Semua Bab Cinta dari Perempuan Berwujud Iblis: Bab 11 - Bab 20
133 Bab
11. Selamatkan Aku
Otomatis Orlando langsung ketakutan saat mendengar perkataan wanita tersebut. Dia menundukkan kepala dengan mata yang terpejam erat. Seolah dengan cara seperti itu, sosok perempuan mengerikan itu akan segera menghilang dari pandangannya.“T-tolong tinggalkan aku sendiri! Pergilah dari sini!” rengak Orlando ketakutan.“Hahaha. Apa yang sedang kamu lakukan? Apa dengan menutup matamu, lantas aku akan pergi? Lucu sekali!”Kaliya menggebrak kaca mobil dengan kuat. Seketika retakan memenuhi benda transparan itu.Orlando memekik. Dia kembali berteriak seperti perempuan.“Tolong! Tolong selamatkan aku! Aku belum mau mati, tolong selamatkan aku!” jeritnya dengan mata berkaca-kaca.Kaliya tertawa bahagia saat melihat pemandangan itu. Siapa yang menyangka bahwa manusia bodoh yang telah menyelamatkan dirinya, kini akan berada di bawah jeratan kukunya sekarang juga?Sebuah tinju ringan Kaliya layangkan ke arah k
Baca selengkapnya
12. Sebuah Penghalang
Pengejarannya terhadap Orlando juga bukan tanpa alasan. Kala mengetahui jika membunuh manusia bisa membuatnya semakin kuat, Kaliya segera mengikuti ke mana aroma Orlando pergi.Ya. Kaliya ingat bagaimana busuknya bau Orlando. Jika di dunia iblis, semakin busuk suatu kaum, maka semakin kuat dan dipuji-pujilah mereka. Maka dari itu, Kaliya sempat bingung. Apakah Orlando adalah bagian dari iblis juga? Namun, kenapa Orlando bentukannya sangat manuasiawi sekali?“Siapa sebenarnya dirimu?” bisik Kaliya kepada lelaki itu.“Kenapa aku tidak bisa melukai orang bodoh sepertimu?”“Tentu saja kamu tidak boleh!” balas Orlando gemetaran.Mata Kaliya memicing saat tiba-tiba setitik cahaya muncul dari ujung jalan. Suara sirine menggema di tengah kegelapan malam.“Suara apa itu?” tanyanya panik.“I-itu suara mobil polisi, bodoh! Kamu akan segera ditangkap karena telah membunuh orang lain!”
Baca selengkapnya
13. Perempuan Tua
“Tidak!” seru petugas kepolisian itu saat melihat Kaliya dan Orlando terjun dari jembatan.“Apa mereka sudah gila?” ujar yang lain masih syok.“Bagaimana ini, Sir?”“Cepat hubungi bala bantuan, dan beri tahu mereka untuk mencari di setiap hilir sungai!”“Baik, Sir!”Aparat kepolisian itu juga mulai mengevakuasi tubuh beberapa polisi lain yang sudah tidak bernyawa. Laporan ke kantor pusat sudah diberikan. Mereka mengimbau kepada masyarakat untuk berhati-hati dan segera melapor jika menemukan wanita dengan kekuatan aneh.Potret wajah Kaliya juga sempat tertangkap oleh kamera black box. Maka dari itu, Kaliya dan Orlando resmi menjadi buronan.*** Suara gemericik aliran air beserta kicauan burung berhasil membuat seluruh indra Kaliya kembali berfungsi.Perempuan itu terhenyak. Dia langsung bangun dan mendapati pemandangan kumuh di sekelilingnya.
