All Chapters of WANITA YANG KAU HINAKAN: Chapter 11 - Chapter 20
213 Chapters
BAB 11. Jimpitan 2.
Setelah selesai aku segera pergi ke rumah Wak Tono, di sanalah tempat setor Jimpitannya. Wak Tono ini kakak tertuanya ibu mertuaku maka dari itu semua urusan yang menyangkut keluarga besar beliaulah yang diberi kepercayaan untuk mengembannya.Sampai di sana sudah rame, ada Mbak Asih dan suaminya. Mereka melihatku langsung membuang muka, padahal aku belum sempat menyapa mereka.Tibalah giliranku dipanggil. Aku sedikit gemetaran dan juga takut untuk menemui Wak Tono karena aku hari ini tidak setor dan memutuskan untuk tidak ikut jimpitan lagi.“Baiklah, Danu Pratomo bulan lalu nunggak jadi setorannya Rp.500.000 sudah sama bunganya,” ucap Wak Toni sambil menunjukkan buku catatan.“Ck, itulah yang bikin jimpitan kita enggak maju-maju nunggak-nunggak gitu bayarnya,” cicit Mbak Asih di belakangku diiyakan keluarga yang lain.“Em ... begini Wak, aku mewakili Mas Danu ingin mengambil uang jimpitan kami yang 35% dan juga untuk menyampaikan bahwa kami tidak melanjutkan lagi jimpitan keluarga. K
Read more
BAB 12. Usaha.
#Sebelumnya terima kasih banyak semuanya atas apresiasinya 🙏😘. Maaf kalau diksinya sederhana memang aku mengambil tema-tema harian yang memakai bahasa sederhana.Happy reading everyone ❤️ Bantu follow akunku, subs semua cerbungku ....🌸🌸🌸Di rumah masih ada stok beras dan juga sarden masih cukup untuk makan dua hari, tapi uang sudah semakin menipis tidak akan cukup apa lagi Mas Danu sakit.Kulihat di pematang sawah ada kangkung yang tumbuh subur, tapi tidak diambil oleh yang punya mungkin jika aku beli sedikit saja boleh, lumayan untuk lauk besok.“Permisi, Bulek. Apa boleh aku beli kangkung itu lima ribu rupiah saja?” tanyaku pada ibu-ibu yang sedang menyiangi rumput di antara sela-sela tanaman padinya.“Boleh, Nak. Ambil saja enggak usah beli. Itu banyak banget enggak ada yang mau sudah Bulek tawar-tawarin ke orang,” jawabnya ramah.“Benarkah? Alhamdulillah,” ucapku senang.“Iya, Nak. Ambil saja yang muda-muda itu kamu bawa pulang dijual juga boleh. Dulu Bulek rajin ngambil dan
Read more
BAB 13. Jualan kangkung.
“Boleh, tentu saja boleh. Besok tiga hari lagi ke sini pasti itu sudah tunas lagi.”“Alhamdulillah, Bulek terima kasih banyak, ya,” ucapku penuh haru. Beliau hanya mengangguk saja dan mengelus-elus bahuku.Di pertigaan jalan perbatasan jalan kami berpisah. Bulek Minah masih metapku hingga aku belok ke arah jalan rumahku. Alhamdulillah meski aku sangat lelah, tapi aku senang semoga saja habis dan berkah jadi cukup untuk kebutuhan kami.“Kamu bawa apa, Dik?” tanya Mas Danu heran rupanya dia sudah pulang.“Kangkung, Mas. Besok aku mau jualan kangkung. Ini tadi aku dapat ngambil dari sawah Bulek Minah, orangnya baik sekali,” jawabku sumringah.Mas Danu tidak menanggapi celotehanku, dia langsung masuk ke dalam. Aku yang bingung langsung memasukkan sepeda dari pintu belakang. Lalu memasak air hangat untuk mandi Kia.“Mas ... apa kamu marah padaku?” Kuhampiri suamiku. Mas Danu hanya menggeleng.“Mas, bukan marah, tapi merasa sangat malu. Kamu berjuang sendiri sampai nekat mau jual kangkung m
Read more
BAB 14. Tabah berdua.
