All Chapters of Story Adik Iparku di Akad Nikah Suamiku: Chapter 11 - Chapter 20
98 Chapters
Bab 11 Mendapatkan Rumah Ini
Aku meninggalkan mereka dengan perasaan yang penuh teka-teki. Apakah ini bagian dari sandiwara mereka atau memang ada hal lain yang memang disembunyikan. Sepertinya aku harus memasang cctv di rumah ini.“Aku jadi tidak bersemangat mau keluar malam ini, Mas!” keluhku pada mas Adnan saat sudah berada di kamar. Aku melipat kedua tanganku, berdecak kesal.“Kenapa sayang, apa karna ulah Renita tadi? Kalau memang kamu tidak suka, aku bakalan pecat dia sekarang juga,” ucapnya, bergegas hendak keluar kamar. Aku mencekal pergelangan tangan suamiku, bermaksud untuk mencegahnya.Aku menggeleng pelan, memberi isyarat agar mas Adnan tak perlu melakukannya. Ke mana wanita itu akan pergi jika ia tak di sini lagi. Lagipula, akan sulit bagiku mengetahui apa yang nanti mereka lakukan di luar sana. Bisa jadi ini hanya akal–akalan mas Adnan, agar Renita bisa keluar dari rumah ini dan akan lebih leluasa menemuinya di tempat lainlaiTerlebih lagi, ia merasa aku selalu memperhatikan setiap gerak geriknya. A
Read more
Bab 12 Sakitnya Renita
Saat jarum panjang menunjuk angka sembilan, di situlah terdengar deru mesin mobil mas Adnan di depan rumah. Aku mengintip dari jendela kamar. Mas Adnan keluar setelah mematikan mesin mobilnya, tanpa membawanya masuk ke garasi.Ia berlari kencang masuk ke dalam rumah. Disusul mama yang tampak kepayahan memapah Renita yang masih terlihat tak berdaya. Aku segera turun menemui mereka, berlari menapaki anak tangga rumah ini.Mas Adnan tampak terburu-buru, ia baru saja memasukkan ponsel ke kantong celananya.“Sayang, tolong siapkan pakaian kerja. Mas harus ke luar kota malam ini juga, ada pekerjaan yang harus diselesaikan!” ucapnya, mengayunkan kaki menaiki tangga.“Kenapa mendadak begini, Mas. Makan malam kita?” Aku bertanya sembari memohon, membuatnya urung meneruskan langkah.“Maaf, sayang. Mas tidak bisa menunda pekerjaan ini. Lagi pula, ini sudah jam sembilan malam, terlalu larut untuk pergi ke restoran.” Ia menghampiriku, menuruni dua anak tangga di bawahnya.“Sampai kapan, Mas?”Saat
Read more
Bab 13 Kejadian Memalukan
Dengan lihai aku memandikan Tabitha serta mengeramasi rambut hitamnya. Tiga bulan menjadi ibu membuatku perlahan paham bagaimana merawat bayi dengan baik. Aku sering mengoleskan minyak kemiri asli buatan mamak sehingga di usianya yang masih bayi, Tabitha memiliki rambut berwarna hitam legam sekaligus lebat.Aku memasukkan Tabitha di stroller dan membawanya menuju halaman depan. Tangannya mulai belajar menggenggam mainan kecil yang berbunyi. Sesekali ia tertawa menampilkan gusinya yang berwarna merah muda.“Tabitha cantik, sini yuk sama Oma.”Mama keluar dari balik pintu dan langsung menghampiri aku dan Tabitha yang tengah duduk di sebuah bangku di antara taman kecil rumah ini. Kebetulan aku sangat suka menanam bunga krokot, selain banyak warnanya, bunga itu juga sangat mudah tumbuh di mana pun.“Kita lihat ikan, ya, sayang!”Mama membawa Tabitha menuju kolam ikan kecil di dekat pintu garasi. Ada beberapa ekor ikan koi di kolam berukuran 2 x 0,5 meter di sudut sana.Aku melirik dari uj
Read more
Bab 14 Monza Untuk Renita