Baca selengkapnya
14. Seorang Peramal
Mata Kaliya melebar saat namanya keluar dari mulut lelaki itu.“Bagaimana mungkin kamu bisa tahu namaku?!”Orlando menunjukkan seringai kecil yang dipaksakan. “Tentu saja aku tahu. Nenek itu yang mengatakannya.”“Apa maksudmu?”“Aku yakin pendengaranmu baik-baik saja,” cetus Orlando.Kaliya menghela napas. Dia berjalan cepat untuk menyusul perempuan tua tadi. Orlando sampai harus menyingkir karena lelaki itu takut jika Kaliya akan menyakitinya.Suasana hijau dedaunan langsung menyambut penglihatan Kaliya saat dia keluar rumah. Kicauan burung menggema dari satu titik ke titik lain. Aroma khas dedaunan serta pohon juga menyapa hidungnya dengan lembut.Namun, ada satu hal yang menarik perhatian Kaliya. Beberapa langkah dari tempatnya berdiri, melintang sebuah tali tipis yang terikat dari satu pohon ke pohon lainnya. Pada bagian tali itu juga tertempel beberapa kertas persegi panjang dengan
Baca selengkapnya
15. Pengorbanan Nyawa
Kaliya sedikit tercengang. Setelah mendengar pernyataan dari nenek tua tersebut, dia baru mengerti.“Bagaimana mungkin aku tidak memikirkannya sama sekali?” batin Kaliya.Akan menjadi bencana jika anak buah Lucifer menemukan dan menangkap Kaliya. Apalagi, permata Katastrof itu tidak berada di tangannya sekarang.“Apa perkataanku benar?” tanya perempuan itu lagi.“Tutup mulutmu. Aku sedang berpikir,” ujar Kaliya.Orlando dan nenek tua itu saling melempar pandangan. Mereka masih mewaspadai Kaliya.Kaliya sendiri merasakan suatu keanehan. Aroma dari tubuh nenek itu sedari tadi mengganggunya. Kepalanya terus membayangkan bagaimana rasanya jika dia membunuh nenek tua tersebut.“Aku bisa tahu apa yang kamu pikirkan,” ucapnya tiba-tiba.Salah satu alis mata Kaliya terangkat. “Sungguh? Apa memangnya yang aku pikirkan?”“Kamu ingin mengambil energiku.”
Baca selengkapnya
16. Sebuah Pemakaman
Tubuh Kaliya tersentak hebat kemudian tersungkur ke tanah. Rasa sakit yang asing terasa menjalar melewati setiap pembuluh darahnya. Sensai terbakar bisa ia rasakan juga di bagian bekas sayapnya yang hilang.Perempuan itu menatap langit. Cahaya mentari di balik rimbunan dedaunan masih bisa ia lihat dengan jelas. Setelah beberapa detik terdiam dalam posisi itu, Kaliya akhirnya bangun.Dilihatnya perabotan di luar rumah kumuh sang nenek tua. Itu semua berantakan akibat terkena hembusan pusaran angin tadi.“Apakah dia mati?” gumam Kaliya saat menatap tubuh renta yang tergeletak di depan sana.Suara berisik dari dalam rumah terdengar. Orlando yang terhempas akibat kekuatan perempuan tua itu pun kini berjalan keluar dengan sempoyongan.Sepasang manik indahnya kontan melebar saat melihat tubuh nenek tua itu.“Apa yang terjadi? Apa yang telah kamu lakukan padanya?!”“Mana aku tahu, bodoh!” balas Kaliya tere
Baca selengkapnya
17. Memetik Bunga
Kaliya berdecih. “Manusia aneh. Kenapa harus repot-repot mengubur tubuh yang sudah tidak bernyawa? Padahal aku bisa membantunya membakar tubuh nenek tua itu.”“Sudah aku bilang, manusia punya cara tersendiri untuk mengebumikan seseorang. Itu adalah bagaimana cara kami menghormati sesama,” balas Orlando penuh penegasan.Lelaki itu terus mencangkul tanah. Sesekali mata cangkulnya berdenting akibat membentur bebatuan. Dia beralih memakai linggis untuk mencungkil bebatuan itu dari tanah.Kaliya memerhatikan lelaki itu dengan seksama. Peluh di kening Orlando mulai bermunculan. Namun tekadnya untuk menguburkan sang wanita tua tidak pernah pudar.“Mengapa kamu berpikir bahwa aku akan membunuhmu?” tanya Kaliya kemudian.Orlando bergeming untuk sejenak. Dia melirik ke arah Kaliya, kemudian kembali mengayunkan cangkul agar tanah galian bisa lebih dalam.“Bukankah kamu memang berniat seperti itu? Saat di jembat
