All Chapters of Permainan Kakak Kandungku Yang Janda: Chapter 41 - Chapter 50
131 Chapters
Saling Setrika, yuk
"Mundur kamu, Nur, mundur!" Dia semakin ketakutan, "mau, kamu Mbak hajar? Atau kamu akan Mbak bunuh!" ancamnya."Boleh, setelah aku rusak wajahmu tapi ya, Mbak. Biar kamu bunuh aku, aku masuk ke surga, dan kamu sengsara di penjara." Aku tergelak tawa di depannya.Ujung bibir Mbak Widya menyungging menahan emosi. Terlihat kalau dia tidak menyangka aku tidak mundur atau takut sama sekali."Kamu kerasukkan! Kamu dulu baik dan ahli surga, sekarang gila kamu!" Dia lagi-lagi membahas masa lalu."Masa bodo, bodo amat! Ini masih panas, melepuh sih kalau ditekan ke kulit. Ayok!"Wanita yang telah menjadi duri di kehidupanku pun itu kini lari ke dalam kamarnya. Dia mengunci pintu mungkin karena ketakutan. Hahah, aku tertawa terbahak-bahak. Begitu saja takut!***"Aduh, kalau aku lama-lama di rumah ini, aku bakalan mati perlahan, Bang. Tapi, kalau aku keluar dari rumah ini, aku belum tau di mana si Nur simpan sertifikat rumah ini. Bagiku ini masih seperti mimpi dan bencana, kok bisa anak bodoh i
Read more
Tak Tahu Malu
Dua Minggu berlalu, hari ini aku baru pulang dari pengadilan telah melakukan mediasi di sidang pertama. Yang hadir hanya aku ditemani si Minul, biar persidangan tidak ribet dan cepat usai. Alhamdulillah, lancar juga, dan tak ada omongan keluar dariku untuk rujuk. Sedang aku menuju sidang ke dua, pun dengan Mbak Widya, dia juga tengah menunggu sidang berikutnya dengn Mas Aryo. Bagaimanapun juga, aku harus memastikan mereka pisah. Tidak boleh sampai mereka rujuk, aku tak rela Mas Aryo yang baik masih jadi istrinya Mbak Widya si lakn*t."Gak sabar aku nunggu statusmu jadi janda, Nur. Hahaha …." Si Menul tertawa dalam penderitaanku. Eh, tapi bukan penderitaan, malah ini kegembiraan."Gila kamu, Nul, masak iya orang cerai kamu tertawain. Tapi gak papa lah, aku juga senang. Hahaha."Kami berdua tergelak tawa. Sampai akhirnya aku tiba di rumah dan si Menul pulang ke kandangnya, dan di rumahku di sana sudah ada si calon mantan suami. Sepertinya sedang ngapel sama si Mbak Widya. Cocok, cocok
Read more
Tamu Yang Datang
Ya sudah aku juga tertawa. "Hahaha … biasanya orang yang pamer itu cuma buat lindungi diri aja dari kenyataannya. Karena orang yang asli kaya mah, kayak Pak Haji Gogon, dia tidak pernah pamer, cukup kita lihat saja sudah paham, dia orang berada. Sawah tanah banyak, mobil dan motor berjejer. Dan satu hal, dia istrinya satu, tidak pernah kedengaran selingkuh. Lah, ini, mental mandor aja udah selingkuh. Waras kamu, Bang? Kebayang kalau kamu kayak sultan, istrimu bisa satu kodi. Hahahah."Mbak Widya nyambar. "Enak saja, aku ini wanita mampu ya, Nur, bukan kayak kamu. Si Panjul selingkuh itu saat sama kamu aja, saat sama aku nanti, mana bisa dia melupakan gairahku di ranjang yang hot jeletot. Hemh!" Dia nyengir sinis penuh percaya diri.Aku tertawa lagi. "Hahaha … cuma soal ranjang. Jangan lupa, soal dapur juga harus mampu! Kalau suami sering makan di luar, itu artinya sering juga mampir ke warung remang-remang. Hahahah." Aku terus tak mau kalah, "pergi sana, kalau mau pacaran jangan di si
Read more
Pada Sah Jadi Janda
