All Chapters of Permainan Kakak Kandungku Yang Janda: Chapter 31 - Chapter 40
131 Chapters
Menghina Gaya Bercintaku
Aku cek langsung ke kamar, ternyata Bang Panjul memang tidak ada. Pasti, aku sudah yakin, dia ada di kamar Mbak Widya. Tapi, baru saja ingin naik tangga, suara desahan yang nadanya membuat bulu kudukku merinding terdengar siang ini. Arahnya dari arah belakang kedatanganku tadi. Ini suara yang begitu tengil."Ah, ah, aku benar-benar menikmati ini. Kamu mainnya lihai sekali, tidak seperti si Nur! Ah!""Ssssh, ah. Memangnya si Nurul bisa gaya apa aja?"PEG!"Si Nur cuma bisa gaya anjing nungging, Wid. Sedangkan kamu, macam gaya bisa. Sampai gaya orang luar negeri kamu bisa sehafal ini. Ah, mantap!"Si kampret saling menyahut. Sialan! Kurang ajar! Kudekatkan lebih jelas kuping ini sampai menempel di pintu ruangan yang kujadikan tempat perkara."Ah, bisa aja. Tapi jelaslah, aku lebih semok dan berpengalaman, Bang. Punyaku juga sering dirawat, jadi sempit 'kan!" Kini batinku benar-benar terpukul amat keras. Suara desahan yang jahil itu jelas suara Bang Panjul dan kakakku sendiri. Bajinga!
Read more
Sudah Atas Namaku
"Kenapa bisa itu jadi atas namamu? Berani-beraninya kamu ya, Nur!" Mbak Widya yang masih memakai pakaian seksi kurang bahan itu murka padaku. Apa mereka memang sudah merencanakan ini supaya aku tahu? Sempat-sempatnya pakai baju seperti itu!Darah ini mendidih sekali. Sekilat juga kumasukkan lagi dokumen penting ini ke tas. Nanti direbut dia, lagi!"Diam kamu, Mbak, dasar Mbak tidak tahu diri. Aku sudah tahu semuanya soal harta peninggalan bapakku. Dan aku juga sudah tahu, kita bukan satu bapak. Kita hanya saudara seibu!"Kutunjuk moncong busuknya itu. Bang Panjul saat ini malah kaget atas ketahuanku. Pasti dia juga sudah tahu sejak awal."Kurang ajar kamu, Nur!" Mbak Widya ingin coba menyentuhku, tapi tangan ini berhasil mendorongnya."Ah!" Dia meringis kesakitan. Sedang si Panjul, ternyata dia kurang berenergik ingin membela siapa di sini."Nur, jangan kasar, dia Mbakmu!" Suara si Panjul jelas terdengar. Aku pun terkekeh puas, karena meski tidak bisa merekam adegan mereka karena pani
Read more
Di Kebun?
Tiba-tiba datanglah tetanggaku. Dia tadi bareng pergi ke desa, bersama si Menul juga. Eh, tapi ditangannya seperti membawa dompetku. Ampun, aku baru ingat, dompetku pasti ketinggalan Setelah pamit pulang duluan."Loh, kok suamimu pakek kolor, Nur? Mbakmu juga pakai baju kayak gitu?" celetuk si Menul.~~"Mereka memang selingkuh, Nul. Mereka tertangkap basah olehku sedang berduaan mendesah di ruangan dekat dapur!" jelasku dengan emosi."Eh, astaghfirullahaladzim, jangan-jangan dugaan saya juga bener, ya? Kalian berdua ada hubungan? Soalnya saya waktu itu pernah lihat kalian berdua keluar dari semak-semak di kebun juragan Dartawi itu! Ah, iya. Saya sudah curiga juga! Soalanya suamimu ya, Nur, dia benerin resleting dan setelahnya mbakmu keluar juga dengan wajah cemas!" Mbak Atun ikut menguatkan dugaan."Ah, iyakah, Mbak!?" "Betul, saya gak akan salah lihat!"iniWajah Bang Panjul dengan Mbak Widya kini memar. Mereka seperti kurang kekuatan, apalagi si Menul malah mengabadikan momen ini m
Read more
Disidak Pak RT
