All Chapters of WANITA YANG KAU HINAKAN: Chapter 21 - Chapter 30
213 Chapters
BAB 21. Mbak Desi menikah dengan siapa?
“Kenapa, Nak Ita, kok malah nangis? Kalau belum punya uang cukup enggak apa-apa kalau belum nyicil hutangnya. Wak, percaya sama kamu pasti kamu amanah orangnya,” tuturnya lagi.Kumenghirup udara sebanyak-banyaknya lalu menghembuskannya perlahan. Aku mencoba membuang rasa sesak di dada.“Bukan itu, Wak. Aku sedang sedih aja, kenapa orang-orang terdekatku sangat membenciku padahal meskipun aku miskin aku tidak merepotkan mereka apa lagi meminta-minta pada mereka.”“Sabar, Nak. Namanya kembang hidup. Kalau tidak ada cobaan nanti kita tidak dewasa dan bijak menyikapi permasalahan kita ataupun menyikapi orang lain.”“Tapi, sampai kapan, Wak. Rasanya aku benar-benar hilang kesabaran ingin sekali aku menyantet mereka aja,” kataku frustasi.“Astagfirullah, nyebut, Nak. Enggak baik ah, ngomong begitu . Wak, percaya kalau kamu wanita kuat dan Sabar makanya hanya kamu yang dikasih ujian begini. Sabar, ya Nak.” Wak Haji mengelus-elus bahuku. Mentransfer kekutan.“Cerita ke Wak, ada apa sebenarny
Read more
BAB 22. Cari tahu.
Aku cukup lama berdiri di jalan depan rumah Mbak Desi. Anak remaja yang kutanya tadi sudah pergi begitu saja padahal aku belum selesai bertanya. Seorang ibu keluar lagi membawa besek ini kesempatanku untuk bertanya.“Ibu, permisi apa acara di dalam sudah selesai?" tanyaku sedikit keki.“Alhamdulillah, sudah Mbak. Acaranya kan, memang dari tadi pagi dan Alhamdulillah berjalan lancar. Ada apa ya, Mbak?”“Em ... a—ku. Maksudnya acara apa ya, Bu?” kataku enggak jelas. Duh, jadi salah tingkah gini. Ibu itu melihatku curiga kemudian tersenyum lebar.“Jadi, ini acara aqiqah anak Mbak Desi dan sekaligus nikahan dia.”“Memang Mbak Desi kapan melahirkannya kemarin kami bertemu masih hamil.”“Kemarin sore lahirannya di Bidan Tuti. Gangsar gitu bayinya pinter. Eh, dia itu kan, enggk punya suami alias hamil di luar nikah. Terus pagi tadi langsung aqiqahan anaknya nah, siang tadi sehabis Zuhur sekaligus nikahan,” terang ibu ini. Duh, sepertinya aku salah orang untuk bertanya sepertinya ibu ini suka
Read more
BAB 23. Salah paham ibu-ibu kepo!
Kutarik nafas panjang menghirup udara sebanyak-banyaknya. Aku seperti habis lari kiloan meter nafasku tersengal-sengal, capek sekali dari tadi berontak, tapi tidak dihiraukan.“Duh, kan bayinya nangis. Kalian si, bar-bar.”“Eh, iya. Maaf ya, Mbak.” Aku kewalahan menenangkan Kia.“Sini Mbak, duduk dulu.” Aku dibawa ke teras rumah tetangga Mbak Desi. Rumahnya tepat di samping rumah Mbak Desi hanya berjarak lima langkah.Kususui Kia, dia lahap sekali minumnya. Aku duduk dikelilingi ibu-ibu kepo ini kuhitung jumlahnya ada lima orang pantas saja aku tidak bisa mengalahkan tenaga mereka.Kuperhatikan rumah Mbak Desi masih ramai orang, tapi di dalam. Terdengar riuh suasana bahagia tampak terlihat. Mereka memutar musik dengan suara keras pantas saja tidak mendengar keributan di luar. Kalau dengar sudah pasti Mas Eko menghampiriku.“Mbak, enggak usah tengok-tengok begitu. Mending langsung masuk aja, yuk! Kami temani,” ucap ibu yang tadi aku tanyai.Aku diam saja masih bingung haruskah aku masu
Read more
BAB 24. Kasihan pada Mbak Lili.