Baca selengkapnya
18. Cerita Orlando
Beberapa saat setelah pemakaman, Kaliya serta Orlando kembali ke dalam rumah. Awalnya, tidak ada yang memulai pembicaraan di antara mereka. Sampai akhirnya, Orlando angkat bicara.“Kenapa kamu tidak kembali ke tempat aslimu?”Kaliya bergeming. Dia melirik Orlando yang sedari tadi sibuk memilah perabotan tua milik mendiang nenek tua.“Apa pedulimu? Apa kamu takut aku akan melakukan sesuatu kepadamu?”“Jangan bersikap angkuh. Sekarang aku sudah tahu kalau kamu tidak bisa menyakitiku. Benar, kan?”“Cih.” Kaliya membuang muka. Dia berjalan ke ambang pintu. Tatapannya lurus ke arah pepohonan.Mendengar Orlando berkata demikian, entah kenapa Kaliya menjadi kesal. Fakta bahwa dia selalu gagal mencelakai Orlando juga masih menjadi sebuah misteri. Ditambah lagi dengan energi dari nenek tua tadi yang membuat hasrat membunuh dalam diri Kaliya tiba-tiba saja mereda.Mendadak, Kaliya mendapat sebuah
Baca selengkapnya
19. Kemunculan Iblis Lain
Kaliya terdiam. Dia membiarkan Orlando kembali bercerita.“Aku kira tadinya itu hanya ilusiku semata. Tapi aku bisa melihat wujudmu dengan jelas. Kamu sedang kesakitan waktu itu. Kemudian tiba-tiba kau teringat akan cerita dongeng di masa lalu tentang malaikat dan iblis. Saat itu aku bertanya-tanya, dengan kondisimu yang jatuh dari langit, apakah kamu ini malaikat ataukah iblis?” ucap Orlando lagi.“Dan kamu memutuskan untuk menyekapku?” sela Kaliya.“Awalnya tidak seperti itu.” Orlando menghela napas sambil memainkan jemari. “Entah kenapa aku ingin menolongmu. Tapi setelah kupikir lagi, kamu mungkin saja berbahaya. Makanya waktu itu aku mengikatmu dan memutuskan untuk memanggil polisi.”“Dasar bodoh,” cibir Kaliya.“Ya, aku memang bodoh. Aku adalah seorang yang sedang diincar oleh polisi karena tuduhan penggelapan dana perusahaan. Kemudian aku malah memanggil mereka sendiri ke rumah
Baca selengkapnya
20. Segel Pembatas
“Sial. Bagaimana mungkin mereka bisa ada di sini?” batin Kaliya gusar.Dia bisa melihat iblis-iblis itu berjalan pelan di sekitar rumah. Tepatnya, di luar tali pembatas bertempelkan jimat yang sebelumnya dipasang oleh nenek tua.Samar-samar, Kaliya juga bisa mendengar percakapan ketiga iblis itu menggunakan bahasa mereka.Isi percakapannya tak lain adalah tentang keberadaan Kaliya. Tentu saja hal itu membuat mata Kaliya semakin melebar.“Kamu bisa melihat mereka bukan?” tanyanya kepada Orlando.Orlando mengangguk pelan.“Dengar. Ini akan sangat berbahaya. Tetap diam, dan kalau bisa carilah tempat sembunyi. Aku akan menghadapi mereka sendiri. Jangan menimbulkan suara sedikit pun. Mengerti?”Dengan gugup, Orlando mengangguk.Setelah yakin bahwa lelaki yang sedang ia bekap mulutnya itu tak akan bicara, akhirnya Kaliya menjauhkan telapak tangannya dari bibir Orlando.Di luar sana, ketiga i
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
14
DMCA.com Protection Status