All Chapters of Mendadak Menikahi Dokter Kaya Misterius: Chapter 11 - Chapter 20
112 Chapters
Perempuan Pengganggu
Bab 11Dinda terkejut melihat ekspresi itu. Andra menatap kotak yang dipegangnya dengan tatapan tajam. "Jangan sentuh kotak itu!" desis laki-laki itu. Mata Dinda langsung beralih pada kotak di tangannya. Jangan sentuh? Kotak hitam ini? "Ke ... Napa?" Tanpa menjawabnya Andra menghampiri gadis itu. Mengambil kotaknya dengan kasar dan raut wajah yang sama. Dinda meneguk salivanya. Memandang punggung Andra yang telah berbalik dan menjauh. "Memangnya ... itu bukan kotak rujaknya?" tanyanya lirih.Lirihan yang membuat langkah Andra terhenti. Ekspresi dinginnya perlahan berubah. Ia terdiam sejenak sebelum kemudian menoleh. "Maaf, aku menyakitimu," ucapnya. Kemudian melanjutkan langkahnya kembali ke mobil dan menyimpan kotak itu. Ia kemudian kembali dengan sebuah kotak berwarna hijau tua. Tersenyum lembut dan menggapai tangan Dinda yang masih berdiri di tempatnya. Menggenggamnya lembut dan mengajaknya ke tikar yang telah digelar. "Ini kotak rujaknya," tuturnya setelah meletakkan kotak
Read more
Tidur Sekamar?
"Itu foto aku bersama Janson dan Alex," jelas Siska sekali lagi. Tangannya kemudian merampas pigura itu dari Dinda. Dinda terpaku. Jadi mereka teman sejak kecil? "Siska?" Suara bariton Andra terdengar memasuki ruang utama itu.Siska menoleh dan langsung mengembangkan senyuman. Tubuh tinggi semampai nya yang dibalut gaun ketat segera melenggang menghampiri. "Ya. Kita sehati, ya. Kamu-nya di sini, aku juga tiba-tiba pingin ke sini," riangnya. Kemudian bergelayut manja di lengan Andra yang sedang membawa nampan minuman. "Hei, tehnya bisa tumpah," tegur Andra. Siska tertawa lepas. "Biar aku yang bawakan," ujarnya sambil meraih nampan dari tangan Andra tanpa melepaskan gandengan di lengan laki-laki itu.Perempuan itu meletakkan nampan di atas meja, lalu menarik tangan Andra untuk duduk bersisian dengannya. "Kebetulan sekali, aku sangat haus, Janson." Perempuan itu langsung meraih salah satu cangkir dan menyeruputnya. Dinda berdiri termangu. Ia terabaikan. Seolah mereka hanya berdua
Read more
Ciuman Hangat
Dengan jantung yang berdebar, Dinda nekad membuka pintu kamar Andra. Sebuah ruangan yang tidak jauh berbeda dengan kamar Alex. Namun aroma di dalam ruangan itu tetaplah aroma Andra. Gadis itu menutup pintunya. Kemudian berdiri di balik pintu itu tanpa tahu harus apa setelahnya. Haruskah ia duduk di tempat tidur? Matanya mengedar ke sekeliling. Ada sofa berbingkai kayu ukir di sudut kamar. Dinda pun memilih duduk di sana untuk menunggu. Beberapa saat duduk menunggu Andra tak juga masuk. Gadis itu sudah beberapa kali menghela napas saking tegangnya. Jangan-jangan laki-laki itu enggan masuk karena ia terlalu lancang? Klek. Bunyi pintu yang dibuka terdengar jelas di telinganya. Dinda semakin tegang. Tampak bahu lebar Andra muncul dari balik pintu. Laki-laki itu masuk dan menutup pintunya. Tidak. Bukan sekedar menutup, sang dokter juga menguncinya. Dinda meneguk salivanya melihat itu. Pikirannya benar-benar kacau. Apa keputusannya untuk masuk ke kamar ini adalah pilihan yang tepat
Read more
Cowok Pelindung Yang Berotot
