Semua Bab Pendekar Tengil: Bab 21 - Bab 30
387 Bab
Nan 21: Satu vs Sembilan pendekar
Melihat ada lagi yang tumbang membuat para pendekar yang masih ada di lapangan semakin waspada. Mereka mulai berkumpul saling memunggungi satu sama lainnya, namun tiba-tiba saja hempasan angin terasa masuk ke ruang di belakang mereka. ‘Bbeukhh’‘Ggdaaakk’ Windu langsung menghantamkan pukulannya mengenai dada seorang pendekar sampai tubuhnya tersungkur ke depan, Windu juga menggunakan kaki kanannya menghantam lutut pendekar lainnya dari belakang. Merasa musuhnya sudah ada di belakang para pendekar itu langsung berbalik. Tapi dalam waktu yang singkat Windu melayangkan beberapa pukulan secara beruntun. ‘Dddaakh’‘Beeukkh’‘Ggddaakkh’ Terdengar benturan benturan keras saat pukulan Windu berhasil mengenail lawannya dengan telak, tubuh mereka semua langsung terpental saat terkena pukulan beruntun Windu yang dilapisi oleh tenag
Baca selengkapnya
Bab 22: Pendekar Pedang dari Perguruan Lokasupata
“Jangan segan-segan, karena aku juga tidak akan segan untuk menghabisi kalian semua,” tukas Salaksa sambil menghunuskan pedangnya. “Apa jadinya jika kakek melihat hal ini? Apa memang semua murid perguruan besar seperti itu?” batin Indra. Indra merasa tindakan Salaksa dan Windu bertentangan dengan apa yang Braja Ekalawya ajarkan kepadanya selama ini, yah meskipun kelakuan Indra sendiri juga bertentangan dengan ajaran-ajaran gurunya. Tapi setidaknya dia merasa membunuh seseorang tanpa alasan yang jelas dan setimpal adalah sebuah kejahatan. “Apa jangan-jangan Rima juga akan bertindak seperti itu?” pikir Indra sambil perlahan menggerakan kepalanya ke samping untuk melihat Rima. Namun lagi-lagi Rima ternyata sedang menatapnya dengan tatapan mengerikan bagaikan singa yang ingin menerkam mangsanya. Indra secepat kilat mengalihkan kembali perhatiannya sambil pura-pura bersiul. 
Baca selengkapnya
Bab 23: Indra Berada Dalam Bahaya
Dua pendekar yang memakai tangan kosong langsung menyongsong kedatangan Salaksa, salah satu diantara mereka langsung memalangkan kakinya hendak menjegal laju tubuh Salaksa. Tapi pendekar tersebut langsung menjerit saat kakinya menghantam tubuh Salaksa yang melesat, terlihat kakinya langsung bengkak karena tulang lututnya bergeser. Salaksa menebaskan punggung pedangnya ke pinggang pendekar itu, seketika tubuh pendekar itu terpental dan berguling-guling di tanah pinggangnya tampak menghitam ibarat terkena luka bakar. Satu pendekar yang tadi ikut maju sudah pasrah, Salaksa mengayunkan pedangnya mengincar leher pendekar tersebut. Tapi pendekar yang membawa golok melesat dan menahan tebasan Salaksa. ‘Tttrraangg’ Terdengar dentingan senjata berbunyi, tapi golok yang menangkis pedang Salaksa langsung terpotong menjadi dua, tapi karena hal itu pergerakan pedang Salaksa menjadi agak melambat sampai pendekar yang tadi
Baca selengkapnya
Bab 24: Pendekar Berbahaya dari Aliran Hitam
“Hahaha… Apa kau sudah gila pendekar?” tanya seorang pendekar sambil menertawakan tantangan dari Indra yang kini berdiri di tengah lapangan. “Siapa sebenarnya dirimu hah? Berani-beraninya kau merendahkanku!” bentak pendekar yang seharusnya menjadi lawan Indra. “Aku Indra Purwasena dari perguruan Dharmabuana!” tegas Indra dengan lantang. “Hahaha.. aku belum pernah mendengarnya.” “Perguruan dari mana itu? Asing sekali di telingaku.” “Telingaku malah gatal mendengarnya,” terdengar para pendekar di lapangan malah mengejek perguruan Indra. “Heh kalau mau mengejek perguruanku, kalahkan dulu diriku!” bentak Indra. “Aku tidak peduli darimana kalian berasal, pada akhirnya kalian akan tetap mati,” kata pria berbaju hitam bergambar kepala kobra. So
Baca selengkapnya
Bab 25: Duel Tiga Pendekar
Karta tampak menyeringai senang kepada dua pendekar yang sudah pucat pasi tersebut, tapi dengan tubuh gemetar mereka berdua langsung berlari keluar lapangan sambil mengatakan bahwa mereka menyerah. Kini tinggal Indra dan satu pendekar lainnya yang masih berdiri menatap Karta. “Kau tidak mundur anak muda?” tanya pendekar yang berdiri tak jauh dari Indra. “Murid Dharmabuana tidak akan pernah mundur dari arena turnamen! Terlebih jika melawan manusia keji sepertinya,” tegas Indra tanpa ragu. “Mengejutkan. Jika kita selamat melawannya, suatu saat nanti aku ingin main ke perguruanmu,” kata pendekar di samping Indra sambil mulai memasang kuda-kuda. “Ya,” jawab Indra pendek sambil mulai memasang kuda-kuda dasar perguruan Dharmabuana. “Si tengil itu, apa dia tidak sadar betapa berbahayanya orang itu?” gerutu Rima yang begitu kesa
Baca selengkapnya
Bab 26: Kemarahan Indra Purwasena