🌸🌸🌸“Suamimu itu ke mana, Li. Jarang sekali pulang ini sudah dua hari malah enggak pulang, gimana kamu mau punya anak kalau ditinggal-tinggal terus begitu?” ucap ibu mertuaku. Aku sedang mandi sore jadi dengar obrolan mereka.“Kerjalah, Bu. Tadi pagi aku sudah ditransfer sama Mas Eko banyak nanti aku mau beli perhiasan,” jawab Mbak Lili terdengar sangat senang.Aku jadi kasihan padanya apa aku jujur saja perihal pernikahan Mas Eko, tapi apa mereka akan percaya padaku.“Ibu, kalau anak menantu lagi kerja itu enggak usah ditanyain terus. Beruntung loh, Lili dapat suami pekerja keras dari pada anak Ibu itu si Danu udah pengangguran sekarang cacat pula,” sahut Mbak Asih.“Ibu punya firasat yang tidak enak.”“Itu Cuma perasaan Ibu aja lagi pula nih, si Lili itu cantik Bu sedang Eko jelek mana mungkin dia mau macam-macam,” kata Mbak Asih lagi.“Duh, Ibu, aku juga jadi merasa tidak enak ini,” sahut Mbak Lili.“Nah, kan, udahlah kalian ini enggak usah neting mulu, mending besok kita shoppi
Read more
BAB 25. Uang Mbak Lili hilang.
“Semoga, ya, Dik. Allah beri kita rezeki banyak biar bisa pasang listrik jadi kamu dan juga Kia enggak kegelapan gini.”“Aamiin, Mas, semoga Allah SWT kabulkan do’a kita.”“Gimana kakinya apa sudah banyak perubahan, Mas?”“Alhamdulillah, Dik. Sudah semakin enteng untuk digerakkan. Lihatlah Mas, jalannya sudah semakin lancar, kan?” jawab Mas Danu bahagia dia mempraktikkan jalannya di depanku.Aku tak kuasa menahan haru, kupeluk dan kucium suamiku semoga saja Mas Danu cepat sembuh dengan begitu semoga kehidupan kami berubah jadi lebih baik.“Oh, iya, Mas, duduk sini ada yang ingin aku sampaikan,” kataku sedikit berbisik takut ada yang dengar.“Kamu lucu sekali, kenapa harus bisik-bisik begitu?” Mas Danu menjawil hidungku kemudian duduk di dekatku.“Aku bingung musti dari mana ngomongnya.”“Lah, tinggal ngomong aja, Mas siap jadi pendengar setia.”“Itu em ... Mas Eko tadi— itu, anu ... Mas Eko tadi sudah melangsungkan pernikahan sirinya dengan wanita yang aku ceritakan kemarin, Mas,” kat
Read more
BAB 26. Dipertemukan dengan orang baik.
🌸🌸🌸“Mas, kamu mau apa? Sudah tidak perlu diladeni orang miskin ini ayo, lebih baik kita cepat berangkat nanti keburu siang!” ajak Mbak Asih saat Mas Roni mau menghampiriku dengan kepalan tangan seperti hendak meninjuku.Aku pun gegas meninggalkan mereka berdua aku takut mereka khilaf dan mencelakaiku.Aku bergidik ngeri membayangkan mereka berbuat nekat ini masih pagi tidak akan ada yang menolongku apa lagi lewat kebun sawit begini.Meskipun aku besar dan dilahirkan dari keluarga miskin, tidak lantas kami mencelakai dan merugikan saudara kandung sendiri. Ibu dan bapak justru mengajarkan kami untuk saling welas asih.Ini berbeda sekali dengan keluarga suamiku walaupun bukan saudara kandung, tapi mereka dibesarkan bersama dalam satu asuhan apa lagi Mas Danu itu sangat sayang pada ke dua kakaknya dan juga pekerja keras.Sibuk dengan pikiranku sendiri tidak terasa sudah sampai warung Wak Haji. Alhamdulillah Wak Haji membayar kueku dulu padahal aku tidak memintanya dan takut tidak hab
Read more
BAB 27. Tingkah Mbak Asih.
“Dik, jangan bengong gitu, ini sarapannya tadi Mas masak telur dadar.” Mas Danu menyuapiku makan karena aku sedang menyusui Kia jadi tidak bisa makan sendiri.“Terima kasih banyak ya, Dik, kamu mau bantuin Mas dan menggantikan posisi Mas sementara waktu ini,” ucap Mas Danu sedih.“Iya, Mas. Aku senang bisa bantu dan aku bahagia semoga kesusahan kita tidak berlarut-larut ya, Mas.”“Maafkan suamimu ini ya, Dik, tidak bisa berbuat banyak dan tidak bisa membahagiakanmu.”“Mas, sudah jangan bilang seperti itu terus aku jadi sedih. Mas, makan juga gih, pasti belum makan karena nungguin aku, kan?” Mas Danu tersenyum lalu memasukkan nasi ke mulutnya.Terima kasih Tuhan meski kami hidup serba dalam keterbatasan, tapi hati ini bahagia karena Engkau beri pasangan hidup yang tulus menyayangiku.“Heh, Ita! Kembalikan uangku!”teriak Mbak Lili tiba-tiba lalu merampas tasku yang tadi kugeletakkan begitu saja di tikar.“Mbak, jangan asal nuduh istriku bukan pencuri!” bela Mas Danu dia kesusahan mengam
Read more
BAB 28. Malu.