Saat ini Bang Panjul dan Mbak Widya masuk ke halaman rumah. Memang di kampungku kalau ada orang berselingkuh jarang diusir, tapi aku lega karena kami akan segera talak tiga. Ini tak buruk bagiku meski mereka masih ada di lingkungan ini."Mas Aryo, ke mari ternyata? Mau ngapain? Mau ngapel si Nur?" Bukannya mengucap salam dengan santun, Mbak Widya nampak menatap Mas Aryo sengit. Apa matanya katarak? Dia lebih pilih gandeng si Bang Panjul yang seukuran pria itu tak lebih tampan dari Mas Aryo. Wajah beda jauh, tubuhnya juga beda jauh, meski tingginya hampir sama. Hemh.Mas Aryo berdiri dari duduknya. "Jangan bicara sembarangan, aku bukan seperti kamu yang tukang tikung suami adik sendiri di saat kamu bersuami. Dan kalau memang saat ini aku mendekati adikmu, itu bukan hal yang harus digunjingkan, lagipula status kita sebentar lagi akan jelas bercerai. Aku bukan selingkuh," jawab Mas Aryo yang kucerna kalau dia tak khawatir mengiyakan dugaan Mbak Widya. Walah, kalau aku beneran didekati M
Read more
DP rumah baru
Bu Ajeng menimpali. "Walah, Nur, wajar kalau kamu gak kecewa berat, secara melepas pria hidung belang itu kan gak menyakitkan. Hihi.""Ah, somplak!" Mbak Widya pergi dengan kecewa duduk lagi ke tempat asalnya tadi, sebelum nanti akan dipanggil ke ruang depan untuk ijab qobul. Sebentar lagi seserahan akan datang. Seharusnya aku diam saja di kamar sambil minum es jeruk, tapi itu bisa buat mereka berpikir kalau aku cemburu. Dan sekarang, aku bukannya cemburu, malah ingin melihat mereka berdua menikah dan nanti ada drama baru. Hahah."Eh, udah datang tuh tamunya. Ayok, ayok! Siap-siap Wid!" seru beberapa warga. Aku biar nanti langsung duduk saja di sana, sekarang biarkan saja penerimaan dan pembukaan di sana oleh Pak Rt. Seharusnya pakai toa, biar kedengaran sampai kampung seberang. Tapi ibaratnya ini hanya masih nikah siri. Tapi meski nikah siri tetap saja bermodal untuk suguhan nasi dan lauk. Untung saja yang keluar modal itu si Bang Panjul. Aku hanya penyedia tempat.Aku bersantai dulu
Read more
Aku Wanit Cantik
PoV Widya***Hai pemirsa, namaku Widya. Seorang wanita cantik berwajah glowing, semok dan juga bertubuh jenjang. Aku kakaknya si Nur, tapi hanya kakak se-ibu.Memang aku baru tahu belakangan kalau aku ini bukanlah anak kandung bapakku saat aku beranjak remaja. Aku ternyata hanya anak sambungnya, yang dibawa almarhumah ibu dari pria yang tak bermodal. Dan sialnya, aku tidak dapat warisan dari bapakku itu. Selain mungkin dia belum wafat, dia juga pasti orang miskin. Sampai saat ini, aku tidak tahu di mana ayah kandungku itu. Cerita ini tidak diketahui si Nur, karena ibu takut kalau ada kesenjangan di antara kami, katanya. Kalau aku, bodo amat! Tapi, kalau si Nur tahu aku bukan kakaknya waktu itu, bisa saja dia menjadi berontak, dan tidak mau seolah-olah jadi babuku.Singkat cerita saat itu, di saat aku sudah menikah dengan Mas Aryo yang keturunan Jawa, kudapati si Panjul yang sering curi-curi perhatian saat aku lewat ke kampungnya. Pria itu memang tidak begitu kaya kelihatannya, tapi t
Read more
Diusir Betulan
Tapi aku masih kecewa, kenapa dia bisa ubah nama kepemilikan rumah secepat itu. Entah dapat pengaruh dari mana dia, sampai-sampai aku pun kalah. Ya, itu memang hartanya yang ibu amanahkan dari bapak kandung si Nur. Tapi aku juga harus punya bagian, karena aku kakaknya dan anak dari ibu.Karena aku tak dapat rumah itu, maka aku memaksa si Panjul untuk membelikan aku rumah. Apalagi dia juga bawa maskawin berupa uang 50 juta rupiah, belum perhiasan. Yang itu artinya duitnya masih banyak.Si Nur mengusir kami setelah acara akad nikah selesai. Angkuh sekali anak itu. Andai membunuhnya tidak akan buat aku masuk penjara, pasti dia sudah kubunuh. Tapi sayang, tidak bisa. Dia bukan lagi ayam yang bisa berkokok dan bisa aku kurung, sekarang dia sudah lincah. Apa jangan-jangan karena pengaruh Mas Aryo? Karena mereka pasti sering sms-an. Ah, sialan!Meski sudah diusir, tapi aku masih di rumah ini, ya, untuk malam pengantin saja. Karena besok si Panjul, yang aku sebut Bang Panjul, akan membeli seb
