All Chapters of Salju Hitam di Venesia: Chapter 11 - Chapter 20
61 Chapters
Tidak Masalah Bahkan jika Harus Bersekutu dengan Iblis sekalipun
Karena kesempatan itu datang tepat ke depan pintu, Yepa tidak akan menyia-nyiakannya. "Kakek, aku punya permintaan," katanya tiba-tiba. Taveti memandangi wajah cucu perempuannya dengan ramah. "Apa yang bisa Kakek bantu?" "Aku ingin menjatuhkan seseorang," katanya tanpa sembunyi-sembunyi, "sebagai gantinya aku bersedia melakukan apa pun untukmu." "Apa pun?" Taveti seketika mengubah wajahnya dan bertanya dengan hati-hati, "Kau yakin dengan perkataanmu itu?" Yepa mengangguk dengan sungguh-sungguh. Ia memahami dengan jelas apa arti dari kedua kata tersebut. Ia bukan lagi dirinya yang dulu. Gadis lugu yang selalu menginginkan segala hal serba pertama. Ia tahu ada balasan untuk semua ini. "Jadi, kau akan mencari kakakmu setelah hal ini berakhir?" terka Taveti tanpa mengalihkan pandangan. "Berapa lama itu?" "Ya, Kakek." Yepa mengangguk dengan perasaan lega. Ia tidak segera menjawab pertanyaan selanjutnya, tetapi memikirkannya terlebih dahulu. Menurut perkiraannya, rencana Deska dan Yuvi
Read more
Pertemuan Keluarga
"Deska, bagaimana menurutmu?" Yuvika memamerkan busana yang ia kenakan dengan penuh semangat. Gaun pendek berwarna kuning pucat yang membungkus indah tubuhnya. Mata Deska hanya memindai penampilan Yuvika dengan pandangan biasa-biasa saja. Tidak ada yang istimewa. "Bagus," sahutnya singkat. Sudah Yuvika duga tanggapan seperti itu yang akan meluncur dari mulut Deska. Ia mendesah dan tetap memasang wajah tersenyum. Tidak perlu berkecil hati. "Maaf, aku terlalu bersemangat," katanya. "Aku tidak bisa menahan diri ketika mendengar berita ini. Jarang sekali kakek mau datang ke Venesia." Deska mengangguk. "Tidak apa-apa." Ia bisa mengerti. Pria yang senang berpetualang itu memang memberinya kejutan. Mendadak ingin menetap di Kota Air ini. "Karena kau sudah siap, kita akan pergi sekarang?" "Ya." Yuvika tersenyum manis. Ia menghampiri Deska dan berdiri di sisinya. "Kakek pasti akan senang melihatmu." Meskipun Deska ingin memanjat dengan menggunakan nama keluarga itu, tidak ada ketertarikan
Read more
Kejutan
Baginya, menerima sarapan dari Yepa secara cuma-cuma adalah suatu keajaiban dunia. Bagaimana tidak? Ia terlalu mengenalnya dengan sangat baik. Tidak mungkin pundi itu akan terbuka dengan tiba-tiba kalau tidak ada maksud di baliknya. "Apakah dunia akan segera runtuh?" tanyanya pada diri sendiri. Laiv menggelengkan kepala dengan ngeri. Tidak mungkin. Imajinasinya terlalu tinggi. Bisa-bisa ia menjadi gila sebelum waktunya. Lagi pula, ia sudah memutuskan untuk membantunya. Ia tidak boleh meragukannya apa pun yang terjadi. Dan ia baru menyadari ada sesuatu yang janggal setelah semua hidangan itu memasuki perutnya tanpa halangan. Ini mengenai sosok yang mengantarkan makanan tersebut. Dari sudut pandangnnya, orang itu tampak seperti seorang pengawal kelas elit. Ia pun merasa kalau orang itu bukan milik Deska. Bukannya meremehkan, tetapi ia tahu benar pria itu tidak memiliki rasa dalam hal ini. Yah, sejak kapan pacar dari sahabatnya itu sangat berhati-hati dan suka menggunakan pihak ketiga?