POV Mbak Lili.Assalamualaikum selamat pagi semuanya. Terima kasih atas supportnya sampai sejauh ini. Yuk bantu follow akunku biar aku makin semangat update.🌸🌸🌸"Kamu sudah yakin, Dan, dengan keputusanmu?" Itu suara ibu yang sedang ngobrol dengan Mas Danu."Yakin, Bu. kami sudah sama-sama dewasa dan siap berumah tangga."Apa? Danu mau menikah? Samar aku mendengar obrolan Danu dan juga ibu. Aku sendiri sudah berada di kamar hendak tidur karena sudah larut malam. Tadi sewaktu kami sedang berkumpul kenapa Danu tidak mengatakan niatnya itu apa dia malu.“Calonmu orang mana, Dan?” tanya ibu.“Orang kabupaten Permai Menawan, Bu.”“Cantik atau tidak? Kamu kan, ganteng Ibu enggak mau kalau punya calon menantu jelek,” tanya ibu, aku cekikikan mendengar penuturan ibu.“Insya Allah cantik hatinya, Bu,” jawab Danu. Kalau sudah begitu aku yakin calon istrinya Danu wajahnya dibawah rata-rata.“Kaya?” Kali ini aku dengar suara ibu dari dapur beliau sedikit berteriak.“Biasa saja, Bu,” jawab Dan
Read more
BAB 29. Harus!
POV Mbak Lili.“Ah, Mbak Lili ini bisa aja. Ayo, Mbak, sarapan nanti kita telat!” ajak Danu. Kami memang sedang sarapan. Danu mau berangkat ke bengkel di kabupaten sebelah sekaligus mengantarkan aku ke tempat kerjaku di pusat kota. Aku tadi memaksanya untuk mengantarkanku. Sebenarnya ada Mas Eko, tapi sedang ogah sama dia.Aku dan Mas Eko bertemu di bus saat perjalanan pulang. Dari sana kamu mulai pendekatan dan akhirnya jadian. Aku tidak suka sama Mas Eko, tapi karena dia kaya aku mau-mau saja dijadikan pacarnya. Orang tuanya juga baik.Dulu aku jarang sekali pulang, tapi karena Mas Eko punya mobil dan sering ke kosan aku jadi hampir tiap hari pulang. Lumayan enak naik mobi tidak kepanasan dan juga tidak kehujanan.Setelah berpamitan pada ibu kami meluncur berangkat. Di jalan aku memeluk Danu erat-erat Jika Danu hendak melepaskan pelukanku maka aku beralasan takut jatuh. Jalan di kampung kami memang sangat jelek, tapi tidak mengapa ini sangat menguntungkanku.“Danu, kamu beneran mau
Read more
BAB 30. Sial!
POV Lili.🌸🌸🌸“Ibu, kenalkan ini Ita, calon istriku.” Aku yang masih di kamar teleponan dengan Mas Eko kaget, itu Danu kapan pulang dia bawa pacarnya? Kumatikan telepon dan bersiap-siap menyambut Danu. Aku dandan secantik mungkin agar terlihat menarik. Pasti pacar Danu jelek dan kampungan dengan aku dandan begini dia akan minder dan pergi ninggalin Danu.Kuhiraukan telepon yang terus saja berdering panggilan masuk dari Mas Eko dia pasti kaget aku matikan telepon begitu saja. Danu lebih penting dari dia. Aku harus mendapatkan hati Danu.Kulihat ibu sedang menyiapkan air minum di dapur. Baik sekali ibuku ini. Ngabisin gula aja.“Bu, biar aku aja yang buat minumnya, Ibu ke depan aja sana.”“Iya, sekalian ya, kue itu kamu taruh di piring sudah ibu potong-potong, buahnya juga, ya?” titah ibu.“Bu, ini makanan yang bawa Danu?” tanyaku heran karena ini lebih mirip seperti orang hajatan ada tiga paper bag isinya aneka kue kering, empat loyang bolu yang sangat menggoda selera, dan juga dua
Read more
PREV
123456
...
22
DMCA.com Protection Status