Semua Bab Salju Hitam di Venesia: Bab 21 - Bab 30
61 Bab
Keluar Jalur
Matahari sudah terbenam. Tanda aktivitas malam mulai tiba. Banyak individu melakukan berbagai hal di setiap sudut kota. Pernak-pernik natal pun tampak menghias gedung-gedung yang ada. Deska membawa Yepa menyusuri jalanan yang ramai. Keduanya melangkah maju saling berdampingan dan berpegangan tangan. Mereka terlihat serasi hingga membuat beberapa pasang mata terkagum-kagum dan iri. "Kalau saja ini kemarin, kita bisa pergi ke restoran pizza dulu," keluhnya. "Setelah itu, kita akan bersenang-senang dan mengunjungi banyak tempat." Lalu apa? Yepa tak acuh sama sekali. Itu bukan urusannya. Mereka berkencan atau tidak, hasilnya tetap sama saja. Bahkan saat ini ia tidak peduli dengan penampilan De
Baca selengkapnya
Sosok Tak Diundang
Sejak Yuvika hadir di antara mereka, tidak ada lagi hal-hal yang menyenangkan terjadi. Kencan manis berubah menjadi hambar dan membosankan. Ini seperti acara jalan-jalan biasa antar teman pada umumnya. Entah sudah berapa ribu kata umpatan yang terus mengalir di dalam hatinya. Deska ingin mengutuk. Bahkan ingin merobek wajah itu saking najisnya. "Deska?" "Ah, ya?" Deska menoleh ke arah sang kekasih yang duduk di sampingnya. "Ada apa?" Yepa tersenyum. Ia meremas tangan Deska yang ada di bawah meja. "Apa kau masih punya tempat yang ingin dikunjungi?" "Aku tidak punya," katanya berbohong. Jika mereka pergi, ia apa bisa menyingkirkan dua orang yang tersisa? "Bag
Baca selengkapnya
Kincir Ria
Yepa melihat pemandangan yang ada di sekitarnya mulai berubah. Awalnya itu dekat dengan tanah. Lalu lambat laun meninggalkan daratan hingga perlahan-lahan gondola yang ia tumpangi bergerak ke atas dan kemudian berhenti di ketinggian tertentu. Hampir sejajar dengan langit hitam yang berbintang.   Panorama kota di malam hari memang yang paling menarik. Membuatnya tak pernah bosan mencicipi keindahan tersebut. Sejenak ia berpikir bahwa ini cukup bagus. Sampai seseorang meremas tangannya. Ia pun kembali tersadar. Masih ada orang lain di sampingnya.   "Apa kau menyukainya?"   Entah sengaja atau tidak, bisikan hangat itu agak menggelitiknya. Ia pun menyahut tanpa menoleh seraya berpura-pura tidak terjadi apa-apa, "Ya."  
Baca selengkapnya
Balik Mata
Suara pintu tertutup keras terdengar sangat nyaring. Sebuah tas selempang wanita berharga ribuan euro terlempar ke sembarang tempat. Sepasang sepatu tanpa hak terlepas dari kaki sang pemilik. Tergeletak tak berdaya di atas lantai berpermadani merah. "Benar-benar sial," gerutunya. Yuvika duduk di tepi ranjang dengan tangan dan kaki terlipat erat. Wajahnya beraroma masam dengan kening berkerut dalam. Ia mendengkus dengan perasaan kecut. "Apa Dewi Keberuntungan sedang tidak berpihak kepadaku?" Sejak ia memutuskan untuk mengacaukan kencan di antara Deska dan Yuvika, nasib baik itu sepertinya pergi ke antah-berantah. Kemunculan pria tua idiot itu menjadi pertandanya. Lalu setelahnya ada wanita yang membuatnya merasakan krisis di berbagai tempat. Hingga
Baca selengkapnya
Wanita Sangat Jelas dalam Benci dan Cinta
Ketika Laiv menginjak kediaman Hirawan, tidak ada jejak arogan yang tercium walaupun tempat itu memajang berbagai benda berharga di sekelilingnya secara terang-terangan. Sebaliknya, justru terdapat kehangatan yang memancar dan seolah-olah berkata, "Ini adalah rumahmu". "Tempat tinggal kakekmu sangat nyaman," komentarnya ringan. "Aku juga merasa seperti itu," tanggap Yepa tanpa menoleh. Jelas ia sangat menyukainya. "Ngomong-ngomong, kau beruntung masih bisa bertemu dengan kerabatmu," lanjutnya. "Yang lain belum tentu." Apalagi dengan status sosial seperti ini. Pasti sangat sulit, pikir Laiv. Yepa tidak balik bertanya, tetapi ia tersenyum tipis dan malah berkata dengan enteng, "Di kehidupan ini aku memang agak mujur."
