Semua Bab AIB YANG DISEMBUNYIKAN ISTRIKU: Bab 11 - Bab 20
28 Bab
Pantaskah kupanggil Papa?
POV VANYA"Apa yang kamu lakukan, Dion?! Kamu sudah tidak waras!!!""Papamu akan membunuhmu jika tahu!!!"Suara Tante Nia menggelegar ke setiap sudut rumah. Terdengar suara Dion menjelaskan sesuatu. Tidak, itu bukan penjelasan! Itu fitnah! Aku tidak melakukannya!Aku hanya bisa terbaring di atas tempat tidur dengan jiwa dan raga yang terkoyak. Aku tidak bisa berbuat apapun, bahkan tidak bisa berpikir apapun. Entah kemana pikiranku melayang saat ini. Aku hanya bisa menatap kosong ke depan.Seharusnya aku menuntut keadilan!Baru saja belum lama menyeret tubuhku dengan menahan luka yang perih tak terkira, menyambut wanita yang seharusnya bisa kupanggil Mama. Suaraku tak bisa keluar. Aku hanya bisa meraung seraya mencengkeram pakaiannya.PLAK!!!Aku jatuh tersungkur ketika sebuah tamparan justru mendarat di pipiku. Panas, pedih. Tapi tak sebanding dengan pedihnya jiwa dan ragaku ketika kehormatannya baru saja terenggut dengan paksa.Aku yang ingin mendapatkan keadilan dari sosok yang seha
Baca selengkapnya
Maaf
POV VANYAPerlahan aku membuka mata, dan seketika merasakan sakit luar biasa di sekujur badan. Terdengar lantunan suara ayat suci Al-Qur'an yang terdengar begitu merdu di sampingku. Aku lekas sadar kalau telah berada di rumah sakit.Aku menatap seseorang yang begitu khidmat melantunkan ayat suci, sampai tak menyadari jika aku sudah siuman dan kini tengah memperhatikannya. Seorang wanita yang berjilbab panjang dan bercadar. Terlihat dari suaranya, dia sudah masuk usia paruh baya. Tapi siapa dia?Saat ini aku tak peduli. Aku terus mendengarkan ayat demi ayat yang dia baca. Air mataku tanpa sadar mengalir. Ya Allah, betapa dahsyatnya setiap ayat-Mu menyentuh kalbu.Sampai wanita itu membaca ayat penutup, dan menutup mushafnya, hati ini masih bergetar. Betapa selama ini aku jauh dari Al-Qur'an ...."Masyaa Allah, syukur alhamdulilah kamu sudah siuman," ucap wanita itu seraya menatapku.Aku tak menjawab, hanya balas menatapnya dengan penuh tanya."Saya ustadzah Zahra. Saya tak sengaja mene
Baca selengkapnya
Kiranya Allah Menyatukan
POV ALDIAku yang mendengarkan kisah Vanya hingga akhir berulang kali menahan napas. Hatiku seperti teriris-iris pisau ketika mendengarnya. Vanya telah mengalami begitu banyak hal, dan dia masih bisa begitu tegar."Sekarang semua terserah padamu, Mas," ucapnya kemudian dengan memilin jari."Mas boleh menceraikan aku setelah tahu semuanya. Tapi ijinkan aku lebih dulu menyelamatkanmu dari pekerjaan."Aku membuang napas, lalu tersenyum. Perlahan aku mendekati wanita yang ternyata begitu kuat di balik semua ketakutannya itu. Kupegang kedua tangannya dengan kedua tanganku. Jemari yang dingin itu terasa bergetar."Sampai seperti ini pun, kamu masih memikirkan tentang diriku, Dek," ucapku.Vanya terlihat membulatkan mata sejenak, lalu menunduk. Kulihat butiran bening mengalir di kedua pipinya."Mas tidak jijik padaku? Aku kotor, Mas ...."Aku tersenyum lagi ketika mendengar ucapannya. Kupegang tangannya lebih erat."Mas juga bukan orang suci, Dek," jawabku pelan."Aku sudah ternoda, Mas. Bah
Baca selengkapnya
Hukum
