunggu sampai satu Minggu kedepan?" pinta Suci menatap bergantian Susi dan juga Charlie. Sehari setelah kedua orang tuanya bangun dari tidur panjang mereka, Charlie meminta Susi pulang bersamanya. Pasangan suami istri itu kini sedang berpamitan pada Suci yang duduk di kursi roda. "Mommy juga ingin, Sayang. Tapi Mommy harus menemani Daddy-mu kali ini. Kamu tahu dia harus selalu Mommy temani, kan? Kami akan segera menemuimu kembali begitu semua urusan pekerjaan Daddy selesai," janji Susi pada anak perempuannya. Wajah sedih sama-sama terlihat darinya dan juga Suci. Charlie sedikit tidak tega memisahkan ibu dan anak itu seperti ini. Namun mengingat ada sesuatu yang harus menantunya katakan pada Suci, Charlie memilih jalan begini demi memudahkan Rey menyampaikan hal tersebut. "Benar yang dikatakan Mommy-mu, Suci.
Baca selengkapnya
Sahabat
"Kamu bilang apa, aku harus menikah dengan pemimpin Kaum Hitam itu?!" pekik Suci terkejut. "Kamu tidak waras Rey. Bagaimana mungkin kamu memintaku menikah dengan musuhmu sendiri? Apa kamu sengaja menjualku padanya?!" marah Suci tidak terima. Suasana yang tadinya penuh cinta berubah panas menjadi penuh emosi. Suci terus melontarkan kata-kata penolakan tidak menyetujui kesepakatan antara suaminya dan King. "Dengarkan aku dulu, My Lady. Aku tidak pernah menjualmu pada siapapun. Kesepakatan itu terjadi karena aku tidak tahu harus berbuat apalagi demi membuatmu tetap bersamaku. Tolong mengertilah, aku melakukannya untuk kita berdua."  Suci berdecih, menepis tangan Rey yang masih menggenggam tangannya. "Kamu benar-benar sudah gila, Rey. Apa hubungannya kesepakatanmu antara pemimpin Kaum Hitam dengan hubungan kita?! Apa kamu pikir aku bodoh?! Koma lama tidak membuat akal pikiranku hilang Rey…!"
Baca selengkapnya
Syarat
Terus diam tidak saling bercerita dilewati pasangan suami istri Rey dan Suci selama dua hari terakhir ini.  Baik Suci maupun Rey sama-sama dibuat gundah dengan kesepakatan yang hari ini adalah batas masa tenggat yang diberikan King. Pemimpin Kaum Hitam itu dilaporkan Michael tiba di kastil Rey pagi-pagi sekali. "Dia sudah di sini?" tanya Rey baru saja keluar dari ruang kerjanya. Dua hari ini Raja Vampire hanya tidur dan berdiam diri di sana. Tidak tahu harus membujuk Suci bagaimana lagi, Rey diminta istrinya agar jangan dulu datang menemuinya. Sama seperti Rey, Suci pun ikut berdiam diri selama dua hari ini di kamar dan hanya diantarkan makanan oleh kedua maid-nya setiap jam makan tiba. "Iya, Tuan. Dia sudah menunggu di ruang tamu," sahut Michael. Rey melirik jam yang tergantung di dinding dekat mereka, melihat waktu yang masih menunjukkan pukul enam pag
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
111213141516
DMCA.com Protection Status