Penyesalan Setelah Poligami의 모든 챕터: 챕터 51 - 챕터 60
97 챕터
51. Ihsan Penasaran
"Iya, bagaimana?" tanyaku penasaran." ... ""Sekarang bukan pelajaran Bahasa Indonesia, tidak perlu mengarang membuat cerita bebas. Sebentar lagi masuk, aku harus kerja kembali," sahutku.Aku menutup sepihak telpon dari mantan istriku, empat bulan bersama sudah sedikit paham siapa Indah."Pffff ... rupanya kamu pandai melawak. Siapa yang telpon, sepertinya kamu sangat terganggu?" Ihsan menyelidik."Tanya terus, kapan makannya!" "Ampun, kiler banget sekarang kamu, Akram! Seperti guru matematikaku sewaktu SMA," selorohnya.Setelah istirahat, siap berkutat dengan pekerjaan kembali. Ihsan masih aku biarkan dalam mode penasaran. "Akram, kamu main tinggalin saja. Kenapa buru-buru sekali? Biasanya kamu tidak bersemangat jika pulang ke Depok," tegur Ihsan saat melihatku menenteng ransel. Bukan karena tidak mau menjelaskan, tapi posisi kami di kantor, tidak etis jika menceritakan hal seperti ini. Dia masih terus mengikuti, berusaha mensejajarkan posisiku."Ups ... pantas saja terburu-buru,
더 보기
52. Lulu Sakit
Indah mondar mandir di depan pintu. Terlihat panik, aku melirik ke arah istriku yang sedang menenangkan Hilda. Hilda kaget dengan suara kakaknya yang bersahutan memanggil."Bang, kalau Abang pulang hanya untuk menyakiti hati anak-anak seperti ini, mending tidak usah pulang!" "Sayang, bukan seperti itu. Aku pulang kare- ... ,""Mas, buka pintunya. Mas! Mba Fitri!"Kalimat terpotong oleh suara Indah yang menggelegar beserta gedoran pintu. Aku termangu melihat Syifa yang sudah menarik Daffa menjauh dan berjalan gontai ke kamar Syifa. Tatapan Fitri mengintimidasi, dan membawa Hilda naik ke kamarnya. "Arrggg ... !" Pasti anak dan istriku salah paham. Kenapa tadi tidak langsung menjelaskan? Lagi-lagi aku menyalahkan kecerobohan diri sendiri. Harusnya begitu sampai tinggal bicara kalau aku dan Indah sudah bercerai. Aku melupakan siapa Indah, tentu dia akan mengejar ke rumah. Sekarang pasti di otak mereka aku dan Indah hanya ingin menoreh luka di hati mereka. "Mas! Buka pintunya! Tolong .
더 보기
53. Ceroboh Lagi
Saat sampai di rumah sakit, Lulu sudah bisa tersenyum. Setelah memastikan Lulu hanya demam biasa, aku pamit pulang. Ternyata hanya drama Indah yang membesarkannya kondisi Lulu. Memanfaatkan kondisi Lulu untuk menahan dan menjeratku. Bapak Indah terus meminta maaf, Lulu tidak menanyakan ku sama sekali. Dia sudah terbiasa dengan Kakek dan Neneknya. Sampai di rumah pukul 21.00 pertama di tuju adalah kamar utama. Pintunya sudah bisa di buka, aku lihat sekeliling. Hilda sudah tertidur pulas, sementara Fitri juga sudah terlelap. "Sayang, air matamu masih tersisa dan masih basah. Maafkan Abang, yang terus menerus menyakitimu. Abang bersungguh-sungguh kepulangan kali ini. Abang sudah bercerai dengan Indah. Maaf, kalau tadi abang tidak langsung cerita," ucapku lirih. Setelah puas memandangi Fitri, aku putuskan untuk ke kamar anak-anakku. Kedua kamar masing-masing kondisi terkunci, mungkin sudah tidur. Padahal tidak biasanya kamar mereka di kunci. Aku berjalan gontai menuju kamar kami, memb
더 보기
54. Suasana Panik