#Bantu follow akunku ya, Guys ....🌸🌸🌸Dinginnya udara pagi tidak menyurutkanku untuk mengais rezeki. Setelah salat subuh tadi aku langsung bergegas menggowes sepedaku menuju pasar yang jaraknya lumayan jauh dari rumahku. Dengan tekat kuat kuniatkan mencari rezeki membantu suami Alhamdulillah di perjalanan lancar.Sampai pasar sudah ramai aku segera menggelar daganganku berjejer dengan para penjual lain. Mereka bilang kalau mau dagang harus datang jam 4 subuh jadi kalau baru menggelar dagangan sekarang aku kesiangan.Kutawarkan kangkung pada setiap pengunjung yang berlalu lalang di depan lapakku. Alhamdulillah satu per satu laku terakhir ada juragan yang memborong katanya untuk makan ikan di empangnya. Juragan itu juga memesan lagi besok aku diberi alamat untuk mengantarkan ke rumahnya.Pasar semakin ramai kepalaku pusing sekali sepertinya efek belum sarapan. Aku hanya minum air putih saja dari tadi. Alhamdulillah 100 ikat kangkung habis dalam waktu 3 jam. Aku beberes tempat dan be
Read more
BAB 15. Siapa Wanita hamil itu?
“Tidak ada Mbak, sudah habis untuk beli kebutuhan dapur,” jawabku jujur.“Halah, bohong aja mana sini dompetmu!” Mbak Lili merebut paksa dompetku yang aku letakkan di dekat belanjaan. Uangku sisa Rp. 50.000 dan itu diambil semua oleh Mbak Lili.Mas Danu terlihat sangat marah dan geram atas perbuatan Mbaknya, tapi karena kakinya sakit dia tidak bisa berbuat banyak.“Demi apa pun aku tidak ikhlas uangku kamu ambil, Mbak,” kataku terisak.“Halah, lebai hanya uang segini saja enggak ikhlas! Apa kamu lupa selama ini menumpang hidup di mana?” jawabnya tanpa rasa bersalah sama sekali.“Kembalikan uang Ita, Mbak, atau aku tidak akan pernah lagi mau menganggap Mbak sebagai saudariku," teriak Mas Danu.“Ha-ha ... kamu itu lucu Danu. Orang miskin seperti kalian itu enggak anggap aku saudara pun tidak masalah. Masih banyak saudaraku yang lebih bermanfaat dan menguntungkan enggak seperti kalian! Ah, sudahlah aku sibuk.” Mbak Lili pulang dengan penuh kemenangan.“Itu uang belanjaku Mas, rencananya
Read more
BAB 16. Tak sengaja tahu.
“Mas Eko ....” tegurku. Ajaib wanita hamil bersama Mas Eko ini langsung pasang badan dan menatapku dari atas sampai bawah.“Eh ... em—anu kenalin, Ta, ini Desi," ucap Mas Eko memperkenalkan wanita yang bersamanya. Aku senyum saja, jujur meski Mbak Lili sangat jahat padaku, tapi aku tidak membenarkan tindakan Mas Eko yang menikah lagi tanpa sepengetahuan kami semua.“Desi ... kenalin ini Ita, Adik iparku,” kata Mas Eko lagi. Wanita bernama Desi itu tersenyum padaku dan menyalamiku.“Kamu jangan salah paham ya, Ta. Desi ini teman lamaku kami kebetulan bertemu ....” Astaghfirullah aku sudah su’uzhon pada Mas Eko ternyata mereka hanya teman lama.“Eh, iya, Mas ....”“Mantan pacar, lebih tepatnya aku mantan pacar Mas Eko, dan kami sengaja bertemu sedang proses menuju halal,” sahut Desi. Mereka berdua saling lempar pandangan Mas Eko seperti tidak suka dengan kejujuran Desi dan yang lebih mengagetkanku lagi ternyata Desi ini cukup berani.“Oh ... iya, Mbak Desi. Permisi ... aku mau belanja.”
Read more
BAB 17. Fitnah.
“Kenapa? Bener, kan?”“Iya, Mbak,”“Maka dari itu jangan lagi kamu suruh-suruh aku dagang beginian.” Mbak Lili pergi membawa kembali daun singkong yang sudah dengan susah payah dipetiknya.Jam 02.30 WIB aku sudah bangun untuk membuat adonan donat. Sambil menunggu adonan mengembang aku salat tahajud dua rakaat. Kupandangi wajah kekasihku banyak guratan kesedihan di sana, wajahnya yang tampan kini semakin terlihat lebih tua dari umurnya. Kakinya yang terluka agak bengkok sedikit mangkinkah nantinya akan bisa berjalan normal lagi. Jika tidak sungguh kasihan suamiku akan cacat seumur hidup.Wahai Zat pemilik jiwa ragaku tak banyak pintaku, cukupkan rezeki kami, lapangkan sabar kami, dan jadikan kami orang-orang yang pandai bersyukur dalam keadaan apa pun.Jam 6 pagi aku mulai berkeliling kampung menjajakan donat perdanaku. Aku berharap donatnya habis karena hari ini Mas Danu harus ke sangkal putung lagi. Saat melewati rumah Mbak Desi lagi-lagi aku melihat Mas Eko baru ke luar dari rumahn
Read more
BAB 18. Perang di rumah ibu.
