All Chapters of Embun/Desire - Mencintaimu Tanpa Syarat : Chapter 41 - Chapter 50
307 Chapters
Part 41 Aku Sudah Menikah
Embun's POVBenar, dia menyelidiki apa yang dilakukan suaminya padaku. Mungkin juga telah membayar orang untuk mengawasi kami. Lucu sekali."Katakan pada suamimu. Jangan pernah menemuiku lagi. Jangan ganggu istri orang.""Apa?" tanyanya terkejut."Jaga suamimu baik-baik, biar nggak melirik istri orang lain.""Kamu sudah menikah? Siapa duda yang mau nikahi wanita nggak punya anak sepertimu?"Aku menarik napas dalam-dalam. Tajam sekali dia mengataiku. Kenapa Karina sekarang seperti ini? Tidak seperti Karina yang kukenal dulu. Apakah ini Karina yang sebenarnya? Aku mengatur napas terlebih dulu sebelum menjawabnya."Orang yang terbiasa berprasangka buruk, selamanya akan beranggapan buruk pada orang lain. Suamiku bukan duda atau suami orang. Statusnya belum pernah menikah saat dia menikahiku. Cari tahu saja siapa suamiku. Bukankah selama ini kamu begitu kepo dengan hidupku." Telepon ku tutup dan kuletakan di atas kasur. Aku keluar kamar dan menghampiri Mbok Darmi di dapur sekaligus mau me
Read more
Part 42 Setelah Embun Pergi 1
Author's POVKedua pria itu melangkah masuk sebuah rumah makan. Andrean tahu siapa Fariq, tapi Fariq tidak tahu kalau pria yang akan bekerjasama dengannya itu adalah suami dari perempuan yang masih dicintainya.Andrean selalu memperhitungkan dengan matang sebelum bertindak. Setelah jatuh cinta pada Embun, dia akan mencari tahu siapa wanita itu. Kegagalan pertunangannya membuat ia selalu berhati-hati, apalagi jika berurusan dengan perasaan ia tidak ingin gegabah.Dua pria dari perwakilan perusahaan masing-masing itu mengambil tempat duduk paling pinggir untuk menghindari lalu lalang pengunjung yang lain."Silakan duduk, Pak Fariq." Andrean mempersilakan rekan bisnisnya. Mereka baru bertemu tiga kali ini. Pertama ketika di mall waktu itu, saat Andrean juga bertemu Embun di sana. Namun siapa sangka, rekan bisnis yang akan bekerjasama ternyata mantan dari perempuan yang ia cintai. Andrean tetap profesional. Itu masa lalu bagi mereka. Sedangkan Fariq sendiri tidak ingat bahwa di mall wakt
Read more
Part 43 Setelah Embun Pergi 2
Fariq tidak menjawab. Dulu waktu masih ada Embun, mereka semua di rawat dengan baik oleh wanita itu. Setelah diperiksakan ke dokter, Embun yang akan mengurus di rumah setelahnya. Banyak saran kesehatan yang diberikan sang menantu untuk mereka.Namun sekarang baru terasa setelah Embun tidak ada. Setahun menjadi menantunya, Karina tidak peduli dengan sang mertua. Ia datang sekedarnya, itu pun akan menjenguk mereka jika Fariq yang mengajak. Karina justru berubah setelah menjadi satu-satunya istri Fariq. Ketika masih ada Embun dulu, wanita itu seolah berlomba melakukan kebaikan untuk mengambil hatinya dan sang suami.Bu Salim baru terasa sekarang. Bahwa beliau telah kehilangan menantu berhati malaikat seperti Embun. Terlebih saat ini ia bisa merasakan kalau putranya tidak bahagia. Rumah megah yang di hadiahkan untuk Fariq ditinggal begitu saja karena Karina tidak mau lagi tinggal di sana, hanya karena banyak kenangan tentang Embun. Bu Salim sempat jengkel dan geregetan. Tapi apa yang bisa