Akhirnya kami disidang juga oleh Pak RT. Maksudnya bukan kami, tapi Bang Panjul dan Mbak Widya, di rumahku, beserta warga lain, yang ternyata mereka telah bersaksi, pernah melihat sepasang hewan itu berduaan. Ada yang katanya memergoki di semak-semak, ada yang katanya di kebun jagung tak terurus. Rendah sekali mereka berdua. Sadis sekali. Sudah rendah, murahan pula. Andai di hotel mereka selingkuh, atau di losmen, ya itu mungkin bisa dibilang cukup lumayan. Lah ini, di kebun, astoge, mereka benar-benar tidak tahu malu. Telah membawa kampung ini ke jebakkan aib perzinahan mereka."Pak RT, saya mau menikahi kakaknya istri saya saja. Saya tidak akan menceraikan Nurul, Pak."Si Bang Panjul lebih dulu mengutarakan maksudnya di hadapan kami semua. Sinting, siapa yang mau? Aku? Ogah."Tidak diperbolehkan. Lagipula, Dek Nurul tidak akan setuju." Pak RT dengan tegas tidak mengindahkan. Saat ini wajah Mbak Widya dengan Bang Panjul seperti gosong oleh rasa malu mereka. Pasti keduanya semalam mi
Read more
Perjanjian
Lontaran dari sungut ibu mertuaku benar-benar mengganjal di hati. Otakku yang sudah memanas ini semakin mendidih mendengar pernyataannya. Sadis sekali, apa dia tidak bisa pura-pura mengiba di hadapan yang lain?~~"Astaga! Nyebut, Bu, nyebut! Apa yang barusan Ibu bilang? Hey, angkuh sekali ya Anda, Bu!" Si Menul menimpali sungut mertuaku barusan.Ibunya si Bang Panjul menyerang si Menul dengan tatapan kuda liarnya. "Heh, ya bener, kalau ketahuan selingkuh seperti ini lebih baik, biar si Panjul istrinya si Widya saja. Apaan si Nur, dia pelit, dan gaya juga Ndeso!" tegas mertuaku lagi dengan sarkas. Dia sepertinya ingin perang denganku.Pak RT pun sampai geleng-geleng kepala. "Sudah, sudah, Ibu ini membela anak Ibu yang sudah mengotori kampung kami? Astaghfirullah! Dan kalau begitu, lebih baik kita selesaikan saja masalah ini sekarang dengan surat perjanjian." "Pak RT, surat perjanjian apa? Jangan ngawur ya, Pak! Saya bisa bawa ini ke hukum kalau macam-macam!" cungur Mbak Widya menyang
Read more
Rumah Punyaku
"Bu, bangun, Bu! Bangun!"Bang Panjul terus menyadarkan ibu mertuaku yang tengah jatuh pingsan. Dia syok yang mengetahui kalau rumah ini adalah rumahku, bukan rumah Mbak Widya. Bahkan, aku juga sudah memberikan bukti pada Pak RT, kalau Mbak Widya telah merampas semu milikku. Aku banyak harta peninggalan bapak. Sedangkan dia dan aku beda turuan."Biarkan dulu saja, sekarang lebih baik kamu tanda tangan saja. Kamu juga segera manalak Dek Nur di depan kami semua." Pak RT menekankan lagi."Itu aturan kenapa rumit sih, Pak RT? Kenapa harus bayar-bayar denda segala?" Si Bang Panjul emosi."Iya, jangan membodohi kami ya, Nur!" sungut Mbak Widya."Oke, terserah saja. Tapi, kalau kasus perselingkuhan ini dibawa ke pengadilan, kata temannya temanku yang pengacara, kamu akan lebih melarat Bang. Karena kamu harus membayar gegara kamu selingkuh, juga kasih aku uang santunan!" jelasku dengan tegas. Ya, kalau tidak salah menurut buku yang aku baca ya begitu. Lalu siapa temanku yang punya teman penga
Read more
Aku Tak Akan Kalah
Dadaku sakit sekali, tapi harus kebal. Kebodoa amatan ini harus kupupuk supaya lebih subur makmur."Ya sudah Kenapa harus lama-lama! Ayo tanda tangani sekarang dan segera talak aku!" tandasku lagi.Dan dengan penuh tekanan dan juga penuh pertimbangan akhirnya dia menandatangani juga surat perjanjian di atas materai. Aku menginginkan Mbak Widya menikah dengan Si Panjul itu supaya mereka bisa saling merasakan bagaimana menjadi seorang pasangan yang dulunya selingkuh namun menjadi suami istri. Sok perhatian dan sok sayang-sayangan itu pasti pas cuma pacaran saja, sedangkan setelah menikah dengan adanya kebutuhan ekonomi pasti yang tadinya romantis sedikit demi sedikit akan semakin hambar. Apalagi mereka sama-sama mata duitan."Baiklah, aku talak kamu, Nur."Dan akhirnya kalimat yang aku tunggu pun telah keluar dari mulutnya yang bau jengkol itu. Benar-benar lega sekali karena sebentar lagi aku akan bercerai darinya.Dan setelah penandatanganan selesai juga talak terhadapku telah diucapka