Mama mengambil tisu, membantu Renita membersihkan sisa saus di bajunya. Sementara Renita memperbaiki rambutnya yang acak-acakan.“Ya ampun Renita, bersihkan sana ke toilet. Baju kamu sudah penuh saus begitu. Pasti panas, 'kan. Biar aku belikan baju untukmu,” ucapku berpura simpati.Seperti mendapat angin segar, Renita langsung pergi ke toilet, membersihkan diri dari saus yang menempel di tubuhnya. Aku meminta mama menjaga Tabitha karna aku akan mencarikan baju untuk wanita malang itu.Mama mengangguk, lalu melanjutkan makannya yang sempat tertunda.Zahira baik sekali!Tidak, sudah kubilang aku tidak akan memberikan apa pun kepada wanita itu secara cuma-cuma. Paling tidak, sebuah hal yang membuatnya merasa jengkel.Dengan menenteng tas selempang berisi dompet dan ponsel, aku berjalan menuju penjual pakaian. Bukan di dalam mall ini, tapi berjalan keluar menuju sebuah pasar pakaian bekas atau di sebut pajak monza.Kebetulan mall ini bersebelahan dengan pusat pasar tempat banyak para peda
Read more
Bab 15 Kekacauan di Butik
“Indah, kenapa ruanganku kotor sekali, apa tidak pernah dibersihkan?”“Maaf, Bu. Kami sama sekali tidak diperbolehkan masuk ke dalam oleh bu Sarmila,” kata Indah.Bagaimana mungkin kedua orang itu bisa betah di ruangan sekotor ini, aku sampai tak berani membawa Tabitha masuk ke dalamnya.“Tolong kalian bersihkan ruangan ini, kumpulkan kembali kertas-kertas yang berserakan.” Aku memijit kepala pelan. Pusing melihat kekacauan ini.Ketiga orang itu mengambil peralatan untuk bersih-bersih, sementara aku duduk di bawah meja kasir sambil menyusui Tabitha. Kemudian memanggil dua karyawan baru yang ternyata baru saja bekerja seminggu ini.Lancang sekali mama melakukannya tanpa meminta izin dariku.Setelah dibersihkan aku memeriksa kertas yang sudah disusun rapi oleh Indah. Meneliti satu persatu nota catatan belanja dan jumlah stok yang masuk. Aku masih tidak paham bagaimana cara mengeceknya, karena ditulis dengan asal dan sembarangan.Aku memutuskan untuk membawa semua catatan ke rumah, lebih
Read more
Bab 16 Menuju Cafe
Terlihat centang dua berwarna hijau tanda chat tersebut sudah dibaca Lula, si pemilik profil bergambar kucing anggora tersebut.Tidak ada balasan sampai beberapa detik lamanya, hingga nomorku tiba-tiba diblokir oleh Lula begitu saja.Wah, gadis ini sepertinya sudah bersiap menabuh genderang tanda perang untukku.Layar ponselku bertukar tampilan dengan gambar Masli. Tanda panggilan masuk dari sahabat baikku itu.“Di mana, Ra? Aku sudah siap mau berangkat, ini!” lontar Masli sesaat setelah aku menekan tombol hijau di layar.Aku sampai lupa kalau hari ini ingin berjumpa dengannya. Apalagi, pertemuan kami sempat tertunda semalam. Tapi aku benar-benar pusing dan juga lelah. Rasanya tidak sanggup harus pergi ke tempat lain lagi.“Maaf, ya, Li. Hari ini aku tidak bisa ke sana. Ada masalah besar di butikku.” Sebenarnya berat hatiku membuatnya kecewa.“Masalah apa? Parah banget, ya?” tanyanya penasaran.“Besok aku ceritakan, ya. Besok pagi aku janji bakalan jemput kamu!” ucapku melemah. Seakan
Read more
Bab 17 Mengacaukan Arisan Mama
“Prok prok prok.”Aku mengangkat tangan ke udara, menepuk kuat kedua tanganku sambil berjalan mendekati perkumpulan wanita bergaya sosialita itu.“Zahira!”Mama terbelalak begitu melihat kemunculanku dari balik pohon buatan setinggi tiga meter tersebut.“Akhirnya mama memperkenalkan wanita itu sebagai menantu mama bukan pembantu lagi. Baguslah, aku juga sudah lelah berpura-pura tidak tahu siapa j*lang ini sebenarnya!”Aku menatap sinis pada Renita.“Apa ... Jadi kamu sudah tahu, Zahira?” Mama menarik langkah ke belakang sementara aku semakin mendekat ke arahnya.“Iya, Ma. Bahkan aku tahu di mana kalian melangsungkan resepsi pernikahan mas Adnan dan wanita murahan ini,” teriakku, menatap lekat pada tubuh Renita yang berbalut pakaian kurang bahan berwarna maroon.“Aku tidak bodoh, Ma. Menantu kampungmu ini tak sebodoh itu. Kalian semua telah menipuku dan aku hanya berpura-pura tidak tahu saja. Lalu, mama membawa Renita datang ke rumahku dan aku masih tetap berpura-pura tidak tahu bahwa
