Semua Bab Pembalasan Ibu Tiri: Bab 21 - Bab 30
91 Bab
Pesan ibu
James mendekat dan menggapai tangan sang mertua, kemudian salim takzim. Sejenak melirik sang istri dan menghela napas panjang."Maaf, ya, Bu. Membuat kegaduhan, disaat seperti ini," lirih James.Sang menrtua menepuk pnggung tangan James, dan meminta menantunya untuk bebersih dan istirahat. James pun langsung ke kamar setelah istrinya mengangguk mengiyakan ucapan sang ibu.Rima memapah ibunya masuk ke dalam kamar, dan membantu sang ibu untuk berbaring. Kepedihan terpancar di matanya yang pandangannya mulai kabur, Rima pura-pura tidak melihatnya, jika tidak maka dirinya akan menangis melihat luka sang ibu. Rima berpamitan untuk memersihkan wajah dan tubuhnya."Nak," panggil Bu Halimah, ketika Rima akan berlalu.Rima mengurungkan niatnya dan duduk di samping sang ibu. Menatap sayu pada orang tua satu-satunya yang dia miliki. Rima melihat ada kepedihan di mata ibunya, ketika pandangan mereka beradu."Kamu harus benafr-benar menjaga keluarga barumu, jangan menyerah jika sesuatu ada diluar
Baca selengkapnya
Bara Asmara
Rima memanggil suaminya dengan lembut, lalu mengajaknya duduk. Kemudian, Rima memegang tangan James dan meletakkannya di pangkuannya."Mas, jangan pernah mengatakan maaf lagi, kita mulai dari awal, ya." Rima menepuk tangan james yang ada di pangkuannya.James seperti seorang yang sedang patah hati, dia memasang wajah yang sangat tidak enak dipandang, meskipun masih terlihat tampan. James menyandarkan kepalanya di bahu Rima sebagai penopangnya, hal ini membuat hati Rima berdenyut. Tubu Rima mengirimkan signal yang tidak biasa atas sentuhan yang dilakukan oleh James.Rima membiarkan James melepaskan rasa beban yang selama ini, ada dipundaknya. Membagi semua tanggung jawab padanya."Beruntungnya aku mendapatkan kamu sebagai istriku di saat seperti ini, jika aku memilih wanita lain, mungkin akan marah dengan berbagai kejadian saat pernikahan dan malah membuatku marah, bukannya tenang," puji James pada sang istri.James menghembuskan napas berat, tepat mengenai leher Rima. Membuat bulu kud
Baca selengkapnya
Hinaan Sherly
Satu bulan sudah pernikahan James dan Rima, yang nyaris membuat Sherly mendapatkan hukuman berat dari ayahnya.Sherly berusaha bersikap manis dan penurut, meski masih menyimpan rasa benci pada Rima. Dia berusaha menyembunyikan semuanya, semua karena nasehat dari sang nenek. dan saudara yang lainnya. Sesaat, Sherly mengakui kesalahnnya, kemudian dia kembali menyalahkan Rima yang merebut kasih sayang, James dan sang nenek dari dirinya dan sang adik."Papa berangkat dulu, ya. Kalian nanti akan diantar, Mag Iding. Soalnya, papa langsung berangkat ke bandara," pamit James, yang harus pergi ke luar kota. "Tolong jaga anak-anak, ya," sambung James pada Rima."InsyaaAllah, Mas." Rima menyambut tangan James yang disodorkan di depannya dan menciumnya.Rima mengikuti langkah James menuju ke depan. Mengantar kepergian suaminya dan langsung kembali lagi ke ruang makan, setelah James pergi."Mama, aku mau dibuatkian bekal lagi, dong!" seru Dion dengan semangat."Makanan enggak enak aja! Untuk apa b
Baca selengkapnya
Sherly tidak pulang
