All Chapters of WANITA YANG KAU HINAKAN: Chapter 31 - Chapter 40
213 Chapters
BAB 31. Kesal!
POV Lili.“Terima kasih, ya. Siapa tadi namamu?”“Ita, Mbak.” Duh, suaranya lembut banget lagi. Nemu di mana sih, Danu barang begini.“Gimana Mbak, udah enakan?” tanya Danu.“Belum, lah, Dan. Memang iklan obat begitu diminum langsung sembuh?” jawabku kesal. Baru saja minum semenit yang lalu sudah ditanya sembuh apa belum dasar tidak peka!Mendengar ucapanku Danu dan pacarnya tertawa, ibu juga ikutan tertawa. Memang aku pelawak apa yang ngasih hiburan gratis.“Danu, pacarmu ini kerja di mana?” tanya ibu. Bagus ibu bertanya begitu pasti ini cewek kerjanya di ladang dia, kan dari udik.“Biar Ita saja yang jawab, Bu.”“Aku kerja di toko kue, Bu,” jawab pacar Danu. Santun sekali ini orang.Kerja di toko kue saja bangga. Aku dong, kerja di minimarket Indoapril gaji UMR pasti dia gajinya kecil. Pantas saja dia pandai buat kue.“Kalau orang tuamu kerja apa, Ta?” tanya ibu lagi. Sebenarnya aku ingin sekali bertanya, tapi kepalaku tidak bisa diajak kompromi.“Bapak dan Ibu kerja di ladang dan s
Read more
BAB 32. Ternyata orang miskin.
“Iya, benar Bu, jadi kami memang tidak mau merepotkan keluarga,” jawab Danu, dia menatap mesra pada Ita. Tolong! Hatiku panas terbakar api cemburu.“Sykurlah kalau begitu. Oh, iya, silakan diminum tehnya ini yang buat Lili katanya spesial untuk Danu dan calon istrinya.” Duh, ibu kenapa bilang begitu si, ibu sepertinya berpihak pada mereka berdua dari tadi iya-iya saja.“Uhuk!” Pacar Danu terbatuk. Gimana teh buatanku spesial kan, jelas dong, karena rasanya asin. Tadi aku sengaja pakai garam untuk teh pacarnya Danu.“Kenapa, Dik?” tanya Danu khawatir. Dasar lebai. Sebelum menjawab pertanyaan Danu Ita melirikku aku balik melototi dia. Awas saja kalau ngadu.“Em ... enggak apa-apa, Mas, tadi aku keselek aja,” jawabnya. Bagus dah dia nurut. Sepertinya memang ini perempuan tipe orang yang penurut jadi seleranya Danu begini wanita yang penurut.Obat yang diberikan oleh pacarnya Danu sepertinya membuatku ngantuk, mataku berat sekali susah diajak melek.Aku terbangun sudah malam, Danu dan pac
Read more
BAB 33. Nyesek.
POV Lili.Pengantin baru itu terus saja bermesraan. Cih, lebai udah kayak dunia milik berdua saja. Menyebalkan. Bikin tensiku terus saja naik.Aku tidak bisa berbuat lebih karena takut Danu marah padaku.Meski mereka berangkat kerja bareng naik motor, tapi terlihat bahagia. Beda denganku yang naik mobil di dalam hatiku nyesek. Aku cemburu tingkat dewa.Seperti pagi ini dia menimba air berdua dengan Ita, padahal aku sudah sengaja mengerjai Ita agar aku bisa lama-lama dengan Danu di depan. Dasar saja Danu terlalu memanjakan istri nimba air saja dibantuin.“Ita, kenapa kamu libur kerja tidur aja dari tadi. Sana bantuin Ibu beres-beres rumah. Sudah macam Nyonya besar saja kamu ini!” Aku menyeret Ita hingga dia hampir terjatuh.“Aku lagi enggak enak badan, Mbak. Kepalaku sakit dan lemas,” jawabnya alasan.“Enggak mau tahu! Cepetan bantu Ibu!” teriakku. Ita tergopoh-gopoh ke dapur bantu ibu.Aku akan buat hidupmu menderita salah kamu merebut dia yang kucinta untuk selamanya.“Ita, setelah i
Read more
BAB 34. Terpaksa minta maaf.