Read more
Utara dan Selatan
Taveti duduk sembari menyilangkan kaki dengan wajah dingin di ruang pribadi. Tidak ada yang tahu suasana hatinya saat ini. Apalagi mencoba membaca pikirannya. Selain itu, kondisi ruangannya yang bergaya klasik membawa sedikit nuansa kaku dalam setiap napas. Tidak ada yang akan pernah mengira bahwa dirinya memiliki sisi yang satu itu. Sergio yang berseberangan dengan tuannya berdiri dengan tenang. Tidak terpengaruh oleh atmosfer apa pun. Hanya menantikan dengan sabar perintah itu datang maupun memberikan pendapat. Suara desahan itu terdengar halus. Taveti mengubah temperamennya menjadi lebih bersahabat. Ia mengambil gelas wine dan memainkannya dengan santai. Cairan berwarna merah tua tersebut bergerak mengikuti arus sang pengendali. "Aku tidak punya masalah dengan anak dari keluarga Jahan itu," katanya perlahan. "Tapi Nirwasita ini … ah, dia seperti bom waktu yang akan segera meledak." Ia melirik orang kepercayaannya. "Apa cucuku yang satu itu menghubungiku?" "Tuan, Nona Yepa mening
Read more
Saingan Cinta
Di kehidupan sebelumnya, satu hari setelah Yepa resmi menjadi kekasih Deska, seorang wanita sekonyong-konyong datang dan mendeklarasikan sebuah pernyataan yang cukup membuatnya tidak bisa tidur di malam hari. Pada saat itu ia tidak terlalu menganggap serius pengakuan dari wanita tersebut. Baginya itu hanyalah kentut belaka dan yakin dengan sepenuh hati bahwa Deska tidak akan pernah berpaling dari dirinya. Namun, kini ia merasa kalau wanita itu mungkin sudi membantu saingan cintanya ini. Ia sudah mendengar beberapa hal mengenai wanita itu dari mulut Deska sendiri. Dan ia tidak tahu harus memberi jawaban apa sebagai tanggapan. Orang ini memiliki hobi yang tidak biasa. Yakni memelihara pria cantik dan menggauli mereka setiap malam dan membuangnya ketika bosan. "Wanita yang ada di atas, eh?" Yepa memijat kening. Sungguh ia sendiri, sebagai wanita tulen, masih tersihir oleh penampilannya yang sangat luar biasa. Saking cantiknya, itu jatuh menjadi tampan. Hampir membuat dirinya bingung k
Read more
Sekutu
Raveena terkekeh singkat. "Aku tahu kau akan mencariku." Ia memainkan rambut panjang cokelat ikalnya yang tergerai elok. "Kau tahu? Kau sudah membuatku menunggu selama satu tahun lebih." Yepa terdiam. Jangan katakan kalau wanita ini sengaja menghitungnya demi menantikan hari ini tiba? Seandainya memang demikian, itu sangat luar biasa. Niat untuk mendapatkan Deska benar-benar besar dan kuat. Lantaran wanita ini telah berkata demikian, kesempatan untuk menjalin kerja sama masih ada. Ia mengabaikan penampilan Raveena dan suasana ambigu yang terdapat di sekitar. "Karena kau sudah tahu tujuanku, aku tidak akan bertele-tele lagi," tegasnya, "jawabanku adalah ya." Orang ini bersungguh-sungguh? Hei, ke mana rasa cinta itu pergi? Bukannya Raveena ingin menolak, tetapi ini justru terasa menarik. "Ya, ampun, Yepa. Kau terlalu serius. Jangan terburu-buru, oke?" Ia tidak bisa menahan senyum. Ia mengambil gaun tidur lain yang tersedia di sana dan mengenakannya dengan santai. Bibir Yepa berkedut
Read more
Permainan Takdir
"Ya?" Deska menerima panggilan dari Laiv tanpa ragu. "Ada apa?" "I-ini." Laiv yang ada di seberang sana tampil agak gugup. "Aku, aku ingin menyampaikan sesuatu padamu." Ada rasa tak berdaya di dalam hatinya. Apakah dirinya sangat menakutkan? "Oke, ucapkan saja dengan perlahan. Aku akan mendengarkan semua perkataanmu." "Terima kasih." Rasa gelisah yang Laiv rasakan sedikit menurun. "Aku, aku ingin pergi bersama Yepa, boleh?" tanyanya hati-hati. "Ini penting untukku." Deska tidak segera menjawab. Jika Yepa ingin membantu orang ini, baginya itu tidak masalah. Ia malah merasa terbantu karenanya. Lantaran …. "Deska, itu siapa?" 
Read more
Krisis
Senyuman bahagia terpancar dari wajah Yuvika saat ia berhasil mendapatkan manset favorit kakeknya. Ini semua berkat Deska. "Terima kasih," katanya tulus. "Kalau bukan karena kau, orang itu pasti tidak akan menyetujui permintaanku." Deska tidak memerhatikan Yuvika. Bahkan mendengarkan rasa terima kasih itu. Akan tetapi, tatapan mata itu hanya fokus pada sepasang manset yang berhiaskan batu safir dengan inisial Tuan Hirawan di dalamnya. Dari tampilannya memang sungguh karya yang sangat luar biasa. Ia juga sudah pernah mendengar tentang Tuan Al yang tersohor dalam hal pembuatan manset secara manual ini. Ia mengaguminya. Begitu pula dengan sang ayah. Mungkin karena sudah terbiasa dengan perangai ini, Yuvika tidak terlal
Read more
Obrolan Tengah Malam
Sudah terlambat untuk menyesal. Beberapa waktu yang lalu ia sangat yakin akan kemampuannya. Namun, ketika ia menemui kegagalan, ia malah merasa tidak nyaman. Seketika jatuh. "Aku …," Deska mendesah. "Aku tidak ingin melakukan apa-apa. Ini sudah tidak bisa diperbaiki." Zalka sudah tidak merasa aneh lagi pada Deska yang terkadang akan memperlihatkan sisi lemah semacam ini padanya. "Yah, cukup sadar diri juga," komentarnya enteng. "Ini baik-baik saja." Deska segera mengosongkan segelas minuman itu dan menuangkannya lagi. "Papa tidak kesal padaku?" tanyanya agak heran. Apa putranya sudah mabuk? "Kau sudah besar dan tahu apa tanggung jawabmu sendiri. Apa
Read more
Minggu Sore
Ketika seseorang tengah mencoba menutupi sesuatu dari pasangannya, maka orang tersebut akan bersikap di luar kebiasaan. Yepa sudah menebak hal ini dengan akurat. Mungkin bagi Deska hal tersebut merupakan cara terbaik demi menebus kesalahan tempo lalu, tetapi untuknya itu mubazir. Ia mengabaikan panggilan telepon dari Deska. Membiarkan ponsel itu terus menyala dan bergetar, bergerak-gerak di atas meja. Meski ada segala jenis kudapan manis sebagai penghibur, ia tetap menatap tanpa minat sampai benda itu mati dan hidup lagi berulang kali. "Ya, ampun … apa orang ini tidak lelah?" gerutunya. "Senang sekali mengganggu kedamaian orang." "Kau tidak akan mengangkatnya?" tanya Laiv dengan wajah bingung sembari memasukkan makanan ringan ke dalam mulut. "Dia gigih, eh, pacarmu."
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status