“Enak aja enggak bisa gitu dong, Li! Ini rumah bagianku sebagai anak tertua, kamu anak bungsu bagiannya tanah di gunung itu sekaligus mengurus Ibu!” Aku yang sedang menimba air di belakang rumah Ibu kaget mendengar teriakan Mbak Asih.“Itu namanya enggak adil, Mbak. Selama ini aku sudah mengurus Ibu apa mata kamu buta? Dan tentang warisan ini tentunya bagi rata. Kalau Mbak enggak setuju bagi rata kita pakai pengadilan aja!” teriak Mbak Lili tidak mau kalah.Aku mengelus dada mereka hanya dua bersaudara, tapi masih saja ribut soal warisan dari dulu pertama kali aku menginjakkan kaki di rumah ibu.Hening tidak terdengar teriakan dari mereka berdua mungkin ibu sedang menasihati mereka. Bak mandiku sudah penuh, aku berganti mencuci piring dan baju. Pagi tadi aku tidak sempat makanya siang beginilah saat Kia tidur aku baru bisa beres-beres rumah.Prang!Aku terlonjak kaget mendengar suara rantang dibanting dari rumah ibu disusul benda-benda lain yang saling bersahutan juga tangisan dari i
Read more
BAB 19. Juragan ikan kenal Mbak Asih?
“Maaf Mbak, itu bukan tugasku. Lagi pula di rumah ini, kan ada sanyo ngapain Mbak nyuruh-nyurah aku. Kalau dulu aku masih tinggal di sini tidak apa-apa itu sebagai baktiku pada Ibu, tapi kalau sekarang jangan harap lagi aku mau,” tegasku. Mbak Lili melongo mendengar penuturanku. Dia hendak marah lagi, tapi aku buru-buru masuk rumah dan menutup pintu dapurku sedikit kuat biar mereka tahu aku pun bisa marah sama seperti mereka.“Kenapa, Dik?”“Itu Mas, Mbak-Mbak kamu seenak sendiri seperti ratu memerintahkan tugas pada dayangnya aku disuruh mereka menuhin semua bak dan ember di kamar mandi Ibu, memang dikira mereka enggak capek," aduku pada Mas Danu.“Syukurlah kalau kamu tegas pada mereka, Dik. Mas pun tidak mau mereka semena-mena padamu, karena saat ini Mas tidak bisa membelamu lebih dengan kondisi Mas yang begini,” ucap Mas Danu. Ah, kenapa aku jadi melow begini aku paling tidak bisa melihat suamiku bersedih.“Ssstt ... Mas jangan bilang begitu lagi ya, aku sebenarnya mau-mau saja me
Read more
BAB 20. Jahatnya ibu dan Mbak Asih.
🌸🌸🌸“Maaf juragan, kangkungnya belum ada, kata yang punya sawah tiga hari baru numbuh lagi tunasnya,” jawabku.“Memang itu kangkung bukan milik kamu?”“Bukan juragan, kami dapat dari ngambil di sawah tetangga,” jawabku tanpa melihat ke wajah juragan ikan. Entah kenapa aku merasa tidak enak hati.“Oh, ya, sudah tidak apa-apa, besok kalau sudah ada biar anak buah saya yang ke sini. Ini kamu mau ke mana?”“Oh, ini mau ke warung Wak Haji mau belanja bahan kue untuk jualan besok."“Jadi, selain jualan kangkung kamu juga jualan kue?” tanyanya.“Iya, benar juragan.”“Kue apa yang kamu jual?”“Donat dan bolu sarang semut.”“Hem, sepertinya enak. Kalau begitu saya mau pesan donatnya 100 biji sama bolu sarang semut ya 5 loyang, besok pagi jam 10 anak buah saya yang ambil ke sini.” Aku kaget mendengar pesanan Juragan Ikan. Aku sangat bahagia dan terharu.“Apa juragan? Sebanyak itu?” tanyaku tak percaya.“Iya, besok di rumahku akan ada pengajian anak-anak yatim-piatu jadi perlu kue banyak, ka
Read more
PREV
123456
...
22
DMCA.com Protection Status