POV Lili.“Eko! Kamu apakan anakku hah!” teriak ibu.“Tanyakan sendiri apa yang sudah dia lakukan pada menantu perempuan Ibu ini! Lihat jidat Ita sampai biru lebam begini!” jawab Mas Eko.Ibu langsung mengalihkan pandangannya pada Ita dan terbelakang kaget lalu memandangku.Tanpa berkata-kata lagi ibu membantuku berdiri dan membawaku ke kamar.Kudengar Ita menangis, hah! Dasar cengeng. Nangis aja yang kuat beli perlu pergi dari rumah ini.Mas Eko kenapa juga pakai belain Ita segala. Apa Mas Eko suka juga pada Ita? Ah, sana lah, aku sama sekali tidak cemburu.“Li, kamu harus hati-hati jangan main kasar begitu nanti kalau Ita mengadu pada Danu kita bisa kena marah. Kamu tahu kan, apa akibatnya?” ucap ibu aku mengangguk saja.“Jadi Ibu, lebih membela Ita juga dari pada aku?”“Bukan begitu, kita tidak bisa main bar-bar begitu urusan akan panjang,” jawab ibu. Benar juga si, apa kata ibu, tapi aku tadi sangat emosi makanya begitu.“Lili, kamu kalau begitu terus sama Ita lebih baik kita perg
Read more
BAB 35. Merasa beruntung.
POV Lili.“Bukan sama aku Mbak, minta maafnya, tapi sama Ita.”“Baiklah, Ita. Aku minta maaf,” ucapku tidak ikhlas karena aku merasa tidak bersalah sama sekali.Ita hanya diam saja kemudian dia masuk kamar tak berselang lama dia muncul lagi dan memberikan sesuatu pada Danu.Senyum Danu langsung merekah dan teriak kegirangan lalu memeluk dan menciumi Ita.“Ita hamil, Mbak, Mas!” teriak Danu.Oh, jadi hamil. Sebegitu bahagianya. Mas Eko juga ikutan teriak senang. Hanya aku saja yang berdiri diam. Aku sama sekali tidak senang. Aku berharap bayi itu tidak bisa lahir ke dunia dengan selamat. Kulempar jaket yang kupegang ke wajah Ita lalu aku pergi ke kamar mengambil handuk dan mandi.Begitu kegiatanku terus menerus mengerjai Ita dan menyuruhnya seenakku lumayan pembantu gratisan. Apa lagi semenjak hamil Ita tidak diperbolehkan bekerja. Maka dengan alasan tidak boleh berdiam diri maka aku bisa menyuruh dia sesuka hatiku. Aku mau Ita benar-benar merasakan sakit yang aku rasa. Rumah ini aka
Read more
BAB 36. Ribut dengan Mbak Asih.
“Baiklah, Pak Danu setelah kami amati tanah dan bangunan ini kami hanya bisa mengeluarkan pinjaman 30 juta rupiah dengan ansuran 980 ribu rupiah per bulan dan bunga 2%,” terang pihak Bank.Aku dan Mas Danu melongo. Tanah selebar ini hampir satu hektar cuma dihargai segitu dan aku yakin Mbak Asih tidak akan mampu membayarnya.“Nah, silakan Bapak tanda tangan di sini, kami juga minta foto kopi KK dan KTP Bapak dan juga istri untuk melengkapi berkas,” ucap yang satunya.“Maaf Bapak-Bapak saya tidak akan tanda tangan karena saya tidak mau menggadaikan tanah ini,” jawab Mas Danu pada akhirnya. Aku sangat lega Mas Danu bisa tegas begitu.Ke dua orang pihak Bank lalu melihat ke Mbak Asih. Senyuman merekah yang sedari tadi terukir di bibir bergincu Mbak Asih tiba-tiba sirna berganti mengerucut dan siap meledak.“Kalau enggak pakai tanda tangan Danu apa tidak bisa, Pak?” tanya Mbak Asih dia terlihat sangat memaksa untuk dapat pinjaman itu.“Maaf Bu, kami tidak bisa memberi karena di sertifikat
Read more
BAB 37. Juragan ikan datang.
“Maksudmu apa, Dan! Kok, makin enggak jelas ucapanmu itu!” tanya Mbak Asih matanya mulai berkaca-kaca.“Tidak perlu aku jelaskan harusnya Mbak paham,” jawab Mas Danu santai.“Dasar tidak punya otak orang ngomong apa nyambungnya apa! Ingat ya, Dan selama ini kamu hidup dengan siapa? Harusnya kamu balas budi!” teriak Mbak Asih mulai emosi.“Tidak cukupkah baktiku selama ini? Aku rela kerja banting tulang siang malam demi Ibu, Mbak Lili, dan Mbak Asih. Kalian tidak pernah menganggap aku ada dan tidak pernah mengucapkan terima kasih yang ada semena-mena padaku juga pada istriku.” Mas Danu tidak kalah emosi. Aku memegang dada Mas Danu dan mengelus-elusnya agar emosinya mereda.“Oh, jadi kamu sekarang hitung-hitungan gitu!” Mbak Asih makin emosi.“Mbak duluan yang main hitung-hitungan padaku. Sudahlah Mbak aku tidak mau memperpanjang urusan ini, silakan Mbak ke luar dari rumahku ini. Urusan kita selesai.”“Berani sekali kamu mengusirku! Rumah jelek begini saja kamu sombong! Benar-benar kete
Read more
BAB 38. Mbak Asih masih menuduhku.