Read more
Menantu Idaman (pada awalnya)
Ah, aku lega, kini aku sudah ditalak oleh si Bang Panjul. Dan di rumah ini, dia sudah tidak ada lagi. Dia sudah kuhempas, tinggal menunggu sidang pertama perceraian kami berlangsung. Bukan hanya sidang perceraian aku, tapi juga sidang Mbak Widya. Semoga saja tidak ada kendala, biar si tukang selingkuh itu bisa cepat menikah dan merasakan bagaimana bila hidup bersama dalam sebuah pernikahan.Aku duduk-duduk manis di kasur empuk lantai atas tempat Mbak Widya sejak awal. Dan kini sudah aku tempati. Dia tidak bisa menolak karena aku juga berontak, tidak bisa diam.Kakakku itu masih di rumah ini. Ya, setidaknya sebelum dia dengan si Panjul belum menikah, bolehlah kukasih tumpangan dia sebentar. Aku juga tak kejam-kejam amat.Pagi ini adalah pagi pertama setelah statusku di mata agama sudah menjadi janda. Meski kecewa pada pernikahan ini, tapi hidup harus terus dijalani, seperti sebuah lagu yang sering diputar saat hatiku merasa hancur."Humh, wangi." Aku bergumam sendiri setelah usai masa
Read more
Memanasiku ya?
Kupingku jingkrak-jingkrak mendengar suara nyeleneh dari pintu depan. Ternyata eh ternyata, yang datang adalah ibunya si Bang Panjul. Dia datang ke rumah ini membawa rantang makanan. Oh, pasti request-an dari calon mantunya. Hebat, hebat."Iya, Wid, ini Ibu sengaja bawakan buat kamu. Sebentar lagi kamu 'kan akan jadi mantu Ibu yang paling cantik dan montok. Ibu akan sangat bangga!" sahut mulut si mantan mertuaku itu. Karena secara agama, dia telah jadi mantan mertua.Oh, mereka pasti sengaja ingin memanas-manasiku. "Ehm!" Aku hanya berdehem."Masuk, Bu, masuk! Aduh, wangi sekali masakan Ibu," kata si Mbak Widya sok manis. Sengaja ia lantangkan suaranya supaya aku mendengar. "Iya, Wid, sengaja, ini spesial buat kamu." Ibunya Bang Panjul menyahut lagi."Aduh, Ibu memang mertua yang baik. Eh, calon. Hihi." Si Mbak Widya sok manis."Iya, Ibu gak pernah gini sama si Nur dulu, tapi sama kamu, kamu 'kan spesial, Wid. Spesial, mantu cakep, ah!" Terus saja wanita paruh baya itu mengindahkan k
Read more
Bukan Babumu
"Yaudah, Ibu pulang dulu ya, Wid. Ibu doakan kamu lancar cerainya sama si Aryo itu, biar bisa cepat nikah sama si Panjul. Ibu udah gak sabar mau pamer menantu wajah glowing, gak kumel kayak si Nur!" sungut ibu mertua secara hukum telah mencubit hatiku. Keterlalun dia menghinaku."Aku gak glowing, Bu, tapi cantik natural!" timpalku karena dia meledekku.Si Mbak Widya dan calon mertuanya itu terkekeh. "Haha, ada yang kesindir, Bu!""Iya, ya.""Lah, bukannya kalian menyindir dengan sebut nama? Ya jelas aku tersindir. Tapi perlu diingat, jangan sok jumawa, Mbak, kecantikan itu bisa lenyap kalau gak ada MODAL!" celetukku sembari berlalu."Ah, bilang saja iri. Si Panjul 'kan gajinya itu mandor, hanya dia sembunyikan aja darimu. Kan kamu itu kalau dipermak begimanapun, pasti wajahnya tetep anyep!" tandas wanita paruh baya itu dengan tajam."Ah, biar saja, yang penting hatiku tidak buruk rupa!" Mereka malah tergelak berdua. Biarkan saja, aku juga tidak mengusir Mbak Widya dengan paksa karena
Read more
PREV
123456
...
14
DMCA.com Protection Status