Semua Bab Biduk Cinta Senja : Bab 41 - Bab 50
61 Bab
41 Mencoba Bertahan
Kondisi Senja sudah jauh lebih tenang setelah diskusi dengan Randi. Wanita itu sudah tidak lagi terbawa emosi dan kukuh pada keputusannya. Lelah, itu yang saat ini ia rasakan. Rasanya perseteruan dengan Langit sulit untuk terhenti apalagi menghilang.Lagi dan lagi, selalu Violeta yang menjadi pemicunya. Entah apa yang diinginkan perempuan itu. Sudah meninggalkan Langit begitu saja. Namun, tidak rela Langit menikah dan bahagia dengan Senja.Langit menghampiri Senja yang tampak melamun di ranjang sambil menatap ke arah jendela. Wajah wanita itu begitu sendu. Kedua bola matanya terlihat sayu. Jejak air mata pun masih tampak di kedua pipinya.Pria tampan bermata elang itu memposisikan dirinya di hadapan Senja. Langit duduk di kursi sambil menggenggam erat kedua tangan Senja. Senja sempat terkejut. Namun, enggan melepaskan pandangannya dari jendela ruangan rumah sakit tersebut.Langit menghela napas dalam. "Senja, maafkan saya karena tidak jujur padamu. Saya sama sekali tidak berniat membo
Baca selengkapnya
Bab 42 Rencana Baru Violeta
Langit mempererat dekapannya. Kini, ia melingkarkan kedua tangannya di pinggang Senja. Wanita itu tetap bergeming. Tak sedikitpun bergerak. Langit mulai gemas. Pemuda tersebut membalikkan paksa tubuh Senja hingga menghadapnya."Apakah kau akan mengabaikanku seperti ini setiap kali kau marah?" tanya Langit dengan geram. Senja tetap tidak bersuara."Senja." Langit memanggil wanita itu. Namun, Senja masih bungkam."Jangan buat saya kesal, Sayang." Langit kembali berkata. Akan tetapi, lagi-lagi Senja diam.Senja begitu kesal dan meraih wajah Senja. Mencium bibir wanita itu yang sedikit terbuka. Senja meronta dan berusaha melepaskan. Namun, tidak berhasil karena Langit mencekalnya.Langit melepaskan ciumannya. "Masih mengabaikanku?" tanyanya dengan tatapan tajam."Jangan menggangguku. Saya lelah mau istirahat," ucap Senja setelah cukup lama bungkam sambil mendorong sedikit tubuh Langit. Kemudian, ia berlalu saat Langit tumbang."Senja," panggil Langit. Namun, Senja mengacuhkan dan terus mel
Baca selengkapnya
Bab 43 Keluar Kota
Barman berjalan mondar-mandir. Ada kegelisahan tersimpan di dirinya. Wajah pria tua itu tampak kesal, ia menyibak isi di meja hingga jatuh ke lantai. Suara pecahan gelas terdengar nyaring saat terjatuh. Membuat Niken sang istri yang tengah berada di kamar terkejut bukan kepalang."Astagfirullah, suara apa itu?" Niken yang tengah menyisir rambutnya menghentikan aktivitasnya dan mengelus dada.Wanita tua itu membuka pintu kamar dan berjalan ke arah ruang tamu. Niken terkejut saat melihat barang-barang berserakan di lantai dan ada pecahan beling. Sementara, sang suami tertunduk di sofa sambil meremas kepalanya kasar.Niken mendekati Barman dan duduk di sampingnya, ia mengusap pelan rambut sang suami dan menatapnya."Mas, ada apa? Kenapa berantakan sekali?" tanyanya lembut."Semuanya kacau! Hancur!" ucap Barman dengan cukup keras."Ma--maksudnya bagaimana, Mas? Aku tidak mengerti." Niken mengerutkan alisnya, ia tidak paham maksud ucapan sang suami.Barman mendongak dan menatap ke arah Nik