Mobilpun melaju, meninggalkan Rima dengan kepedihan yang tidak ada obatnya. Rima hanya bisa pergi ke belakang rumah, untuk melampiaskan kekesalan yang ada di hatinya pada pohon yang di tanam sejak masih kecil.***Matahari mulasi tenggelam perlahan, menyambut gelap yang kian merayap. Rima mulai khawatir pada kedua anaknya, yang tidak memberikan kabar padanya sampai sekarang. Tanpa mau menunggu lagi, Rima memutuskan untuk menelepon terlebih dulu.[Halo, Pak Iding, kenapa belum pulang?]Rima langsung mencecar supir pribadi mereka.[Hmmmm, eeee, ini Bu, Hmmm Sherly belum ketemu!]Hampir saja, gelas yang dia pegang jatuh dari genggaman tangannya. Perasaan Rima makin tidak tenang, firasatnya sebelum sang suami pergi baru terjadi.[Dion di mana?]Terdengar, Pak Iding mnemberikan ponselnmya ke anak lelakinya. [Mama, dion belum ketemu dengan Kak Sherly. Tadi, kan mama suruh jaga Kak Sherly, jadi Dion berusaha mencari Kak Sherly sampai ketemu,]Ucapan polos Dion membuat Rima meneteskan air ma
Baca selengkapnya
Ditemukannya Sherly yang terluka
[I--iya, Pak. Ada apa, ya! Saya ibunya,]Suara Rima bergetar, ketika menjawab pertanyaan orang yang ada di ujung telepon. Dia berpikir, anaknya itu membuat ulah dan berakhir dengan ditangkap polisi. Sang mertua yang melihat Rima panik, bertanya dengan isyarat dan dibalas dengan senyuman oleh sang menantu.[Kami minta, ibu datang ke rumah sakit Persahabatan Keluarga Depok. Lalu, ibu langsung saja ke lantai dua dan cari kamar mawar nomor 11,][Ada apa, ya, Pak dengan anak saya?"]tanya Rima sangat khawatir, pikirannya kini tidak bisa fokus. Karena tambahan informasi yang dia dengar.[Sebaiknya, ibu dan suami ibu datang saja ke sini. Penjelasan detail nanti akan kamiberikan.][Baik, Pak. Saya ke sana sekarang!]Rima mengakhiri panggilan telepon dan beranjak dari duduknya. Dengan tubuh gemetar, Rima ke kamarnya dan mengganti pakaian."Kamu mau kemana, Nak? Ada apa?" tanya sang mertua."Bu, aku harus ke rumah sakit!" jawab Rima buru-buru."Temanmu?" tambah sang mertua dan dibalas dengan
Baca selengkapnya
Ditemukannya Sherly yang Terluka2
Rima memutuskan untuk kembali lagi ke tempat suster yang tadi dia tanyai, untuk memastikan jika dirinya tidak sedang dikerjai."Permisi. Maaf sus, kenapa kamar nomor 11 kok enggak ada, ya?" tanya Rima. "Ini bukan sebuah prang atau saya sedang dikerjai, kan?" imbuh Rima.Wanita yang kini memakai hijab itu menghela napas panjang, dirinya bukan sekali dua kali dikerjai oleh Sherly dan saat ini dia kepikiran jika anak sambungnya itu sedang mengerjai dirinya."Ibu cari siapa?" tanya si suster heran."Saya dapat telepon dari seseorang yang mengatasnamakan dirnya seorang polisi, dan mengatakan anak yang terluka dan dirawat di sini!" terang Rima.Sang suster langsung menganggukan kepalanya dan meminta ijin pada temannya untuk mengantarkan Rima."Baik, mari saya antar," ujar suster tanpa memberikan kesempatan temannya berbicara.Rima dan suster tersebut melewati jalanan yang tadi sudah dilewati oleh Rima, wanita itu agak heran, mengapa dirinya tidak bisa menemukan di kamar rawat yang memiliki
Baca selengkapnya
Rima yang Teluka
Matanya menatap seluruh tubuh sang anak yang sebagian diperban dan ditutupi oleh selimut dari rumah sakit. Tangan Rima makin bergetar, ketika dia ingin menyentuh anaknya.Tangis Rima terdengar pilu, sesekali dia memukul dadanya yang terasa sangat sesak. Rima mencoba melegakannya dengan cara memukulnya. Dengan tangan yang masih gemetar, Rima mengambil ponsel miliknya dan menghubungi seseorang. Dia tidak kuat, jika harus menanggungnya seorang diri, seperti keinginanya.***[Halo, Mas. Kapan kamu pulang?] Tanya Rima, saat panggilannya tersambung.[Ada apa, sayang? Suaramu kok aneh, oya, aku sudah melihat hadiah terbaik darimu. Terima kasih sudah memberikan hadiah istimewa, ketika aku harus menghadapi hari yang sangat melelahkan.]James benar-benar tidak memberikan kesempatan pada Rima untuk menjelaskan apa yang terjadi saat ini.Rima tidak menjawab apa yang ditanya oleh James, dia langsung memutuskan panggilan telepon begitu saja. Rima duduk di lantai dan menangis tersedu-sedu, tanpa b