Read more
Part 44 Setelah Tiga Malam
Author's POV"Suami?" tanya Bu Salim kaget. Begitu pun dengan sang suami yang duduk di sebelahnya. Lelaki yang sempat menentang istrinya mencarikan istri kedua buat putra mereka."Iya. Saya sudah menikah, Tante," jawab Embun sambil tersenyum.Bu Salim masih mematung tidak percaya. Setahun Embun bercerai dari Fariq, tapi sekarang sudah menikah lagi. Wanita itu bisa melihat wajah berseri mantan menantunya, meski tanpa make up karena semalaman dia berjaga."Tante, saya permisi. Semoga Om lekas sembuh," pamit Embun sambil menyalami Bu Salim dan suaminya.Setelah Embun pergi, Bu Salim baru sadar kenapa ia tidak bertanya, Embun menikah dengan siapa. Karena terlalu kaget, lidahnya menjadi kelu untuk bertanya.Wanita sepuh itu memandangi Embun hingga sosoknya hilang di balik tembok rumah sakit. Netranya berkaca-kaca bersamaan dengan rasa sesak dalam dada. Bahkan ketika pernikahan Fariq dan Karina dulu, sebagian kenalan menyayangkan sikap Bu Salim dan Pak Salim yang tega terhadap Embun. Bukank
Read more
Part 45 Setelah Tiga Malam 2
Author's POV"Aku sebenarnya ... menyukaimu. Setelah kita sering bertemu hampir setiap hari selama aku sakit."Embun yang merasa berdebar dan gemetar tetap berusaha bersikap tenang dengan menampilkan senyuman di bibirnya. Tapi apa mungkin ia akan menerima Hendriko, andai ia tidak di sukai Andrean?Tidak. Embun belum tentu menerima Hendriko karena restu ibu tidak pasti di dapatkan lelaki itu. Ia ingat pertemuannya dengan Bu Salwa di warung bakso. Kemudian dilanjutkan dengan telepon undangan makan malam dari wanita itu. Dilanjutkan lagi dengan dinner malam itu dan Hendriko pun ada di sana, tapi Bu Salwa tetap diam saja. Dari situ saja Embun tahu, bahwa kondisinya yang tidak bisa memberikan anak tidak bisa di terima oleh Bu Salwa."Aku sudah pernah cerita kalau aku janda. Bercerai karena aku nggak bisa ngasih keturunan untuk suamiku.""Aku tidak mempermasalahkan hal itu.""Tapi belum tentu Bu Salwa dan Pak Darmawan akan merestui kita." Embun bicara dengan tenang. Ia tidak ingin berkata b
Read more
Part 46 Quality Time
Author's POV"Sarapan dulu ya, Mas temani?" kata Andrean. Ia yakin kalau istrinya pasti belum sarapan karena kemarin-kemarin juga sarapan di rumah sepulang kerja malam.Embun yang memang lapar mengiyakan. Keduanya pergi ke belakang. Mbok Darmi tidak ada karena sedang menyapu kebun belakang bersama Pak Karyo.Di atas meja sudah tersedia, urap, ayam goreng, dan kering tempe, juga segelas teh yang masih panas. Tampaknya Mbok Darmi baru saja membuatkan untuknya. Itu menu sarapan yang sama, di makan Andrean pagi sebelum berangkat menjemput istrinya."Mas, sudah sarapan?""Sudah tadi," jawab pria itu tersenyum sambil memperhatikan istrinya yang sedang makan. Sambil makan Embun juga menceritakan pertemuannya dengan mantan mertuanya kemarin pagi. Juga menceritakan pertemuannya dengan Hendriko di minimarket siangnya. "Mereka bilang apa?""Mantan mertuaku yang laki-laki tensi sama gula darahnya naik. Mereka periksa pada dokter Didik. Dokter langganannya. Aku juga bilang kalau sudah menikah.""