Seorang gadis duduk termangu di depan jendela. Menatap muda-mudi yang berlalu-lalang tanpa benar-benar melihat. Riuh di kanan-kiri tak mengusik perhatiannya. Ia seperti jiwa yang terhampar jauh di tempat yang sunyi. Dialah Dinda Zahara Kirani. Gadis yang biasanya fokus dan bermotivasi kuat mengejar cita-citanya. Yang tak pernah berani berkhayal dan berangan. Yang tak pernah merasa sedih kecuali saat merasa lemah dalam mengejar cita-cita.Tapi kini jiwanya terusik oleh sebuah rasa. Rasa yang tak pernah terpikirkan sedikitpun olehnya selama ini. Rasa ingin dilihat seorang laki-laki. Akibatnya, hatinya merasakan pedih saat seorang pria mengabaikannya. "Hei!" Fathimah datang tiba-tiba dan sengaja mengejutkannya. Dinda tersentak. Kepedihan itu buyar dan menjadi sebuah rasa yang nelangsa. "Apa?" tanyanya tak bersemangat. "Gimana sama tugas yang baru dikasih Pak Dosen? Kamu pasti suka banget ngerjainnya, kan?"Dinda masih termangu. "Nah, berhubung kamu emang si pecinta tugas, tugas aku
Read more
Rayap Bawel dan Berandal Kecil
Bab 15Laki-laki berbadan tegap itu berbalik. Bibirnya kemudian tersenyum pada Dinda. "Aku datang untuk menjemputmu, 'rayap bawel'. Mama kangen sama kamu," ujarnya. Mata Dinda langsung melebar mendengarnya. "Reza?" serunya tak percaya. Tak ada orang lain yang memanggilnya dengan sebutan rayap bawel selain teman masa kecilnya itu. Telah lama sejak ia masih berusia 12 tahun. Berpisah dengan tetangga yang sangat baik karena paman dan bibinya yang tiba-tiba menjual rumahnya dan mengajak pindah ke ruko. "Ternyata kamu masih ingat pada panggilan itu.""Ya, masih. Mana ada orang lain yang manggil aku rayap, ditambah bawel lagi."Laki-laki bernama Reza itu tertawa kecil sambil menggaruk tengkuknya. "Apa kamu masih gila sama kertas?" "Aku nggak gila sama kertas, Reza.""Nggak gila tapi terobsesi aja. Setiap ada buku kosong pasti kamu abisin buat digambar, dan setiap ada bacaan yang baru, pasti kamu duluan yang heboh, entah itu buku cerita atau koran. Kan, benar-benar kayak rayap?""Lah, m
Read more
Meja Taman Dalam Cahaya Senja
Pulang, Dinda melihat mobil Andra telah terparkir dalam bagasi. Hari telah senja. Ia baru pulang dari rumah Reza ba'da ashar. Halaman yang hijau itu tampak keemasan diterpa cahaya senja. Indah. Namun terasa kurang karena tak adanya tanaman bunga yang pasti akan menambah warna. Padahal ada meja dan kursi taman di sudut rumah. Namun karena mungkin sang dokter tidak pernah menggunakannya, meja dan kursi taman itu ditumpuk di sudut. Dinda langsung membuka pintu dengan kunci yang ada padanya. Aroma masakan yang begitu menggugah langsung tercium di hidung. Aroma masakan dari dapur.Siapa yang masak di belakang? Mungkinkah ada pembantu yang datang sekali-kali?"Assalamualaikum," ucapnya dengan kepala melongok ke belakang. Tak ada sahutan. Dinda pun langsung melangkah ke belakang. Tampak di sana laki-laki tampan yang biasanya berjas putih itu kini terpasang Appron di depan dada bidangnya. Mengaduk-aduk brokoli di dalam wajan yang berisik. Membuatnya tak menyadari kepulangan Dinda. "Dok
Read more
Pria Dingin Berjaket Hitam
"Berapa yang kalian inginkan?" tanya Andra tajam pada Yani dan Lola. "Oh, syukurlah punya menantu yang pengertian seperti Nak Andra. Sayang sekali yang dipilih orang seperti Dinda. Coba aja sama Lola, pasti cocok banget," puji Yani mencari muka. Lola langsung tersenyum manis, berharap senyumannya itu bisa menarik perhatian suami dari sepupunya itu. "Kalo begitu cepat katakan nominalnya," tegas Andra. Yani girang luar biasa. Kapan lagi bisa mendapatkan uang cuma-cuma terserah berapapun w ia inginkan seperti ini. "Dua puluh juta aja, Nak. Bibi mau beli perhiasan sedikit. Lola juga butuh baju baru buat ke acara pesta ulangtahun temennya," jelas wanita itu dengan nada mendayu-dayu. Mata Dinda langsung melebar mendengarnya. Dua puluh juta? Mudah sekali bibinya itu meminta hasil jerih payah orang sesuka hati. "Baik, tunggu di sini!" Andra menutup pintu rumah di hadapan wajah mereka. Yani dan Lola tampak terkejut. Lola sempat menggerutu karena baru saja hendak melangkah ke dalam.
