Semua Bab Tanah Makamku masih Basah, Mas : Bab 11 - Bab 20
95 Bab
Kepanikan Ustaz Alif
“Ap –apa yang kamu katakan?” Wahono tercekat. Ia menelan saliva, seolah yang bicara barusan bukanlah Tomy –putranya sendiri.“Ya?” Tomy menoleh. Ia tersentak kala Wahono mempertanyakan apa yang dikatakannya tadi. “Ada apa, Pak?”“Apa yang kamu bicarakan barusan?” tanya Wahono mengulang pertanyaanya.“Aku?” Tomy mengarahkan telunjuk ke wajah. “Aku ngomong apa, Pak?” Pemuda itu malah balik bertanya yang membuat bapaknya makin bengong. Ia merasa ada yang tak beres dengan anaknya itu.Bagaimana tidak? Sebelumnya Tomy terlihat begitu ketakutan bahkan sampai minta antara ke toilet saat kebelet. Lalu duduk dempet –dempet sang bapak. Dan sekarang, dia malah mengatakan sesuatu yang mengerikan dengan ucapan tegas dan berani mengenai Sarah.“Kenapa Bapak melihatku seperti itu?” Tomy melebarkan ke dua matanya menatap Wahono. Seolah dia memang tak sadar sudah mengatakan sesuatu yang menakutkan.Pemuda itu celingukan. Mencari sesuatu yang bisa dijadikan petunjuk, maksud dari ucapan pria tua yang be
Baca selengkapnya
Permintaan Seorang Janda
“Saya hanya memiliki ini.” Affan mengeluarkan uang yang baru saja ditarik dari ATM.Petugas mengambilnya dan mulai menghitung. Affan menghela napas berat. Uangnya jelas tak cukup, melihat pada rincian tagihan yang diberikan ke padanya tadi. Ia berharap setidaknya pihak rumah sakit memberinya keringanan. Bisa membayar dengan mencicil dan membiarkannya membawa jenazah sang istri untuk lekas dimakamkan.Petugas itu menghela napas panjang kala menemukan jumlah nominal 9700.000 rupiah. “Ini tidak sampai seper empatnya, Mas.”“Bu, tolonglah. Biarkan kami membawa jenazah istri saya. Anak kami kan masih di inkubator. Jadi saya tidak akan kabur dan pasti akan mengusahakan segala cara membayarnya setelah ini.” Affan memelas. Hanya memakamkan Sarah segera yang ada di pikirannya.“Sebentar.” Wanita itu menelepon seseorang untuk menyampaikan pernyataan sekaligus permintaan keluarga pasien itu._______________Sementara itu di lorong rumah sakit yang menghubungkan dua gedung.Pria yang merasa kakin
Baca selengkapnya
Pilihan untuk Affan
“Di kamar mayat? Tidur di sana? Ngapain, Pak?” Ia tentu saja tak mau berada di tempat menyeramkan seperti itu.Wahono tidak menjawab, dan berjalan melewati Tomy begitu saja ke arah kamar mayat. Sedang Tomy sendiri, seperti sebelum –sebelumnya pasrah mengikuti sang bapak. Dia merasa terkadang hidup ini sangat kejam karena tak memberinya pilihan.“Pak tunggu!”Dua petugas sudah merapikan tubuh Sarah di tempatnya. Bersebelahan dengan mayat –mayat lain yang lebih dulu ada di sana.Wahono masuk dengan tekad tanpa rasa takut sedikit pun. Sementara Tomy merapalkan doa –doa, komat kamit kala kakinya mulai menjejak ruangan yang terasa dingin.berjingkat sesekali karena harus melalui ranjang –ranjang yang berisi tubuh kaku di atasnya. Untungnya tubuh –tubuh itu ditutupi, kalau tidak akan terlihat semakin menyeramkan.“Sial, yang begini saja menakutkan. Bagaimana tidak ditutupi?” dengkus Tomy dengan nada menggumam.“Apa yang Anda lakukan?!” tanya petugas ketika Wahono menyusul mereka sampai ke r
Baca selengkapnya
Dua Amplop