Baca selengkapnya
Bab 44 Wanita Pengganggu
Senja bergeming. Menelan ludah dengan susah payah. Ingin rasanya tidak menatap mata tajam itu. Namun, ia juga tidak bisa menghindarinya. Sudah dipastikan, Langit akan menghadapkan wajah Senja kepadanya. Pria itu paling tidak suka jika sedang bicara dengan Senja, wanita tersebut berpaling."Aku harus bagaimana? Hatiku masih ragu untuk menerima dan memaafkan Mas Langit. Sudah terlalu banyak luka yang ia torehkan padaku. Aku haru apa? Menangis? Tidak, tidak. Please, jangan menangis Senja," batin wanita itu yang mulai mengedip-ngedipkan kedua matanya untuk menahan butiran lembut yang terbendung."Senja, saya tahu ini tidak mudah. Namun, saya mohon tetaplah di sisiku. Saya tidak akan kuat tanpamu." Lagi, pria itu kembali berkata dan meminta kepada Senja. Binar kesedihan terpancar di kedua bola mata tajamnya."Mas ... saya akan tetap di sampingmu, meski saya masih meragukanmu. Namun, saya juga tidak mau salah paham. Mas, jangan sedih lagi, ya. Saya masih menunggu kebenarannya." Senja berkat
Baca selengkapnya
Bab 45 Geram
Barman tampak sedang bicara dengan anak buahnya. Mereka membicarakan hal sangat penting dan rahasia. Sambil sesekali melirik ke arah jendela. Takut-takut ada anak buah Langit yang mengintai atau mengetahui keberadaannya."Tomi, apa kau yakin tidak ada yang mengikutimu sampai di sini?" tanya Barman dengan curiga."Aman, Bos. Bahkan anak buah Langit pun tidak akan tahu keberadaan Bos sekarang," ucap Tomi dengan yakin."Bagus. Apa kau bawa pakaian dan makanan untuk kami?" tanya Barman kembali dengan penasaran."Tenang, Bos. Saya sudah bawakan semua yang Bos minta." Tomi berkata dengan wajah serius. Meyakinkan bosnya."Cepat ambilkan. Saya dan istri sudah lapar. Sejak semalam kami belum makan,", ucap Barman memberikan perintah."Baik, Bos." Tomi pun keluar dan membuka pintu bagasi. Mengambil semua keperluan Barman dan Niken. Mereka dibantu Bimo dan Aji."Ini semua, Bos." Tomi membawa semua permintaan Barman dan menaruhnya di hadapan pria tua itu."Bagus." Barman langsung membukanya dengan
Baca selengkapnya
Bab 46 Penyesalan
Hari ini, Senja pulang kuliah, tetapi tidak dijemput Langit karena pria itu sedang ada pertemuan dengan rekan bisnisnya. Pak Maman, supir yang bertugas antar-jemput saat Langit tidak bisa pun belum datang menjemput. Senja menunggu di dekat gerbang depan.Ketika sedang asyik menunggu sambil melirik ke kanan dan kiri. Melihat barangkali Pak Maman datang, tiba-tiba sebuah mobil melaju dengan kecepatan cukup kencang. Menabrak Senja hingga terpental dan tidak sadarkan diri. Kemudian, kendaraan itu meninggalkan Senja begitu saja yang terkapar. Seketika, orang di sekitar yang melihat peristiwa itu dengan cepat menghampiri dan membawanya ke rumah sakit. Ada juga yang mengejar mobil itu. Namun sayang, tidak berhasil menemukannya. Begitu cepatnya melesat hingga sulit untuk di hadang.Setibanya di rumah sakit, Senja langsung dibawa ke ruang IGD untuk mendapatkan pertolongan pertama. Sementara, pihak kampus menghubungi Langit."Halo.""Halo, selamat siang.""Selamat siang.""Dengan Bapak Langit.
