Aku bimbang, haruskah aku ceritakan kisah sebenarnya. Itu akan menyakitiku lagi dan tidak ada gunanya juga kalau Hendri tahu. Padahal ini bukanlah sebuah aib, tapi ini kenyataan hidup yang harus kuterima. Tapi selalu kurasakan sesak jika mengingatnya."Kalau itu menyakitkan bagimu, tak perlu kamu ceritakan."Aku memilih diam. Setelah itu tak ada lagi percakapan di antara kami. Dia fokus pada kemudi, sedangkan aku diam memandang sepanjang perjalanan. Aku tidak tahu apa yang sedang dipikirkannya. Jika dia menyesal telah mengenal dan berteman denganku yang ternyata seorang janda, tak mengapa. Lebih awal tahu lebih baik. Meski kami hanya berteman, tapi juga butuh kenyamanan."Makasih, kamu mau menemaniku hari ini," ucapnya ketika mobil telah berhenti di depan kosan."Iya sama-sama," jawabku lalu turun. Masih sempat kulihat dia tersenyum.Setelah aku kembali menutup pintu pagar, Hendri baru melajukan kembali mobilnya. Langkahku gontai menuju pintu kamar. Jika dengan kenyataan ini dia engg
Read more