Baca selengkapnya
Firasat
Saat kediaman Jahan tidak menerima tamu, tempat itu akan menjadi sunyi seolah tidak ada kehidupan di dalamnya. Sang kepala keluarga yang telah pensiun dini pun tidak lebih dari memanjakan diri tanpa niat terselubung lantaran sang putra satu-satunya tengah sibuk mengejar ambisi. Zalka tidak pernah berkomentar lebih akan keputusan putranya sendiri. Ia pun tidak ikut campur selama itu masih berada dalam batas wajar. Namun, akhir-akhir ini ia selalu berpikir. Apakah dirinya memang menginginkan hal ini? Naik kelas merupakan impian semua kalangan. Tak terkecuali dengan mereka yang sudah berada di atas sekalipun. Status sosial tertinggi menjadi tujuan yang paling menggiurkan. Dan demi mendapatkannya, tentu saja harus mengorbankan banyak hal dengan ukuran yang setimpal. "Papa."
Baca selengkapnya
Wanita Sangat Mengerikan
Kebanyakan wanita akan berdandan habis-habisan demi menarik perhatian si kekasih saat berkencan. Akan tetapi, Yepa meninggalkan hal-hal feminin itu dan merubah penampilannya menjadi lebih kelaki-lakian. Pada hari itu ia mengenakan celana jins standar serta kaos oblong jingga polos yang berpadu dengan jaket semi parka dan sneakers berwarna hijau tua. Ia pun mengikat rambut auburn panjangnya dengan bentuk ekor kuda. "Bagaimana?" Yepa berkacak pinggang di hadapan Laiv dengan dagu terangkat tinggi. Laiv bertepuk tangan dan mengacungkan dua jempolnya seraya memuji, "Kau sangat keren, Yeye!"&nbs
Baca selengkapnya
Menonton Pertunjukan Secara Langsung
"Yeye, mereka akan tidur di sana, 'kan?" Laiv menunjuk ranjang hotel besar itu dengan penuh antusias. "Ya, mereka akan menggunakannya malam ini," balasnya tak peduli. "Yeye." Laiv menatapnya dengan mata cerah yang mengandung segudang harapan di dalamnya. "Bolehkah aku mencobanya sebelum mereka?" "Terserah. Lakukan apa pun yang kau mau." Yepa melambaikan tangan acuh tak acuh. Ia melangkah dan duduk di atas sofa tunggal yang menghadap langsung ke arah tempat tidur dengan pandangan dingin. Laiv bersorak. Ia menerjang tempat tidur itu dengan penuh kegembiraan. Berguling-guling di atasnya tanpa pengekangan. Kemudian ia berbaring sejenak sembari menatap ke atas langit-langit ruangan yang bersih. 
Baca selengkapnya
Menjaga Perasaan
Taveti tidak berkomentar. Atau lebih tepatnya ia tidak tahu harus berkata apa mengenai berita yang ia terima pagi ini. Apakah ia terkejut? Tidak sama sekali. Hanya saja ia tidak pernah menduga hal ini akan terjadi. "Itu yang mereka lakukan?" tanyanya menegaskan dengan tatapan kosong. "Ya, Tuan." Sergio mengangguk. "Itu benar dan faktanya memang seperti demikian. Nona Yepa sendiri yang membuat skandal tersebut." Karena ia sudah berjanji pada Yepa akan mendukungnya secara penuh, apa yang bisa ia perbuat? Oh, dirinya bukan termasuk tipe makhluk yang usil pada keluarganya sendiri. "Cucuku yang satu ini benar-benar …," desahnya. "Coba tebak. Jika aku dan dia ada di generasi yang sama, maka bukankah anak ini akan m
Baca selengkapnya
Selamat Tinggal
Beda situasi, lain pula penanganannya. Yepa berdandan cantik demi mengantar kepergian Deska yang hendak mengadakan perjalanan bisnis. Ia sengaja melakukan tindakan tersebut sebagai tanda kenangan manis terakhir di antara mereka berdua. Ia menghias surai panjang cokelat kemerahan lurusnya yang indah dengan sebuah jepit rambut berbentuk kepingan salju pemberian pria itu. Ia mengenakan gaun pendek serta sepatu putih kesayangannya dengan penuh senyuman. Dengan hiasan wajah sederhana, ia terlihat semakin memesona. Bak peri keindahan yang sangat molek. "Hm, apa lagi yang kurang, ya?" Yepa mematut diri di depan cermin sembari mengetuk dagu. Mencoba mengingat apa yang te
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status