Terdengar suara dentuman hebat saat ajian tapak kobra menghantam ajian brajamusti yang digunakan oleh Indra, debu-debu dan bongkahan tanah langsung berhamburan di sekeliling Indra dan Karta. Namun karena Indra tadi bergerak sambil melempar pendekar lain membuat posisi kuda-kudanya goyah, mau tidak mau saat benturan ilmu kanuragan terjadi tubuh Indra ikut oleh karenanya. Hal itu dimanfaatkan Karta dengan baik, tanpa membuang waktu dia langsung mengarahkan tendangannya sekuat tenaga disertai tenaga dalam mengarah ke dada Indra. Dalam kondisi yang tidak menguntungkan itu Indra berusaha untuk menghindar tapi gagal. ‘Bbeeeuukkhh’ “Heukh..” Indra memuntahkan darah dari mulutnya saat tendangan Karta dengan telak menghantam dadanya. Tubuh Indra terpental ke belakang dan jatuh menghantam permukaan tanah, Indra terlihat meringis kesakitan sambil memegangi dadanya. Tapi Karta seakan tanpa ada belas kasihan l
Baca selengkapnya
Bab 27: Ajian Bayubaraja
Senopati Saktiwaja terlihat tidak berkedip melihat setiap pergerakan Indra, dia sangat yakin kalau dia sudah pernah melihat pergerakan seperti itu selama ini tapi entah dimana. Hal itu membuat Adipati Janggala yang ada di dekatnya juga terlihat heran melihat sikap Senopati. “Ada apa tuan?” tanya Adipati Janggala. “Rasanya aku sudah pernah melihat gerakan silat pemuda itu sebelumnya,” jawab Senopati tanpa mengalihkan pandangannya. “Tapi saya baru kali ini mendengar namanya, kalau tidak salah dia namanya Indra Purwasena,” tukas Adipati Janggala. “Aku juga baru kali ini mendengarnya, bahkan wajahnya sangat asing bagiku. Tapi gerakan silat itu entah mengapa rasanya sudah pernah aku lihat sebelumnya,” ujar Saktiwaja. Mendengar hal itu Janggala kembali menatap Indra yang sedang jual beli serangan dengan Karta. Sementara itu pendekar yang
Baca selengkapnya
Bab 28: Duel Sampai Mati
“Ajian ngalajiwa!” gumam Karta sambil melesat dari arah belakang Indra. Tapi Indra dengan konsentrasi penuh langsung memutar kaki kanannya setengah lingkaran ke belakang, kini tubuhnya tepat berhadapan dengan tubuh Karta yang tidak terlihat. Indra membuka matanya dan menarik tangan kanannya ke belakang setelah itu dia langsung melesat ke depan dengan menghantamkan ajian bayubaraja. Karta tampak sangat terkejut karena dia tidak mengira Indra akan menyadari posisinya yang sedang menggunakan ajian malih warni, Karta saat itu juga langsung menghantamkan ilmu kanuragan miliknya membentur ajian yang digunakan Indra. Saat tangannya bertemu dengan tangan Indra tubuhnya terasa begitu panas hingga wujudnya terlihat kembali. Perlahan sesuatu yang panas seakan naik ke tenggorokannya. Rima yang tadi terpental ke belakang kembali merangsek ke depan, dia sangat ingin melihat apa yang terjadi sebab getaran tanah yang dia ras
Baca selengkapnya
Bab 29: Pria Mencurigakan
“Ikat pinggang itu?” gumam Senopati Saktiwaja dengan mata terbelalak melihat ikat pinggang hitam bergambar tengkorak yang baru Indra kenakan. Cangkir bambu yang dia pegang di tangan kanannya tiba-tiba hancur berkeping-keping membuat air teh di dalamnya tumpah, Adipati Janggala yang melihat hal itu langsung terkejut. “Ada apa tuan senopati?” tanya Adipati dengan raut wajah khawatir. “Tolong panggilkan salah satu pengawalku kemari, Janggala,” perintah Saktiwaja yang terus menatap tajam Indra di kejauhan. “Baik Senopati,” jawab Adipati sambil bangkit hendak menunaikan perintah Senopati meski dia tidak tahu untuk apa Saktiwaja meminta pengawalnya ke sana. “Kisanak, silahkan keluar. Pertandingan selanjutnya akan segera dimulai,” ucap pria di tengah lapangan saat melihat Indra masih mondar mandir. “Oh baik-baik,” j
Baca selengkapnya
Bab 30: Serangan Rahasia Ki Bisara
Rima yang penasaran dengan kata-kata Ki Bisara langsung melesat dengan melayangkan tendangan kaki kanannya mengincar leher, tapi dengan sigap Ki Bisara menunduk menghindarinya. Tapi Rima langsung menggerakan kaki kanannya ke bawah mengincar tubuh Ki Bisara tapi lagi-lagi Ki Bisara menghindarinya dengan mengelak ke samping. Kelihatannya Ki Bisara memang tahu betul seperti apa Rima akan bergerak, sebab serangan tak terduga seperti itupun tetap bisa dihindari olehnya. ‘Bbeerrrgghh’ Hujaman kaki Rima hanya menghantam permukaan arena saja. Rima tidak berhenti lama karena dia kembali menyerang Ki Bisara dengan pukulan tangan kirinya, lagi-lagi Ki Bisara berhasil menangkis pukulannya hingga terdengar suara benturan keras. Rima langsung melompat ke udara dan berjungkir balik dengan posisi kepala di bawah, secara beruntun dia melayangkan pukulannya mengincar Ki Bisara. ‘Ddaakhh’‘Dddsssshh&rsq
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
39
DMCA.com Protection Status