"Jangan mencoba mengarang cerita lagi, Tante!" ucapku dengan suara meninggi. "Sudah cukup kalian menebar fitnah tentang istriku sebelumnya. Drama apa lagi yang akan kalian lakukan sekarang?"Nyonya Nia tersenyum mengejek lagi."Jadi kamu lebih percaya pada cerita istri sok sucimu itu, Aldi?" tanyanya. "Dia itu munafik! Pintar sekali mengarang cerita."Aku membuang napas kesal, lalu mengambil map yang Nyonya Nia berikan pada Vanya. Ternyata map itu berisi hasil tes DNA, dan tidak ada kecocokan di sana.Aku melirik ke arah Vanya yang masih terlihat shock, lalu menatap ke arah Nyonya Nia lagi."Putri kandung atau tidak, itu surat wasiat yang sah, dan dibuat oleh Pak Hari secara resmi melalui catatan notaris," ucapku kemudian. "Kalian tidak bisa menggangu gugat hal itu.""Bagaimana kami tahu kalau istrimu itu tidak memalsukannya?" Nyonya Nia tampak tersenyum licik."Vanya sudah diusir dari keluarga kami, bahkan Papanya sendiri sudah tidak menganggapnya sebagai anak! Lalu bagaimana mungkin
Baca selengkapnya
Pengakuan
Kami melihat foto-foto yang ada di sana, dan ternyata itu adalah sebuah foto pernikahan. Foto pernikahan Pak Hari Wicaksono dengan seorang wanita berhijab. Mungkin dia adalah Mamanya Vanya.Selama ini aku memang tidak tahu-menahu tentang keluarga Vanya. Saat menikah, Vanya menggunakan identitas sebagai anak angkat dari Ustadzah Zahra, karena Vanya memang telah yatim piatu. Karena tidak memiliki saudara kandung, akhirnya diwalikan oleh hakim.Aku sama sekali tak menyangka jika Vanya sebenarnya adalah putri kandung dari presiden Direktur perusahaan tempatku bekerja, yang wafat beberapa waktu yang lalu."Itu mamamu, Dek?" tanyaku saat Vanya termenung sambil menatap foto itu.Vanya terlihat tersadar dari lamunan."Iya, Mas," jawabnya kemudian."Cantik sekali. Pantas kamu juga cantik, Dek," ucapku, mencoba mencairkan suasana.Vanya terlihat tersenyum dengan pipi merona mendengar ucapanku. Dia mengambil sebuah foto lagi, kali ini bertiga, yaitu Pak Hari, Mama Vanya, juga seorang wanita lagi
Baca selengkapnya
Fakta
"Kamu ... berani melakukannya, Vanya?" suara Nyonya Nia terdengar bergetar.Vanya menatap Nyonya Nia dengan ekspresi datar."Sebenarnya sebelum masuk ke dalam rumah ini, aku berharap jauh dari dalam lubuk hati Tante akan menyesali semua perbuatan Tante," ucapnya. "Tapi ternyata aku salah. Seharusnya dari dulu aku tidak membiarkan keluarga kalian masuk ke dalam keluargaku lebih dalam. Aku mengutuk diriku yang lemah."Aku ikut terdiam mendengar ucapan Vanya. Aku seakan bisa merasakan betapa pedih hatinya saat dia mengucapkan hal itu."Sekarang tak ada pilihan lain dariku selain menegakkan hukum demi kedua orang tuaku," lanjutnya."Kamu tidak akan berani melakukan itu, Vanya! Kamu tidak akan berani!" Nyonya Nia berteriak histeris sambil mencengkeram kepalanya dengan kedua tangan."Aku membuang napas miris melihatnya. Bahkan sampai seperti inipun, Nyonya Nia tidak menunjukkan sedikitpun penyesalan."Apa-apaan ini?"Kami semua menoleh. Rupanya Tasya baru saja pulang dan langsung berjalan k
Baca selengkapnya
Penangkapan
"Kamu pikir kamu bisa lepas dari hukuman, Dion?" tanyaku sambil menatap tajam padanya. "Kamu hanya menunggu giliran, jadi jangan sok jadi pahlawan.""Tolonglah, Vanya. Mamaku sakit sekarang. Apa kamu tega melihatnya dipenjara?" ucap Dion, masih dengan ekspresi mengiba.Dia mencoba mendekat lagi ke arah Vanya, tapi aku cepat-cepat mendorongnya menjauh. Astaghfirullah, ingin sekali rasanya aku menghajar pria di depanku ini habis-habisan, biar terbuka matanya. Manusia seperti apa mereka ini, yang hanya mementingkan diri mereka sendiri?"Aku akan mengakui semuanya! Aku akan menyerahkan diri pada polisi! Tapi tolong lepaskan Mamaku!""Bagaimanapun, hukum tetap berjalan, Dion! Biar polisi yang akan menentukan kalian bersalah atau tidak," tegasku."Tolonglah, Vanya, tolong!" Dion masih mencoba mendekat ke arah Vanya, sedangkan Vanya mundur ke belakang."Cukup, Dion! Hentikan! Sudah cukup kalian semua membuat Vanya menderita!""Apa yang harus kulakukan agar kamu mau memaafkan aku, Vanya?" tan