Read more
Tak Ada Adik, Ada Mertua
PoV Widya***"Bu, sekarang kami nginap dulu di rumah Ibu, ya? Besok Panjul mau pindah ke rumah baru yang baru dibeli." Aku dan Bang Panjul sudah ada di rumah orang tuanya. Ya, yang sederhana, tidak begitu mewah. Hanya saja lebih bagus dari rumah lama yang aku jual."Kamu jadi beli rumah baru itu, Jul?" ujar mertuaku. Semoga dia tidak cerewet. Tapi, kalau dari roman-ronannya, dia itu seperti cerewet dan perhitungan. Ah iya, lihat saja waktu itu, dia membawakanku masakan gratisan, sampai aku mual dan muntah, sampai aku kapok dibawakan makanan olehnya."Jadi, Bu, jadi. Sudah Panjul selesaikan pembayarannya. Sebenarnya ini 'kan sudah rencana Panjul dari awal, kalau bisa nikah sama Widya, Bu. Eh, kesampean." Ya, memang begitu katanya ceritanya. Tadi ia bilang saat kami di motor. Dia sudah mengincar rumah itu untukku, dan bukan untuk si Nur. Sayangnya memang pakai uang mahar yang ia kasih. Ya, tak apalah. Rumah itu lebih mahal. Mataku jingkrak-jingkrak dengan benda yang lebih mewah dan m
Read more
Tak Ada Adik, Ada Mertua 2
"Nah, bagus, Sayang. Kalau sudah punya anak, aku akan kerja lebih rajin lagi. Aku juga akan berikan seluruh kepunyaanku untuk anak kita. Semoga kamu segera hamil." Si Bang Panjul histeris. Nah, ini boleh, kalau ada iming-iming harta, aku mau ini."Iya, anak itu aset. Apalagi supaya perbaiki keturunan, Jul. Lihat, wajah Widya cantik, body seksi. Pasti nanti cucu Ibu cantik dan tampan. Itu bagus. Untung saja si Nur belum hamil." Mertuaku nampak kurang suka sekali pada si Nur, beda padaku. Jelaslah, aku ini beda sekali dengannya.***Seminggu sudah aku tinggal di rumah baru yang sama bagusnya dengan rumah yang aku beli yang dirampas si Nurul. Bahkan, ini lebih bagus. Hanya saja, sertifikatnya entah di mana. Katanya, si Bang Panjul simpan dan akan jadi atas namaku. Wah, aku kaya, aku kaya. Apalagi uang yang ia kasih padaku juga banyak. Selalu lebih buat makan, belanja dan kebutuhan lain. Tapi, yang jadi masalah di rumah ini tidak ada pembantu. Sehingga aku harus mengerjakan pekerjaan rum
Read more
Beda Istri, Beda Segalanya
PoV Panjul***"Haduh, pengantin baru. Lenyap adiknya, dapet kakaknya. Semok lagi. Bagus Bang Panjul hebat!" Di tempat kerja bawahan-bawahanku bersorak. Memang kabar menikahnya aku dengan kakak ipar itu sudah menyebar. Ya, aku juga yang bicara pada mereka. Aku pamer."Ya, namanya jodoh, ya begini. Haha. Adiknya kerasain, kakaknya didapetin. Haha." Aku tergelak tawa saat sedang menikmati secangkir kopi bersama mereka.Namaku memang Panjul. Pria pekerja keras dalam bidang bangunan, sehingga setahun yang lalu aku sudah diangkat jadi mandor. Itu bahasa kerennya. Pengangkatan didasari kinerjaku yang bagus dan cekatan. Aku juga kalau kerja teliti, pantas memiliki jabatan ini. Aduh, gak sabar nanti naik jabatan lagi, biar nanti kerjaku semakin ringan. Uang gede, tapi kerja gak begitu menguras tenaga."Jul, enak adiknya, enak kakaknya. Hemh?" Si Romli memainkan alisnya digerak-gerak menggodaku. Dia itu rekanku, maka tidak harus sebut aku bos Panjul. Nama saja cukup karena sudah biasa. Paling
Read more
PREV
1
...
34567
...
14
DMCA.com Protection Status