Semua Bab Gairah Memabukkan Selingkuhanku: Bab 11 - Bab 20
60 Bab
Bab 11: Genggaman Tangan Evan
Dibandingkan cafe sebelumnya, cafe satu ini lebih kecil dan terasa sempit. Naya bisa paham mengapa Maria suka dengan cafe ini. Selain karena bisa lebih dekat dengan personil band favoritnya, suasana cafe ini sedikit berbeda. Tidak ada kelompok orang-orang yang sibuk dengan acara sendiri. Semuanya berbaur jadi satu, berkumpul di dekat stage dengan ukuran kecil. Tidak ada pengunjung yang sibuk asyik dengan obrolannya. Semua fokus mendekati stage, menunggu The Solar yang sedang asyik menyetel alat musik mereka. Siap menikmati penampilan.  "Cek.. Cek.." Suara yang tidak asing, Rama, sang vocalist mengecek kualitas mic di tangannya. Maria berbisik. "Dia duda lho. Udah cerai dua kali. Tapi kayak masih single gitu ya, awet muda." "Nah, itu tuh yang namanya Billy, Na. B
Baca selengkapnya
Bab 12 - Cuma Cemburu Dikit
Naya tidak kalah kagetnya dengan Maria. Bukan seperti ini rencana yang dia buat. Awalnya Naya hanya ingin perkenalkan Evan sebagai teman barunya. Minimal Maria kenalan dulu dengan Evan, baru nanti Naya bercerita tentang kisahnya dengan pria itu. "Evan." Evan menyodorkan tangannya tanpa rasa kikuk, sementara Naya tidak bisa menutupi perasaan malu bercampur khawatir. Maria menyambut tangan Evan sambil memperhatikan wajahnya yang kemudian dengan cepat kilat melihat penampilannya dari atas sampai bawah. "Gue Maria. Lo?" "Cowoknya Naya." Evan menjawab yakin. Maria melihat Naya dengan ekspresi bingung, berbagai macam pertanyaan yang nyangkut di kepala. Naya hanya bisa menjawab dengan sikap diam, mengulas senyum kecil. Dia tida
Baca selengkapnya
Bab 13: Kamu Sempurna
"Hmmm…" Naya memejamkan mata. Semakin terbiasa, dia semakin jago mengikuti gerakan Evan. Berbeda saat pertama kali melakukannya, kali ini terasa lebih nyaman. Evan mendorong miliknya lebih dalam dari biasanya membuat Naya menggelinjang. Kedua tangan Naya mencengkeram punggung Evan kuat. Begitupun Evan yang berusaha menahan badannya dengan kedua tangan. "Ahh… Evan.. Ahh…..." Suara desahan Naya membuat Evan kian mempercepat gerakannya. Dia menciumi Naya tanpa ampun. Napas mereka semakin menggebu. "En..nak?" Evan berbisik sambil tetap fokus menggerakan miliknya dengan tempo yang semakin cepat. "Ah.. Aku.. Aku mau keluar." Naya tidak kuat lagi. "Aaaahhhh……." Hentakan kencang dari Evan berhasil membuatnya sampai di puncak.
Baca selengkapnya
Bab 14: Rasa Curiga
Pada awalnya Naya merasa tidak masalah saat Lukas jauh darinya. Toh, selama ini mereka memang jarang bertemu. Lukas sibuk, Naya pun mencoba sibuk. Dia selalu coba menyeimbangi dan tidak pernah berhenti usaha membuang pikiran negatif soal Lukas.Semua teman-temannya yang mengenal Lukas pun sudah dari pertama bilang kalau pria itu adalah pria baik-baik. Seorang pria yang sedang menggapai mimpinya untuk sukses berkarir di bidang yang ia sukai."Lho? Kirain lagi ngikut Lukas, Na." Hanif duduk di sofa. Malam ini mereka janji untuk merayakan ulang tahun Risa di salah satu restoran Asian food langganan.Naya menggeleng cepat. Boro-boro nemenin Lukas di sana, kontakan saja terbatas."Tuh Risa. Niat banget, neng… Pake dress cantik gitu. Kita rayain cuma bertiga gini doang.