"Lihat tulisan yang di tinggalkan Syifa!" Kami membaca bergantian, tertulis dengan jelas dan rapi. 'Awalnya Syifa sudah bahagia mendapat kejutan ayah bisa pulang cepat dirumah, tapi ternyata rasa senang hanya sementara. Syifa sadar, hati ayah bukan lagi milik bunda dan kami, jadi biarlah Syifa pergi. Meskipun Syifa di dekat ayah tapi, keberadaan Syifa dan adik-adik tidak ada arti apa-apa di banding wanita itu. Wanita itu terus menghantuiku, biarlah Syifa yang mengalah. Rencana mau pergi sendiri, eh ... adikku Daffa yang bandel berniat melindungiku. Memaksa ikut, bukankah dia justru merepotkan ... maaf Bunda. Tidak perlu khawatir, kakak akan mengabari secepatnya ketika kami sudah sampai. Aku sayang sama Bunda, sama Ayah sebenarnya juga sayang tapi jangan bilang ya, Bun. Love Bunda dari Syifa dan Daffa'"Maaf, maaf ... ," aku tak kuasa menopang tubuhku sendiri. Pikiranku kacau, kemana anakku pergi."Kak, coba telpon Mama, aku tak bisa bicara sama mama sementara suaraku seperti ini," uca
더 보기
55. Fitri Tenang Tapi Tegas
"Kamu kirim nomornya sama kakak!" titah Farid. Aku segera menyalin dan mengirimkan nomor itu kepada Kak Farid. Kak Farid membidangi IT jadi tidak heran dengan mudah melacak keberadaan si pemilik nomor. "Posisi ada di dekat rumah kamu, Akram," Farid berkata dengan serius setelah mengutak atik ponsel miliknya beberapa saat. "Nggak usah panik, orang Papa mengawasi Fitri. Tidak perlu khawatir," ucapnya lagi melihat raut kekhawatiran tergambar jelas di wajahku. "Pulanglah dulu, Akram! Urusan Syifa biar Papa dan Farid yang mecari tau keberadaannya," "Pah, maaf ... ," "Papa tidak mau mendengar kata maafmu, yang papa mau bahagiakan Fitri dan anak-anakmu! Papa sudah sangat tidak tega melihat anak perempuanku menderita. Andai bukan permintaan Fitri, aku sudah menjauhkan kamu dari kehidupan Fitri dan cucu-cucuku. Papa tidak mau kamu mengecewakan mereka, Akram. Pulanglah, selesaikan masalahmu dengan Indah!" titah Papa. Aku meninggalkan Kak Farid dan Papa menuju rumah. Tiga puluh menit perja
더 보기
56. Syifa dan Eyang
"Mba Fitri, aku pamit. Maaf sudah mengganggu waktunya," kalimat yang terlontar dari bibir Indah sangat gugup. Dia mengenakan tas selempangnya yang tadinya berada di pangkuannya. Indah tidak menyangka, sebelum Akram datang tadinya Fitri menyambutnya dengan baik. Benar yang di sampaikan Fitri, mereka sama-sama wanita, dalam hati kecilnya dia menyalahkan diri sendiri kenapa dia berani masuk menjadi bagian dari laki-laki beristri. Harusnya dia minimal mengenal siapa yang menjadi orang tua calon suaminya. Semua yang dikatakan Fitri benar namun, Indah menepis itu semua. "Arrrggg ... ayo jalan!" ucap Indah dengan seseorang yang sudah menunggunya sejak tadi. "Ada apa denganmu, sewaktu kamu masuk rumah itu begitu percaya diri!" ujar Aldo menyindir saat Indah memasuki mobilnya. "Siapa yang tidak kesal coba, aku selalu kalah dengan Fitri!" Indah bergidik ngeri membayangkan dirinya sebagai burung yang di bidik dari jarak jauh. "Sudahlah, kita mampir bersenang-senang dulu di Hotel Mandala. Apa
더 보기
57. Akram Mencari Anaknya
Ari bimbang, dia membayangkan bagaimana dia menjadi orang tua nona kecilnya. Tentu saat ini sedang kalangkabut mencari keberadaan anak-anak mereka. Ari mempir di konter untuk membeli nomor baru. Mengirimkan rekaman suara kegembiraan, keputusan dipikir nanti setelah sampai Jakarta.Fitri berbinar mendapati pesan rekaman dari anak-anaknya, beberapa saat setelah Indah meninggalkan rumah mereka."Sayang, ada apa senyum tidak jelas? Anak saja tidak jelas keberadaannya malah bisa-bisanya senyum sendiri," tanyaku melihat kelakuan Fitri."Bang! Kamu mengira aku senang, mereka menghilang?" Aku tersentak menyadari ucapanku menyinggung perasaan istriku, "Tidak, Sayang. Maaf aku salah," "Bang, menghilangnya mereka aku yang paling sedih. Selama ini akulah yang paling dekat dengan mereka. Kamulah penyebab semua kekacauan ini!"Aku hanya menunduk malu dengan sebuah kenyataan "Iya ... aku tau," "Satu hal yang aku tidak inginkan saat ini adalah bertemu denganmu. Aku kecewa sama kamu, biarkan aku se