“Mas!” Suara seseorang menghentikan langkah Affan. Pria itu pun menghentikan langkah dan menoleh. Alangkah terkejutnya pria itu saat melihat sosok yang memanggil.“May, sedang apa kamu di sini?” tanya Affan yang tak menyangka akan bertemu mantannya di tempat itu. Apa dia membuntutinya usai tahu kematian sang istri.“Oh, aku lagi nganter anak aku, Mas. Ehm, aku tinggal kerja malah sakit.” Maya mengulas senyum tipis. Dia sendiri bahkan juga tak menyangka akan bertemu pria itu di rumah sakit.“Ehm itu apa, Mas?” Maya menunjuk sesuatu di tangan Affan dengan matanya.“Ah, ini.” Affan mengangkat kertas itu dengan canggung.Ia tentu saja malu jika memperlihatkan kelemahannya ke pada seorang wanita, kalau dia tak mampu membayar biaya rumah sakit istri dan anaknya. Apa lagi jika itu adalah mantan kekasihnya, yang jelas –jelas dulu mencampakkan juga karena uang. Lalu, sekarang ... Affan kembali muncul juga masih dalam keadaan miskin.Pria itu malu. Uang telah melukai harga dirinya di depan wani
Baca selengkapnya
Beras Kuning
‘Aku harus apa, Sarah?’ Affan menatap nanar dua amplop di tangannya. Ia membatin seolah wanita itu bisa mendengar dan mereka saling berkomunikasi.Kalau saja tak ada pertimbangan lain, dua amplop itu sudah bisa melunasi hutangnya di rumah sakit dan membawa jenazah Sarah pulang. Tanpa beban dan kendala apa pun lagi.“Mas,” panggil ustaz Alif yang melihat lawan bicaranya membeku. Entah, apa yang membuat Affan begitu berat menggunakan uang dari orang lain?“Saya harus bagaimana Ustaz?” tanya Affan perlahan mendongak menatap ke kedua mata pria yang memakai kopyah di hadapan.Pria yang ikut pontang panting karena musibah besar yang terjadi di dalam hidupnya. Dan bahkan baginya, ini adalah musibah paling besar yang harus ia hadapi dengan sisa –sisa kekuatannya, kala rasa bersalah memenuhi relung hatinya.Kalau saja dia yang mati, tentu Affan tidak akan dihadapkan pada pilihan –pilihan yang menyulitkan seperti sekarang.Ia merasa buntu.Affan hanya bisa memandangi amplop tebal berisi uang it
Baca selengkapnya
Ruh Mereka yang Belum Waktunya Mati
Sekejap pun Indah tak bisa memejamkan mata. Meski ia sudah berusaha keras meringkuk di bawah selimut. Pikirannya terus mengembara pada kejadian -kejadian ganjil yang ditemuinya. Tubuh kurus itu bangun dan terduduk di atas ranjang. Menoleh ke arah dinding dan sudah menunjukkan pukul 12.30. "Ya Allah sudah sangat malam. Kenapa aku tidak mengantuk sama sekali?" Wanita berparas cantik itu mengembus napas berat. Lalu bergerak ke arah dapur dan mengisi perutnya dengan sesuatu. Tak bisa tidur membuat perut Indah terasa lapar, dan membiarkannya terasa sangat menyiksa. Saat mengaduk minuman hangat di meja, ia mendengar suara -suara dari luar. Wanita itu tentu saja terkejut. Siapa yang melakukan aktivitas di tengah malam begini. "Siapa itu?" tanyanya sembari berjalan mendekat ke arah jendela untuk melihat siapa yang ada di sana. ______________“Tom, aku sudah membayar biaya rumah sakit. Jenazah Sarah sudah bisa dibawa pulang. Kamu di mana?” Suara di seberang mengejutkan Tomy tapi juga men
Baca selengkapnya
Sinyal yang Mendadak Hilang
“Assalamu alaikum! Pak! Pak Joko!” teriak Hasan dan pemuda lain secara bergantian.“Pak!”“Pak Joko!”“O ... Mang Joko! Ini ada Pak RT.”“Assalamu alaikum!”“Assalamu alaikum.”“Hes, sudah. Bukannya batas mengucap salam itu cuma tiga kali? Kenapa kalian terus berteriak dan mengganggu,” tegur Wisnu, salah seorang pemuda yang memahami adab bertamu itu.Sedang Pak RT sendiri, sibuk. Ia berusaha keras menghubungi nomor Pak Joko yang baru sejam lalu aktif. Namun, berkali mencoba tetap saja suara seorang perempuan yang tak lain adalah operator menjawabnya.“Maaf, nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan!”Pria paruh baya itu menghela napas berat. Ia sangat khawatir terjadi sesuatu ke pada tetangganya itu. Tidak mau menyerah, pria itu kemudian berusaha menghubungi nomor lain yang terhubung dengan Pak Joko. Pertama, pria itu masuk grup arisan Ibu –ibu. Untungnya, Pak Joko dimasukkan grup itu untuk memantau kegiatan Ibu warga kampung Batu Besi secara langsung.Sete
