All Chapters of Takdir Cinta Perempuan Malam: Chapter 11 - Chapter 20
91 Chapters
Bab 11. Pria Genit
Merry masih terus mencecar Bu Veronica. Akan tetapi, wanita berusia paruh baya itu langsung pergi begitu saja tanpa menghiraukannya."Nyonya, Nyonya Veronica! Di mana Ayah saya!" teriak Merry sambil terus berlari mengejar.DUG!Tubuh Merry nyaris terpelanting setelah bertubrukan dengan tubuh kekar seorang pria."Awwww!""Hati-hati Nona cantik, perhatikan jalan. Apa kau baru di sini?"Merry tersentak dan langsung membisu. Ia terkejut melihat kedatangan pemuda tampan di hadapannya. Entah dari mana datangnya, tapi yang jelas pemuda itu telah menghalangi jalan Merry, hingga Bu Veronica menghilang dari pandangannya."Maaf," ucap Merry kemudian beranjak pergi."Hey, cantik! Buru-buru ke mana? Kita masih belum berkenalan," sergah pria genit itu.Merry membuang muka, sementara tangan pemuda itu justru telah melingkar di pinggang Merry. Membuat gadis itu merasa tak nyaman."Lepas! Jangan ganggu saya!"Merry yang berhasil meronta seketika berbalik dan berlari menuju ruangan Manager. Beruntung,
Read more
Bab 12. Kenakalan Oliver
Sepulang kerja, Merry memilih pulang sendiri. Baginya, semakin hari hidup semakin rumit. Sama seperti ketika ia pertama kali bertemu Bu Veronica.Namun, satu hal yang pasti, Merry merasa jika wanita itu pasti menyembunyikan rahasia tentang ayahnya.'Aku harus cari tahu,' batin Merry sambil menyandarkan diri di sebuah kursi panjang yang berada di taman."Lagi ngelamunin apa sih? Harus ya duduk sendirian begini?"Suara bariton Eric, benar-benar membuat Merry terkejut."Eric, kok kamu bisa tahu aku ada di sini?""Aku cari kamu di rumah gak ada. Bi Ema bilang, biasanya kamu suka ke taman, apalagi kalau banyak pikiran," kata Eric.Merry membalas tatapan mata Eric sembari sedikit tersenyum."Terus, Bi Ema bilang apa lagi ke kamu tentang aku?"Kali ini, Merry menatap serius. Seakan benar-benar penasaran dengan jawaban si lawan bicaranya.Akan tetapi Eric hanya menggeleng cepat."Mungkin, Bi Ema pengen ngobrol banyak. Aku bisa menerka kalau dia pengen banget aku tuh tahu banyak tentang kamu.
Read more
Bab 13. Pertemuan Damian dan Dave
Situasi di tengah ruangan masih riuh. Beberapa sekuriti bahkan datang untuk melerai Oliver dan Merry yang sedang mengamuk."Aku mengundurkan diri, aku tidak sudi bekerja denganmu, Oliver sialan!" teriak Merry melampiaskan kekesalannya.Wajah Oliver kini mulai merah padam, bak kepiting rebus. Sedangkan kedua bola matanya nyaris keluar tanpa bisa mengontrol emosinya yang meledak-ledak."Hey, kau tidak bisa berhenti begitu saja. Eric, tunjukkan kontrak kerja itu pada perempuan jalang ini!""Jalang katamu, hanya karena aku menolak kamu sentuh kau bilang aku jalang?" Mata Merry tak kalah melebar, ia juga berbicara dengan nada tinggi sambil menarik kerah kemeja yang dikenakan Oliver."Sudah-sudah! Berhenti berdebat. Oliver, Merry menandatangani kontrak dengan beberapa kesepakatan. Jika kau juga tidak bisa menjaga sikap dia berhak keluar. Tapi, aku bisa membuatnya bertahan, maka jangan sekalipun mencari masalah dengannya mulai sekarang!" ancam Eric dengan raut tegas.Oliver tersenyum getir,
Read more
Bab 14. Kedatangan Eric