Baca selengkapnya
Hukuman
Aku bergegas mendekat ke arah Vanya dan memeluknya."Tasya, Mas! Itu Tasya!" ucap Vanya sambil membenamkan wajahnya ke dadaku."Iya, Dek. Mereka mengalami kecelakaan," ucapku sambil mengelus punggungnya.Aku memeluk Vanya lebih erat, ketika petugas membantu mengangkat tubuh Dion yang kondisinya tak kalah parah. Dan yang lebih memprihatinkan adalah kondisi Nyonya Nia. Para pertugas langsung membungkus tubuh Nyonya Nia dengan kantong jenazah."Innalillahi wa innailaihi roojiuunn," lirihku."Siapa yang meninggal, Mas?" Vanya tidak bisa menguasai dirinya. Dia mulai menangis."Nyonya Nia, Dek," jawabku dengan suara berat."Innalillahi wa innailaihi roojiuunn." Tangis Vanya semakin kencang ketika mendengarnya. Dia membenamkan wajahnya lebih dalam ke dadaku.Satu persatu mobil ambulans mulai meninggalkan tempat itu dengan suara sirinenya yang mendayu-dayu memenuhi jalanan."Ayo kita ke rumah sakit, Dek," ucapku setelah Vanya terlihat lebih tenang.Vanya mengangguk, lalu melepaskan pelukannya
Baca selengkapnya
Hidayah
"Kalian ... siapa?" tanya Tasya dengan suara yang amat lemah.Aku dan Vanya saling bertatapan, bingung. Segera aku ingat ucapan dokter tentang resiko operasi yang baru Tasya jalani.Aku berbisik di telinga Vanya tentang apa yang sudah terjadi. Netra Vanya membola sesaat, kemudian dia mengangguk mengerti."Ini kami, Tasya. Kami saudaramu," ucap Vanya lembut."Saudara?" Tasya masih menatap kami dengan wajah tanpa ekspresi."Iya," jawab Vanya lembut. "Kita saudara, Tasya. Mulai hari ini kami yang akan menjagamu."Tasya menatap Vanya, lalu perlahan mengukir senyum di bibirnya yang pucat. Aku hanya terdiam seraya menatap mereka dengan pandangan sendu.Seandainya Nyonya Nia tidak terobsesi oleh kekayaan, sehingga tega berbohong pada Tasya di masa lalu, mungkin mereka berdua bisa benar-benar menjadi saudara yang baik. Bagaimanapun, waktu tidak akan bisa diulang kembali. Mungkin ini saatnya mereka memperbaiki semuanya."Seperti yang kami kira sebelumnya, pasien akan mengalami kehilangan ingat
Baca selengkapnya
Pribadi baru
"Bagaimana, Mas? Tasya cantik, ya?"Aku tersentak mendengar pertanyaan Vanya, lalu seketika menggaruk kepala yang tidak gatal. Mungkin Mama tidak akan mengenali Tasya dengan penampilannya yang seperti itu."Apa tidak apa-apa menyuruh Tasya berjilbab, Dek?"Aduh, pertanyaan macam apa ini? Kenapa aku jadi salah tingkah begini? Astaghfirullah."Apa maksudmu, Kak?" Tasya terlihat mengernyitkan kening. "Kak Vanya bilang penampilanku memang selalu begini. Benar, kan?"Aku langsung menatap ke arah Vanya, dan dia memberikan isyarat melalui tatapannya agar aku mengiyakan. Aku sebenarnya tidak mengerti, kenapa Vanya harus mengubah Tasya seperti itu? Bagaimana jika suatu saat ingatan Tasya kembali?"Oh, iya, benar," jawabku kemudian. "Ayo kita pulang."Vanya terlihat menggandeng Tasya, dan mereka berdua mengobrol dengan sangat cerianya sepanjang koridor. Aku hanya diam sambil menatap mereka berdua dari belakang. Entah firasat tidak enak apa yang terus kurasakan, dan aku terus berusaha membuangny
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123
DMCA.com Protection Status