Baca selengkapnya
Ambruk
“Suster itu ... Kenapa menyusui bayi orang lain?” tanyanya ingin mengomentari hal tak wajar. Bahkan di depannya ada Affan yang melihat, tapi tanpa risih membuka pakaian dan berjongkok untuk memberikan ASI pada bayi di inkubator itu.Dia sampai sempat berpikir, apakah bayi itu memang anaknya sang suster? Tapi ketika anaknya di inkubator, artinya ada yang bermasalah dengan kelahirannya. Karena tak mungkin si ibu langsung sesehat itu.Mata pria itu memicing. Suster apa yang Maya maksud? Dia tak melihat siapa pun di sana. Selain bayi –bayi dalam kotak itu dan mereka berdua.“Apa maksudmu?” tanya Affan menoleh untuk memperjelas apa yang Maya katakan.Wanita yang kini mengenakan pakaian lebih santai itu pun menunjuk box di mana bayi Affan dirawat dan mantannya itu kembali menoleh untuk melihat. Mata pria itu melebar kala yang ditunjuk adalah box bayi anaknya.“Tidak ada apa –apa di sana,” tegas Affan.“Hah?” Mata lentik Maya semakin melebar. Ia tak mengerti padahal wanita di dalam sana jela
Baca selengkapnya
Peringatan Sarah untuk Maya
Namun, baru beberapa langkah, Alif yang dipapah ibunya tak lagi bisa menahan tubuhnya sendiri hingga ambruk ke lantai. Saat itulah, ibunya histeris.“Alif! Kamu kenapa?! Tolong!” teriak umi.Meski dia ibunya, wanita tua itu tak mampu menggendong tubuh sang putra yang memiliki tinggi dan berat badan jauh melampui dirinya sendiri, sehingga butuh pertolongan orang lain. “Tolong!” Di teriakan ke dua permintaan tolongnya, tak juga ada yang mendengar. Begitu juga yang ke tiga. Umi Alif sadar, memang tak mungkin anak –anak Alif yang masih kecil akan bangun dari tidur dan menolong mereka. Dan para tetangga yang rumah mereka berada dekat dengan rumhanya, belum tentu mendengar. Apalagi larut malam begini di saat semua orang seharusnya sudah terlelap di atas pembaringan. Belum lagi rumor buruk yang muncul tentang hantu di keluarga ini, bisa –bisa mereka menganggap suara permintaan tolongnya hanya dianggap angin lalu yang menakutkan untuk mereka. Bisa jadi setelah mendengar suara ibu tua itu m
Baca selengkapnya
Mencegah Korban Baru
“Apa dia istrimu, Mas? Ini suster yang tadi menyusui anak kamu!” ucapnya dengan mata melotot. Seketika Maya merinding. Belum apa –apa, tapi almarhumah istri dari pria yang dicintainya sudah menampakkan wujud padanya seolah –olah ingin memberinya peringatan. “Apa?” Affan terkejut. Dugaannya benar. Bahwa Sarah yang tadi muncul di ruang inkubator. Tapi, kenapa cuma Maya yang melihatnya?“Dia siapa, Mas?” tanya Tomy yang mulai tertarik begitu Maya menanyakan tentang kakaknya Sarah, yang tak lain adalah istri dari Affan. “Teman, Tom.” Affan menyahut singkat. Tak ingin Tomy berpikir macam –macam mengenai hubungan Affan dengan wanita dari masa lalu itu. Ia kemudian kembali fokus ke Maya. “Pergilah, May. Sekarang kamu tahu kan, bahwa tak seharusnya kamu tak dekat –dekat dengan kehidupanku lagi. Hubungan kita sudah berakhir.”“Hah?” Tomy melebarkan mata saat menyimak ucapan Affan yang ditujukan ke pada wanita cantik dan asing baginya itu. Katanya hanya teman, tapi kenapa cara bicara kakak ip
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
10
DMCA.com Protection Status