Read more
Putra Dahlan
Sosok berhelm itu menoleh. Pada seorang gadis cantik berwajah Arab yang baru saja memukulinya. Kelengahan sosok itu memberi kesempatan pada si Preman untuk kabur. Namun ternyata sosok itu membiarkannya. Karena ia telah mengetahui siapa biang dari kejadian ini. Tanpa mempedulikan teriakan gadis berwajah Arab yang tak lain adalah Fathimah itu, petarung handal itu membuka sarung tangan kulitnya yang telah kotor dengan noda darah. Balok kayu yang juga menjadi senjatanya dibuangnya ke sembarang arah. Lalu melepaskan helm yang menutupi kepala. "Dokter Andra?" seru Fathimah saat melihat wajah tampan di balik helm itu. Sosok itu menoleh tanpa ekspresi. "Bukan," jawabnya datar. Lalu melangkah untuk kembali masuk ke toko. Fathimah mengernyit. Bukan Dokter Andra? Suaranya memang berbeda. Dan jika diperhatikan wajahnya juga tak terlalu sama. Jiwa 'kepo' Fathimah langsung bangkit. Dengan gesit ia menghadang laki-laki berpakaian serba hitam yang sebenarnya adalah Alex."Hei, tunggu dulu. K
Read more
Dijebak Siska Bersama Lima Pria
Bab 19Mobil merah itu terus melaju. Membelah jalanan kota yang kala malam begitu semarak. Dinda duduk di samping bangku kemudi tanpa bicara. Bersama wanita yang mencintai suaminya tentu bukan sebuah pilihan. Namun ia harus bersabar demi sampai ke rumah dan menemani sang suami makan malam. Sepuluh menit berkendara, mobil merah Siska tiba-tiba berbelok ke persimpangan yang bukan menuju arah komplek rumah Andra. Dinda langsung menoleh. "Ini bukan arah pulang, Mbak," protesnya. "Mbak! Mbak! Gue bukan kakak Lo!" ketusnya. "Gue ada perlu bentar," Siska menepikan mobilnya tepat di hadapan sebuah klub malam bernama Vanilla Sky. Dinda hanya bisa menelan salivanya. Rasanya ia telah terlanjur naik ke mobil itu. Siska kemudian keluar dari mobil dan menutup pintunya kasar."Keluar Lo, kalo nggak gue kunci di dalam mobil!" teriaknya.Dinda merapatkan giginya dan ikut keluar. Ia lebih baik mencari tumpangan lain daripada dibentak-bentak seperti ini."Heh! Mau kemana?!" bentak Siska lagi saat m
Read more
Malaikat Penolong yang Terluka
Tiga puluh menit telah berlalu setelah Dinda di dorong dengan kasar ke dalam kamar. Dan sekarang, kamar itu telah porak-poranda. Sementara kelima laki-laki berhidung belang itu telah terkapar dengan tubuh babak belur. "Kamu nggak apa-apa?" Sebuah tangan terulur di hadapan Dinda. Tangan yang pernah terulur untuk membantunya keluar dari kezaliman bibirnya sendiri. Tangan dengan lengan bertatto daun Semanggi. "Dokter ...," lirih Dinda dengan mata yang berkaca-kaca. Setengah jam yang lalu, laki-laki itu datang tepat di saat pintu kamar itu ditutup. Suara dobrakan pintu membuatnya dan juga kelima laki-laki itu terkejut. Lalu tanpa ampun sang dokter menerjang mereka. Pertarungan terjadi cukup sengit. Sendirian menghadapi lima orang lawan cukup membuat Andra kewalahan. Bahkan ia sempat dihantam dengan keras pada kepala, yang membuatnya pusing beberapa saat dan menjadi bulan-bulanan mereka. Dinda panik setengah mati. Dengan mata nyalang ia mencari sesuatu untuk senjata memukul mereka.
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status