Merry melangkah cepat, dengan tangan gemetar ia memutar knop pintu."Kenapa lama?" Bi Ema melongok ke dalam kamar Merry.Menyadari Bi Ema yang datang ke kamarnya, Merry langsung mengelus dadanya."Ada apa, Bi?" tanya Merry penasaran dengan kedatangan Bi Ema yang tiba-tiba dengan raut cemas.Merry mengedarkan pandangannya ke koridor hotel. Raut wajahnya masih cemas."Tidak ada, aku hanya merasa ada yang mengawasi," Aku Bi Ema.Perempuan berusia paruh baya itu seolah ingin memperingati Merry jika tempat itu tak nyaman baginya. Entah kejadian apa yang telah ia lalui, hingga ia terlihat menyimpan ketakutan sebesar itu."Mandi, lalu tidurlah Bi. Nanti kita makan bersama," tutur Merry.Ia berkata sambil menatap ke sana ke mari, seolah sedang mencari seseorang.Ya. Merry memang sudah tahu apa yang sedang mengacaukan pikirannya.Namun, ia tidak menduga jika Bi Ema merasakan ketakutan yang sama dengannya.'Pasti ada yang tidak beres,' pikirnya salam hati.Namun, setelah memastikan kondisi Merr
Read more
Bab 15. Seperti Orang Asing
Merry masih tetap berdiri di pijakannya. Termangu. Seolah-olah ia tak percaya akan bertemu Eric di situasi serumit ini.Entah dari mana pria itu tahu jika Merry yang berbakat, kini sedang berlibur di sebuah tempat terpencil. Gadis itu semakin penasaran.Sedangkan di luar sana, tak jauh dari Eric dan Merry berdiri, terdapat Tuan Sameer yang masih memaku mengamati."Eric, maaf. Aku tidak bermaksud menghilang. Hanya saja aku butuh waktu berlibur. Kau tahu 'kan? Kekacauan yang telah dibuat Oliver membuatku gamang bekerja di agencymu itu," tegas Merry dengan penuh penekanan.Eric menghela napas berat."Merry, apa kau lupa jika sudah terikat kontrak? Bisa saja aku melaporkan kamu ke polisi dengan tuduhan penipuan. Tapi aku tidak sekejam itu, aku peduli padamu dan Dave," lirih Eric, meski ia memasang raut kecewa.Tatapannya pun berubah sendu. Entah kecewa atau bahkan luka yang tergurat di wajah itu. Tapi yang jelas, Eric tak baik-baik saja ditinggal Merry pergi.Merry menatap ke arah luar ka
Read more
Bab 16. Dave Jordan Anak Siapa?
Sepanjang makan malam bersama Damian dan Eric, rupanya Merry merasa tak nyaman.Cemas, tentu ia sangat Cemas. Terlebih kini ia melihat Tuan Sameer bergabung di meja Bi Ema. Bahkan pria menyeramkan itu kini sedang menggendong Dave.Bibir Merry terbuka lebar saat menyadari Tuan Sameer membawa Dave melangkah mendekat ke arahnya.Jantungnya kini gemuruh. Ingin rasanya ia berteriak, lalu berlari membawa Dave, seandainya saja bisa. Tapi sayangnya ia harus pasrah. Ya. Merry terikat kontrak dengan Eric, yang membuatnya tak berdaya di berbagai keadaan."Permisi, Nona. Bayimu menangis, sepertinya ia sedang haus," ujar Tuan Sameer.Pria menyeramkan itu pun sama, ia bersikap seolah jika Merry adalah wanita asing baginya.Mendengar suara Tuan Sameer menegur saja pipi Merry seketika memerah. Bagaimana tidak? Sorot mata Damian langsung berpindah ke arah Dave kala itu.Mungkin, saat sempat bertemu di loby pemuda itu tidak terlalu memperhatikan. Tapi kini tatapan matanya berubah."Dia anakmu, Nona?" S
Read more
Bab 17. Scandal Sang Pewaris
Suara pintu diketuk dengan keras terdengar memekakkan telinga. Membuat Merry yang sedang memberikan susu untuk anaknya terhenyak seketika. Gadis itu melangkah cepat menuju pintu. Akan tetapi, ia tidak langsung membukakan pintu, melainkan menempelkan kepalanya di daun pintu. Seolah ingin mencari tahu tentang siapa yang datang. Tok ... Tok! Suara itu membuat jantung Merry berdegup kencang. Ia bahkan meraba dadanya sendiri tanpa sengaja. "Merry, buka pintunya!" teriak Damian sambil terus mengetuk. Lelaki yang pernah pergi, dan menjadi masa lalu kelam Merry itu, akhirnya datang juga. Tanpa terasa, bulir bening mengalir deras di pipi mulusnya. "Ada apa?" tanya Merry dengan suara parau. "Kita harus bicara!" serunya dari ambang pintu. Merry terdiam sejenak. Ia masih sesenggukan sambil menyandarkan diri. Ia bahkan sudah lupa di mana keberadaan Bi Ema dan juga Eric. Yang ia tahu hanyalah dirinya sedang terdesak hingga dadanya sesak karena kedatangan tamu pria dari masa lalunya. "Merry,