더 보기
58. Penebusan Dosa Ihsan
Kakak mengatakan kalau posisi si pengirim Cirebon. Maka aku akan telusuri saudara dari Papa yang ada di Indramayu, setahuku ada satu saudara di Indramayu, ada yang di Purwokerto dan di Semarang. Dari Jakarta kita berangkat selepas Dzuhur, sampai di rumah Om Idris menjelang Maghrib. Aku di sambut hangat oleh Om Idris, namun tidak ada tanda-tanda keberadaan anakku. "Akram, masyaAllah lama kita tidak bertemu," sambut Om Idris ketika aku memasuki rumahnya. "Iya, Om. Terakhir aku kesini saat Syifa masih kecil ya, Om," sahutku."Bagaimana kabar anak gadismu, sudah berapa tahun sekarang?""Syifa sudah besar, Om. Sudah sembilan tahun lebih. Hampir sepuluh tahun, Om apa kabarnya sekeluarga. Mana Adrian, Om?" tanyaku sejak tadi baru ketemu Om dan Tante Idris saja."Bocah nakal itu jam segini masih di kantor, paling tidak betah berada di rumah. Om sudah kepengin punya cucu, malah masih betah melajang," seloroh Om Idris."Masih ingin menikmati kesendiriannya, Om. Fokus sama karirnya," sahutku.
더 보기
59. Sampai Di Rumah Eyang
"Astagfirullah, hampir saja nabrak kucing!" ucap Ihsan spontan."Konsentrasi! Bicara terus dari tadi. Eh ... tadi kamu ngomong sengaja apa?" tanyaku penasaran mengingat Ihsan mau mengatakan sesuatu."Maaf, aku tidak sengaja mau nabrak kucing. Kata orang jika kita nabrak kucing harus mengurusnya agar kita tidak celaka. Sumpah ... aku takut banget, Akram," "Hee ... hati-hati nanti jatuhnya dosa syirik, bahaya loh. Memang kita dianjurkan memperlakukan semua makhluk hidup dengan baik tapi soal menimbulkan celaka itu tidak benar, itu syirik!" ucapku bersemangat meluruskan."Aku tau itu dari orang, katanya begitu,""Iya, aku juga pernah mendengar. Jangan sampai kita jatuh pada dosa tathayyur," ucapku."Akram, tathayyur itu seperti apa?" tanya Ihsan menggambarkan kebingungan. "Tathayyur artinya sangkaan dalam hati bahwa akan terjadi kesialan. Contohnya seperti tadi, kamu takut nabrak kucing. Jika nabrak kucing kamu akan celaka, terus ada lagi merasa sedang di gosipi karena telinga panas at
더 보기
60. Mentraktir Teman
"Masuk saja, Akram. Sudah hafal tempatnya kan?" dengan hati berdebar kencang. Aku berjalan memasuki pintu ruang tengah, membuka horden pemisah antara ruang tengah dengan ruang tamu. "Permisi," mulut berbicara dan ekor mata mengamati di dalam ruangan. Ada tiga anak seusia Syifa dan Daffa sedang bermain."Ayahnya Syifa, kapan datang? Syifa ikut?" bocah bernama Syakilla menyalamiku dengan ramah. Ah ... iya, aku melupakan di rumah ini memang ada anak kecil seusia anaku. "Killa, kamu sudah besar sekarang. Syifa tidak ikut, Sayang," aku berjongkok mensejajarkan dengan tinggi badan Syakilla."Yah ... padahal sudah kangen banget sama Syifa," ucapnya sendu."Nanti Mas sampaikan sama Syifa, kalau Tante kecilnya lagi kangen," ucapku gemas.Syakilla adalah anak dari Tante Dini adik paling kecilnya Papa. Usianya hanya beda sedikt dengan Syifa."Mas, kenalkan ini teman-teman Killa, yang laki-laki ini namanya Farhan, dan yang perempuan ini namanya Yumna," aku menyalami keduanya."Halo, Farhan dan
더 보기
이전
1
...
45678
...
10
DMCA.com Protection Status