Baca selengkapnya
Bab 15: Pengakuan pada Maria
Maria memasukan gula ke dalan gelas kopi, mengaduknya perlahan. Sejak pagi, dia tidak berhenti memperhatikan Naya. Hanya saja Maria masih menahan keinginannya untuk bertanya-tanya.Naya mengikuti apa yang Maria lakukan, memasukan kopi hitam dan gula ke dalam gelas, lalu menyeduh dengan air panas."Kayaknya gue mau ke Surabaya, deh." Suara benturan sendok dan gelas menguasai ruangan.Maria memasukan sendok bekas adukan kopi ke mulut sebelum dia menaruhnya di tempat cucian. "Emang lo dikasih tahu sama si Lukas dia di mana atau informasi lebih jelasnya?""Ya nggak. Kan bisa langsung nodong, gue kabarin dia kalau udah di sana. Mau nggak mau dong dia harus ketemu gue, kan?"Maria diam sesaat. Sebetulnya ide menyusul Lukas tanpa ka
Baca selengkapnya
Bab 16: Naya Memandangi Cermin
“Kantor bapuk!” Naya berteriak dalam hatinya. Harusnya hari ini dia bisa berleha-leha pulang ke rumah, atau  menghampiri Evan di tokonya. Tapi mendadak dia harus mengerjakan kerjaan sampai malam alias lembur. Ada Bimo dan Tasya yang bernasib sama. Naya memutuskan untuk memesan makanan dari aplikasi online, setidaknya dia harus mengisi perutnya yang sejak tadi terasa lapar. Lembur di kantor yang sebenarnya hanya beberapa jam saja memang sering terasa seperti satu hari penuh. Tasya menyodorkan layar tablet. “Pertengahan bulan depan ada Run for Life lagi lho. Kamu ndak mau ikut?” Naya menaikan bahunya. “Jauh jaraknya?” “Ndak terlalu kok. Kan asyik-asyikan juga. Tahun lalu ada banyak artes yang ikutan. Lumayan tho bisa pamer sama orang kalau pernah lari bareng artes
Baca selengkapnya
Bab 17: Suara Siapa Itu?
Langit-langit kamar jadi pemandangan pertama yang Naya lihat selepas dia membuka mata. Dia menarik napas dalam, menghembuskannya panjang. Walau sudah memutuskan untuk menjalani semuanya dengan santai dan berusaha mengambil rasa senangnya saja, perasaan Naya tidak bisa berbohong. Rasa penasaran sekaligus curiga pada Lukas, juga kepastian yang dia tunggu dari Evan. Serakah! Naya mengatai dirinya sendiri.Kalau dia memajukan egonya, mungkin saat ini dia lebih mementingkan Evan. Naya akan menyudahi hubungannya dengan Lukas, pria kaku yang sampai saat ini tidak berani memberinya ‘lebih’. Lukas yang memiliki ambisi tersendiri pada karirnya dan Lukas yang semakin jarang menyediakan waktu spesial untuknya.Buat apa dipertahankan? Naya hanya ingin semuanya berjalan baik-baik saja. Bagaimanapun, Lukas adalah pria yang hadir di saat Naya membutuhkan sosok peli
Baca selengkapnya
Bab 18: Evan yang Selalu Membuat Naya Puas
Lagi… Lagi… Lebih dalam lagi…Naya menggila, permainan yang dimainkan Evan berbeda dari biasanya. Aroma tubuh Evan yang selalu Naya ingat, kembali bisa ia rasakan. Satu tangan Evan meremas payudara Naya bergantian, sementara satu tangannya lagi menahan tubuh Naya yang mulai bergerak tidak karuan. Evan terus menarik dan mendorong ‘miliknya’ dengan gerakan lebih cepat.“Ahhh…Ah.. Ah.. E-vaaan…” Suara Naya terbata seiring napasnya yang terengah-engah.Jilatan dari Evan pada telinga Naya membuatnya semakin tidak mampu mengendalikan dirinya. Kedua tangan Naya bersandar pada dinding kamarnya. Dia berusaha menyelaraskan gerakan tubuh Evan.“Kangen banget sama kamu,” Evan berbisik. Dia mengangkat sat
Baca selengkapnya
Bab 19: Pertanyaan-Pertanyaan Tentang Evan
Helaan napas Naya semakin berat ketika mendengar cerita tentang masalah keluarga besarnya. Baru saja mematikan ponsel, panggilan dari Ibu kembali muncul di layar.“Mama ke Jakarta aja, ya? Nginep dulu sementara di apartemen kamu. Sore ini jemput di pool travel Kebayoran. Pip.” Mama menutup panggilan tanpa menunggu respon dari Naya.Lagi, Naya menghela napas, kini jauh lebih berat. Naya memperhatikan ruang apartemen dengan tipe studionya yang cukup berantakan. Sebelum berangkat ke kantor, dia coba membereskan apa saja yang bisa ia bereskan sekarang juga. Daripada nanti kena omel Mama yang tidak suka ruangan berantakan.Oh! Naya terhentak ketika menemukan satu cincin silver
Baca selengkapnya
Bab 20: Permintaan Mama
Hujan yang mendadak turun tanpa perkiraan membuat Naya harus ekstra gerak cepat menuju stasiun LRT. Naya memasukan kedua tangannya ke dalam jaket. Beruntungnya Maria membawa jaket di mobil dan meminjamkan padanya. Hujan di Indonesia memang tidak mudah untuk ditebak.Sesampainya di stasiun tujuan, Naya segera jalan cepat ke pool travel. Tentu saja jaket pinjaman tidak mampu menghindari air hujan yang sudah membasahi tubuhnya. Dia menyesal menolak tawaran Maria untuk mengantarnya.“Kamu nggak bawa payung?” tanya Mama sambil memasukan benda-benda di tangannya ke dalam tas di pangkuan.“Yah, nggak ngira bakal hujan juga, Ma. Bentar, Naya pesan taksi online dulu.”Tidak ada pembicaraan khusus di antara mereka selama menunggu taksi datang. Begitupun ket
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status