Read more
Bab 18 Ke Villa
Hatiku mencelus saat mengetahui Dipo sudah berada di antara kami, dan lelaki berambut panjang inilah yang telah memberi tamparan kepada mama Sarmila. Entah sejak kapan ia sudah ada di sini.“Ayo, Mbak!”Dipo menarik tanganku, setelah memindahkan jaket kulitnya menutupi badanku yang basah. Kemudian mengambil tasku berikut dengan berkas yang masih tergeletak di atas meja tadi.“Anak kurang ajar, tak tahu diuntung!”Mama memekik, berteriak mengucapkan berbagai sumpah dan makian kepada kami berdua. Dipo menarik lenganku kuat, sehingga tanganku terasa kaku.Lalu seorang security datang menenangkan mama yang seperti orang kesurupan, dibantu Renita yang penampilannya sama kacau sepertiku. Seharusnya petugas itu datang lebih awal saat aku dan Renita bertengkar tadi. Beberapa pengunjung yang melihat keributan tadi menatapku dengan wajah penasaran.“Dipo, apa-apaan, kamu? Itu mama kamu, dia yang sudah melahirkan kamu.”Aku melepaskan pegangan Dipo dengan sekali sentakan. Kemudian memarahinya, m
Read more
Bab 19 Wanita Lain Lagi?
Belum genap sebulan ia menikahi Renita, kini ia sudah bersama wanita lain. Untuk yang kedua kalinya ia telah menipuku keluar kota dengan dalih berkerja. Nyatanya, kini ia di tempat ini bersama keluarga barunya.Wanita itu terlihat masih muda, rambutnya tergerai indah sampai ke pinggang. Tubuhnya tinggi hampir mengimbangi mas Adnan. Wajahnya, aku tak tahu persisnya seperti apa, mungkin lebih cantik dariku. Sementara wanita berambut putih yang tadi bersandar di kursi roda, barangkali ibu dari wanita itu, artinya mertua dari istri ketiga Mas Adnan.Ada nyeri yang tiba-tiba menusuk tepat ke jantung ini. Sebuah perasaan perih yang kembali menghunjam ke ulu hati.Bahteraku yang tenggelam kini semakin karam ke dasar lautan. Duniaku yang runtuh kini semakin hancur tak bersisa. Hatiku yang luka kini semakin berdarah-darah. Aku tak menyangka, pernikahanku akan berakhir bukan hanya karena kehadiran orang ketiga, namun ada yang keempat, bahkan mungkin yang kelima dan seterusnya.Adnan Fahreza, pr
Read more
Bab 20 Masa Lalu Adnan
POV ADNANAku yang waktu itu duduk di kelas lima Sekolah Dasar baru saja pulang sambil berlari tergesa- gesa. Setelah seorang teman mengatakan bahwa ibuku dibawa oleh seorang laki-laki bermata sipit yang mengendarai sedan berwarna putih.“Ibu, Ibu, mana Ibuku?” teriakku saat membuka pagar besi rumahku yang setinggi dada.“Sudahlah, Nak. Tak perlu menangis lagi. Ibumu lebih memilih pria itu daripada ayah kalian. Tak perlu menangis, ada Bibi bersama kalian,” ucap wanita yang sedang mengelus lembut pucuk kepalaku yang berkeringat. Ia mengusap air yang keluar dari kedua mataku dengan sapu tangannya. Lalu memelukku, memberikan kehangatan persis seperti Ibu.Sementara, Dipo sedang meringkuk di ujung ranjang, memeluk kedua lututnya sembari menangis sesenggukan.“Ibu ... ibu, aku mau ikut,” rengeknya dalam tangisnya. Matanya merah hampir bengkak, sedang seragam TK-nya kotor dan ada noda darah di tubuhnya.“Darah ibu,” ucapnya ketika sadar aku sedang mengamatinya. Wajah imutnya berubah dekil,
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status