Baca selengkapnya
Bab 47 Rencana Pembunuhan
Senja dipindahkan ke ruang ICU. Wanita itu masih koma pasca kecelakaan dan operasi. Langit masih setia menemani. Menunggu sang istri siuman. Tak ada niat sedikitpun untuk meninggalkannya. Pria itu begitu telaten mengurus Senja. Menyeka dahi sang istri yang terkadang berkeringat. Begitupun bagian tubuh lain agar tetap segar meski belum sadarkan diri.Zack pergi untuk mengambil keperluan Langit dan Senja. Pria itu juga ke kantor untuk mengurus perusahaan yang sedang sedikit bermasalah. Membantu pekerjaan Langit yang belum bisa berkonsentrasi karena masih memikirkan kondisi Senja."Cepat sadar dan sembuh, Sayang. Saya merindukanmu," ucap Langit sambil mengecup puncak kepala Senja.Langit duduk sambil menggenggam sebelah tangan Senja yang terbalut infus. Merebahkan kepalanya di samping wanita itu. Tanpa terasa, ia terlelap karena lelah. Sejak tadi siang pria itu belum istirahat karena mengkhawatirkan Senja.Zack kembali ke rumah sakit sebentar tanpa membangunkan Langit. Pria itu menaruh
Baca selengkapnya
Bab 48 Tersadar dari Koma
Dua minggu berlalu, Senja tak kunjung siuman. Berbagai cara dilakukan Langit untuk membuat wanita itu sadarkan diri. Namun, tetap saja Senja masih enggan membuka kedua matanya.Bukan hanya Langit, Randi pun mengkhawatirkan kondisi Senja. Lelaki berparas manis itu tidak ingin kehilangan Senja. Meskipun mereka terlahir dari rahim yang berbeda. Namun, ikatan di antara keduanya cukup keras. Menjalani suka suka bersama sejak kecil."Senja, aku berharap hari ini kamu akan membuka mata dan melihatku. Bangunlah dari tidur panjangmu. Kamu wanita kuat dan hebat. Kamu sudah berjanji tidak akan meninggalkanku begitu saja. Jangan takut, Senja. Banyak yang menyayangi dan ingin melihatmu tersenyum. Bangunlah, Senja."Randi bermonolog sambil memikirkan Senja di dalam ruangannya. Pria manis berkacamata itu merasakan kesedihan mendalam atas apa yang menimpa Senja. Apalagi, sampai sekarang wanita itu belum juga membuka matanya.Langit masih setia menjaga Senja. Pria itu juga berharap Senja akan membuka
Baca selengkapnya
Bab 49 Mencari Jejak
Senja sudah diperbolehkan pulang ke rumah, setelah satu bulan di rawat di rumah sakit pasca kecelakaan beberapa waktu lalu. Lagi dan lagi, ia harus kembali ke apartemen Langit yang memiliki banyak kenangan-kenangan. Terutama kenangan buruk sejak dirinya memutuskan menikah dengan Langit.Wanita cantik itu duduk di kursi roda sambil menatap jendela kamar. Memandangi bangunan gedung-gedung bertingkat sambil termenung. Langit masuk ke kamar dan menatap ke arah Senja. Pria itu menarik napas dalam."Sayang, kau sedang melamunkan apa? Kenapa di sini?" tanya Langit sambil mendekati Senja dan berjongkok di samping wanita itu. Kemudian menggenggam sebelah tangan Senja.Senja terdiam. Pandangannya tetap fokus pada jendela. Bibirnya enggan mengeluarkan kata-kata. Langit mempererat genggamannya. Bukan hanya itu, Langit juga mengecup mesra punggung tangan Senja."Sayang ....""Saya merindukan Baby La. Kenapa ibu tidak menjemputmu bersamanya? Apa kau yang melarangnya?" ucap Senja sambil memandang La
Baca selengkapnya
Bab 50 Khawatir
Senja masih duduk dekat jendela ruang tamu sambil memegang ponselnya. Wanita itu membuka sandi dan mencari kontak. Kemudian, ia memilih nama Langit dan menekan tombol telepon. Senja menghubungi Langit yang tak kunjung pulang, sedangkan hari sudah hampir sore.Langit yang tengah fokus dengan laptopnya sambil menunggu Zack dan Toni kembali dari pengintaian ya sedikit terperanjat saat ponselnya berdering. Pria itu mengambilnya dari nakas dan menatap layar ponsel. Tertera nama 'My Wife' Langit mengerutkan kedua alisnya."Senja, ada apa meneleponku?" tanya Langit dengan curiga.Tanpa menunggu lama, pria itu pun langsung menekan tombol hijau di sudut bawah kanan ponselnya dan menjawab panggilan telepon dari sang istri."Halo, Sayang. Ada apa menghubungiku? Apa kau merindukanku?""Halo, maaf jika saya mengganggumu. Mas, maaf tadi saat kau menelepon saya tidak mengangkatnya karena tertidur.""Iya, tidak apa. Saya paham. Hanya itu? Apa ada yang lain ingin kau katakan?""Iya, Mas. Tadi, suster
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status