Read more
Part 47 Quality Time 2
Author's POVOmbak pantai menyambut kedatangan Andrean dan Embun yang berjalan bergandengan tangan di pesisir pantai. Saat itu sudah jam empat sore. Mereka tadi sampai jam tiga setelah menempuh perjalanan selama dua jam. Langsung booking hotel, istirahat sejenak kemudian jalan-jalan melihat sunset.Embun memperhatikan anak-anak kecil yang berkejaran di pasir pantai. Tubuh mereka sudah berlumuran pasir. Ulu hatinya terasa nyeri. Seandainya saja ....Mau seikhlas apapun Andrean menerimanya, tapi dirinya sendiri masih tetap meratapi kenapa tidak bisa hamil meski beberapa dokter menyatakan kalau tak ada masalah dengan kesuburannya. Bahkan menstruasinya juga teratur.Mungkin sebenarnya, dirinya yang bermasalah. Setelah mantan suaminya menikahi Karina waktu itu, mantan madunya juga langsung hamil. Bahkan sudah dua kali hamil meski berakhir dengan keguguran."Mikirin apa?" tanya Andrean.Embun tersenyum. "Nggak ada, Mas."Andrean makin mengeratkan genggaman tangannya. Mereka menikmati rona j
Read more
Part 48 Garis Dua
Embun's POV"Coba kamu cek." Yani meletakkan testpack di depanku yang baru dibelinya dari apotek rumah sakit, sekalian dengan cawannya.Aku diam menatap dua benda di meja. Rasanya trauma dengan kegagalan demi kegagalan selama sepuluh tahun ini. Dan aku enggan untuk mencobanya lagi yang bisa berujung pada kekecewaan. "Aku takut kecewa lagi, Yan. Mas Andrean nggak nuntut soal anak.""Kamu kapan terakhir haid?" tanya Anis, teman satu shift kami."Aku lupa tanggalnya. Sebelum akad nikah aku baru selesai haid, terus nikah sebulan aku mengalami flek, kupikir datang bulan yang tidak lancar." Kadang aku memang tidak sepeduli itu, semenjak lelah menunggu kapan aku tidak akan haid selama sembilan bulan sepuluh hari, lalu melahirkan seorang bayi.Yani duduk di depanku. Mengelus punggung tanganku. "Cobalah, bismillah."Rasanya aku tidak ingin menelan kekecewaan lagi. Daripada nanti bikin mentalku tumbang, lebih baik aku tidak melakukannya lagi. Aku juga tidak merasakan tanda-tanda seperti orang y
Read more
Part 49 Bahagia
Embun's POVAku melihat jam dinding, sudah sore dan aku harus segera mandi. Tidak lupa membawa dua testpack lagi dengan merk yang berbeda. Aku masih belum percaya dengan hasil yang tadi. Kembali dengan dada berdebar-debar, kutunggu hasilnya.Ucapan syukur Alhamdulillah menggema dalam dada. Dua benda itu menunjukkan hasil yang sama. Garis dua. Speechless. Aku menangis sekali lagi. Bahagia dan terharu.Buru-buru aku mandi dan Salat Asar. Mengucapkan syukur yang tiada terhingga pada Allah yang memberikan keajaiban ini. Dikala harapanku pupus, aku diberikan anugerah yang tak ternilai harganya. Semangat kembali menyala-nyala dalam dada.Dikarenakan terlalu khusuk, menunduk mengucapkan kalimat-kalimat syukur, aku tak menyadari kalau Andrean sudah pulang dan langsung masuk kamar. Dia mengambil tiga testpack yang tergeletak di ranjang. Kemudian berjongkok di hadapanku. Ketika itu aku menatapnya dengan mata berkaca-kaca."Ini benar?" tanyanya seperti tidak percaya.Aku mengangguk dan jatuh da
Read more
Part 50 Bos yang Ngidam 1
Author's POVInvitation, tulisan depan di undangan berwarna abu-abu dan biru dongker itu. Warna yang jadi logo dan indentitas perusahaannya.Waktu Andrean meeting kemarin dia sudah dikasih tahu sang papa mengenai annual dinner tahunan. Cuman yang mengurusi acara-acara seperti ini adalah Tante Verra. Dia merupakan ketua pelaksana dan yang bertanggung jawab penuh pada jalannya acara."Kamu jangan lupa datang. Sudah beberapa kali kamu nggak datang ke annual dinner. Kamu anak pemilik perusahaan, harusnya mempedulikan hal-hal semacam ini. Tunjukkan identitasmu.""Tahun kemarin kamu menang award malah kamu nggak datang. Kamu nyadar nggak kalau jadi bahan ghibah para karyawan. Asistenmu, si Rendy itu yang akhirnya maju mewakili kamu. Jika tahun ini kamu dapat lagi, dia juga yang kamu suruh maju lagi?""Dinner ini juga sebagai ajang silaturahmi, biar karyawan bisa lebih mengenali pimpinannya. Jangan kalah sama mama tirimu dan anaknya, mereka saja menyempatkan untuk datang."Andrean tidak menj
Read more
PREV
1
...
34567
...
31
DMCA.com Protection Status