“Maaf Pak, ini uangnya kebanyakan itu kangkungnya hanya 100 ikat saja,” kataku mengembalikan dua lembar padanya.“Enggak apa-apa, Mbak, ini amanah dari juragan ikan. Tolong diterima saja.”“Tapi, Pak, ini terlalu banyak,” kataku lagi.“Tidak apa-apa ini pemberian juragan ikan kalau tidak diterima malahan saya yang dimarah. Kata juragan ikan kalau kangkung sudah siap lagi kabari saja."“Alhamdulillah.” Aku dan Mas Danu bersamaan mengucap syukur.“Sampaikan ucapan terima kasih kami pada juragan ikan, ya, Pak,” ucap Mas Danu sebelum anak buah juragan ikan pergi meninggalkan rumah kami.Malamnya terjadi keributan di rumah ibu aku yang baru pulang dari warung dicegat Mas Roni lalu diseret ke rumah ibu.“Heh, Ita cepetan ngaku, kamu kan, yang ngambil duit Lili!” teriak Mas Roni.Aku tentu saja mengelak karena memang bukan aku yang ambil.“Kami tadi lihat sendiri kamu pas mau antar kue pagi-pagi,” sahut Mbak Asih.“Demi apa pun bukan aku yang ambil uang Mbak Lili. Langit dan bumi yang jadi s
Read more
BAB 39. Ulah mereka.
🌸🌸🌸Aku pulang dengan terburu-buru karena suara Kia terdengar sampai kebun samping rumah ibu.Aku kaget karena Mas Danu terjatuh dan tidak bisa bangun dia sedang merangkak mencari pegangan untuk berdiri sedang Kia sudah menangis sampai suaranya serak untungnya Kia tidur di bawah. Kalau tidur di ranjang dia bisa jatuh.“Ya Allah, Mas!” Aku kesulitan menopang berat badan Mas Danu. Susah payah aku mengangkatnya untuk berdiri.“Kenapa Mas, bisa sampai jatuh begini? Lihat makin sakit kan, kakinya?” tanyaku.“Tadi waktu kamu ke warung, Mas Roni mencarimu katanya kamu mau dibawa untuk disidang karena sudah mengambil uang Mbak Lili. Kamu tidak ada di rumah makanya dia giniin Mas,” jawab Mas Danu dia sesekali meringis kesakitan.“Astaghfirullah, Kia! Bentar ya, Mas, aku angkat Kia dulu.” Kia anakku yang unik dia akan berhenti menangis hanya dengan mendengar suaraku makanya tadi fokus menolong Mas Danu dulu."Jahat sekali Mas Roni, sampai tega menyakitimu begitu, Mas," ucapku sedih."Besok
Read more
BAB 40. Keluargaku datang.
“Lebih baik kita tanyakan langsung, Mas. Aku khawatir kejadian ini akan berulang lagi,” kataku memberi solusi.“Kamu benar, nanti kita tanyakan pada Ibu, ya. Sekalian Mas mau tanya sertifikat kebun karet milik Kakek.”“Loh, memang punya?” tanyaku terkejut.“Iya, punya dulu sewaktu Kakek masih hidup memberikannya pada Mas, lalu Mas titipkan pada Ibu.”“Sudah berapa lama, Mas?”“Sudah dari Mas umur 17 tahun, Dik. Waktu itu Mas ikut merantau tetangga ke pulau seberang karena rumah ini dijadikan kandang sapi maka semua berkas-berkas penting dipindahkan ke rumah Ibu.”“MasyaAllah, Mas, itu sudah lama sekali. Sekarang aja umur Mas sudah 28 tahun. Semoga saja masih, ya, Mas.”“Semoga, Dik. Rencananya mau Mas jual separo. Untuk modal kita dagang dan dandan gubuk kita ini, Mas sudah tidak tahan dan juga kasihan padamu selalu saja dihina di mana-mana.”“Terima kasih, Mas. Semoga masih rezeki kita, ya?” jawabku meski aku ragu sertifikat itu masih ada atau tidak.Aku sedang membereskan tanaman-ta
Read more
PREV
123456
...
22
DMCA.com Protection Status