Read more
Bab 18. Trik Murahan
Damian menatap geram ke arah Oliver. Tak lama kemudian tatapannya sudah berpindah pada Merry, mata gadis itu terlihat sayu. Menyedihkan. "Ambil barang-barang pentingmu saja, tetap di dekatku, ayo kita keluar!" perintah Damian tiba-tiba. Merry biasanya akan berontak, terlebih jika mengingat siapa yang sedang memberinya perintah kali ini. Namun, ini bukan tentang saling menyalahkan seseorang. Dalam situasi genting seperti ini, gadis itu tidak akan pikir panjang untuk menentukan sikap. Ia memang sempat menoleh ke arah Tuan Sameer dan juga Eric. Keduanya bahkan tidak bisa mencegah kerumunan wartawan yang semakin lama semakin ramai. Tak mau buang waktu, Merry langsung mengemas ponsel, dompet, dan juga botol susu Dave ke tas samping yang biasa ia kenakan. Setelahnya, ia menuruti perintah Damian. Ia bahkan tidak lagi peduli dengan detak jantungnya yang berdegup kencang, ketika pemuda itu menggenggam erat tangannya sembari menggendong Dave membiak kerumunan wartawan. "Damian, apakah dia
Read more
Bab 19. Rumor Buruk
Damian dan Merry saling diam. Suasana di dalam mobil pun menjadi hening. Tak ada sapa di sepanjang perjalanan mereka. Apalagi Dave sedang terlelap dalam pelukan Merry.Saat itu, Merry dipaksa duduk bersebelahan oleh Damian. Tentu saja alasannya adalah untuk berjaga-jaga, karena situasi mereka buruk akibat ulah Oliver.Di sudut jalan, dekat minimarket, mendadak Damian menghentikan mobilnya."Kau butuh apa, Nona? Setelah ini tidak ada pertokoan. Bisa jadi, Sameer dan anak buahnya akan datang terlambat. Mungkin besok mereka baru bisa menemui kita," ujar Damian.Kali itu, ia berbicara dengan nada rendah. Tak ada ekspresi amarah di wajahnya."Belikan saja susu, botol, dan juga pokok untuk Dave. Jika mungkin, tolong belikan pakaian ganti untuk anak ini," pinta Merry.Damian menatap Dave yang sedang terlelap sesaat."Dia sangat tampan, bahkan meski sedang terlelap. Baiklah, tunggu di sini. Aku akan belanja sebentar. Jangan pergi meninggalkan mobil, atau ke manapun tanpa aku. Kecuali kamu suk
Read more
Bab 20. Anak yang Diraguka
Eric yang sejak tadi mengamati, merasa sangat geram dengan perlakuan Damian."Damian, aku tahu kau adalah pemilik agency di mana tempatku bekerja. Untuk itu, dengan segala hormat, seharusnya tidak sekeji itu kau bersikap kepada Merry," ungkap Eric.Damian tersenyum kecut."Wah, ada pahlawan kesiangan rupanya. Kenapa tidak kau nikahi saja dia. Jadilah ayah bagi anak haram itu!"Damian menunjuk ke arah wajah anak kecil yang sedang digendong Merry itu."Anak haram? Oke, Eric. Tidak ada alasan bagiku untuk tinggal di agency bedebah yang kau rekomendasikan." Merry bahkan berbicara dengan suara bergetar.Awalnya, ia pun tak menginginkan anak. Tapi, seiring berjalannya waktu ia jatuh cinta pada anak kecil yang kini telah menjadi bagian hidupnya itu."Kau tidak boleh berhenti! Kau harus bertanggung atas rumor yang tercipta di luar sana!" bentak Damian dengan rahang mengeras.Merry tersenyum samar."Aku tidak peduli."Gadis itu mengakhiri perdebatannya, lalu segera berkemas. Ia mengangkat kope
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status