Baca selengkapnya
Kekhawatiran James
Bu Rina dan Bu Halimah sudah sampai di rumah sakit dan langsung menuju ke ruangan yang telah di arahkan oleh suster jaga dan polisi yang kebetulan ada di dekat meja sang suster."Ada apa sebenarnya, Pak?" tanya Bu Halimah khawatir.kegelisahan dan kebingungan dari dua wanita paru baya itu sangat terlihat dengan jelas di wajah mereka. Tentu saja, ini membuat polisi yang mengantarkan mereka menjadi iba."Mari," ajak polisi tersebut. "Ibu akan mengerti setelah ada di alam," sahutnya.Pintu ruang rawat dibuka, dan nampak sesorang sedang terbaring tidak berdaya di atas ranjang dengan berbagai alat medis di tubuhnya. Bu Halima dan Bu Rina bergegas mendekat, tapi hanya bisa memandang tanpa berani menyentuh."Rima," panggil Bu Halimah ragu.Namun, Bu Rina memajukan langkanya dengan tangan terulur yang gemetaran. "Sherly," pekiknya.Bu Rina dapat mengenali remaja yang berada di ranjang itu, meskipun wajahnya babak belur. Dia mendekati cucunya yang tidak berdaya.Sedangkan Bu Halimah diam ter
Baca selengkapnya
Memberi Semangat
Bu Halimah memandang anaknya dengan tatapan iba, bagaimana dia akan bertanya tentang kehamilan anaknya disituasi berat begini. [Rima baik-baik saja. kamu kapan bisa pulang, Nak?] [Pekerjaan sudah selesai lebih cepat, Bu. Sekarang saya seang dalam perjalanan, perasaan saya tidak enak saat ini, jadi memutuskan untuk langsung pulang. oya, Bu. Boleh saya bicara dengan Rima?] Permintaan James membuat wanita paruh baya itu dilema, meski dia senang mendengar, jika James akan segera pulang. Namun, Bu Halimah bingung harus menyampaikan permintaan menantunya, saat melihat sang anak masih termenung dalam kesedihan. [Lebih baik kamu langsung pulang, Rima lagi sedikit mual-mual. kamu hati-hati, ya, di jalan. Banyak orang yang bergantung padamu, termasuk Rima.] Bu Halimah berusaha menyembunyikan perasaan sedihnya, berharap semua kan baik-baik saja. Setelah sedikit berbincang, Bu Halimah mengakhiri panggilan telepon. Setitik airmata, turun perlahan di wajahnya yang mulai dipenuhi dengan keriput.
Baca selengkapnya
Dignosa Dokter
Bu Halimah mengambil tangan besannya, dan dia genggam dengan erat. "Saya juga minta maaf, Besan. Saya tidak bisa memposisikan diri," balas Bu Halimah merendah."Nak, kamu yang menemui dokter, ya," pinta Bu Rina pada sang menantu.Rima mengangguk patuh, dan mengikuti suster menuju ruang dokter, tanpa sepatah kata."Silahkan, Bu," ujar suster, mempersilahkan Rima untuk masuk ke dalam ruangan dokter.Rima hanya mengangguk sebagai ucapan terima kasih. "Permisi, Dok. Ini Ibu dari Sherly," ujar sang suster."Silahkan duduk, Bu." Dokter meminta Rima untuk duduk di kursi yang ada di depannya. "Apakah ibu sendirian?" tanya dokter kemudian.Rima mengangguk, dan tersenyum miris. Bukan menampakan kebahagian, tapi kepedihan yang mendalam. Setelah menarik napas panjang, Rima mulai bertanya."Ada apa dengan anak saya, Dok. Apakah ada hal yang sangat patal, sehingga banyak alat medis di tubuhnya?" tanya Rima.Kali ini dokter yang menarik napas panjang dan berat, lalu menghembuskannya secara perlahan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
10
DMCA.com Protection Status